Senin, 05 Februari 2018

PROSES PEMAJEMUKAN/ KOMPOSISI














PROSES PEMAJEMUKAN/ KOMPOSISI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Proses morfologis merupakan proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan morfem lain sehingga menghasilkan kata. Proses gramatikal akan memunculkan adanya makna gramatikal atau makna gramatis, yaitu makna yang timbul akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata yang mengalami morfologis itu mempunyai  dua ciri yaitu (1) polimorfemis terdiri atas lebih dari satu morfem, dan (2) mempunyai makna gramatis atau makna gramatikal. Ada tiga cara yang bisa dilakukan dalam proses morfologi bahasa Indonesia. ketiga cara itu antara lain (1) afiksasi, yaitu proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan afiks sehingga menghasilkan kata berimbuhan, (2) reduplikasi, yaitu proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan morfem ulang sehingga menghasilkan kata ulang, dan (3) pemajemukkan, yaitu proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar yang satu dengan yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk yang memilki makna baru.
Dalam kegiatan berkomunikasi yang kita lakukan, baik secara langsung (tatap muka atu pun secara tidak langsung) menggunakan media kerap kita sering menemukan gabungan dua kata tetapi memiliki satu makna. Kata-kata yang dimaksud seperti kata rumah sakit, rumah makan, besar kepala, dan tangan panjang. Kata rumah sakit memiliki makna gedung merawat orang sakit, rumah makan berarti rumah untuk makan, besar kepala berarti orang sombong dan kata tangan panjang yang berarti suka mencuri.
Di dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut disebut dengan kata majemuk. Kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya (Ramlan, 2009 :76). Kata rumah sakit yang terdiri dari kata “rumah” dan ”sakit” begitu juga dengan tangan panjang yang terdiri dari kata “tangan” dan “panjang”.
Di samping itu kata majemuk juga ada yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata. Pokok kata adalah satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas (Ramlan, 2009:31). Kata majemuk yang tergolong dalam hal ini misalnya daya juang, daya tahan serta ruang baca dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua misalnya lomba lari, jual beli, dan simpan pinjam.
Dalam pemajemukan sering terjadi permasalahan baik dalam perlakuan terhadap kata mejemuk maupun kerancuannya dengan bentuk lain (dalam hal ini adalah frasa, idiom, dan reduplikasi beubah bunyi). Oleh karena itu, penulis menyusun makalah yang membahas perlakuan terhadap pemajemukan (komposisi) yaitu proses penggabungan dua kata atau lebih.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang  yang telah dikemukakan, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang ada diantaranya
1.      Apakah pengertian pemajemukan/ Komposisi?
2.      Apa saja ciri-ciri kata majemuk/ komposisi?
3. Apa saja jenis-jenis kata majemuk/ komposisi?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu pemajemukan/ komposisi?
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri kata majemuk/ komposisi?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis kata majemuk/ komposisi?





BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Komposisi
Komposisi adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 2010: 65 ).
Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasardengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstrusi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Dalam istilah tata bahasa tradisional istilah pemaduan lebih dikennal dengan nama pemajjemukan. Dalam behasaIndonesia pemaduan satuan-satuan kata umtuk membentuk satu kata sangat produktif, khususnya dalam pembentukan istilah-istilah baru. (Ramlan, 2009 : 59) menyatakan bahwa kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya. Di samping itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya misalnya daya tahan, daya jual, kamar tunggu, ruang baca, tenaga kerja,  kolam renang. Dan ada pula yang terdir dari pokok kat semuanya seperti lomba lari, jual beli, simpan pinjam, dan masih banyak lagi.
2.2 Ciri-Ciri Komposisi/ Kata Majemuk
Menurut Harimurti Kridalaksana (2010: 75)  ada 3 ciri-ciri yang dapat membedakan kata majemuk dari frase. Ciri-ciri itu ialah :


1. Ketatersisipan
Ketaktersisipan artinya di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya : Buta warna, alih nama, diam diri, dll. Sedangkan alat negaramerupakan frase karena dapat disisipi partikel dari, menjadi alat dari negara.

2.Ketakterluasan
Ketakterluasan artinya komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus. Misalnya komponen kereta api dapat dimodifikasikan menjadi perkeretaapian.

3. Ketakterbalikan
Ketakterbalikan artinya komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Gabungan seperti bapak ibupulang pergi, danlebih kurang bukanlah kompositum, melainkan frase koordinatif karena dapat dibalikkan (gabungan kata semacam ini memberi kesempatan kepada penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan). Konstruksi seperti arif bijaksana,hutan belantara, bujuk rayu bukanlah frase melainkan kompositum karena tidak dapat dibalik menjadi bijaksana arif, belantara hutan, rayu bujuk.

Sedangkan menurut Ramlan (2009: 62) ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut :
a.  Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
         Yang dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang, temu, lomba, tempur, tahan, dan masih banyak lagi.
         Satuan gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang berupa kata dan pokok kata misalnya :kolam renang, pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur, brigade tempur, daya tempur, lomba lari, tenaga kerjadan masih banyak lagi. Sedangkan unsur yang berupa kata yaitu kolam, pasukan, barisan, medan, brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan masa. Dan untuk kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias, lomba nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan sebagainya.

b. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Misalnya :
      Ia menjadi kaki tangan musuh.
Ia menjadi kaki dan tangan musuh.
Kaki dan tangannya sudah tidak ada.
Dari kalimat di atas terlihat bahwa  kaki tangan merupakan kata majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak buah berbeda dengan anak orangsekalipun unsurnya sama, berupa kata nominal semua. Padaanak orang unsur anak dan orang dapat dipisahkan, atau dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak buahtidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya. Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak buahadalah kata majemuk, sedangkan anak orang adalah frase. Berikut beberapa contoh kata majemuk berdasar ciri ini :ruang makan, baju dalam, daun pintu, mata pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan lain-lain.

c. Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu   satuan tertentu. Ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unik. Misalnya simpang siur. Kata majemuk ini terdiri dari unsursimpang yang bukan merupakan morfem unik karena di samping simpang siur terdapat pula kata menyimpang, persimpangan, simpang lima dan unsur siur yang merupakan morfem unik karena satuan ini tidak dapat berkombinasi dengan satuan lain kecuali simpang. Contoh lain, misalnyasunyi senyap, gelap gulita, terang benderang, dengan senyap, gulita, dan benderang sebagai morfem unik.   
2.3 Jenis-Jenis Komposisi
2.3.1 Komposisi Nominal
Komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya komposisi kakek nenek dan baju baru pada kalimat berikut:
Ø  Kakek nenek pergi berlebaran
Ø  Mereka memakai baju baru.
Sebagai pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina; dan sebagai pengisi objek komposisi baju baru juga berjategori nomina.
Komposisi nominal juga dapat di bentuk dari dasar:
a, Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu dan sate kambing
b. Nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar dan ruang tunggu.
c. Nomina + adjektifa, seperti guru muda, mobil kecil dan meja hijau.
d. Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak buaya dan beberapa murid.
Dalam kaitannya dengan semantik dapat dibedakan adanya lima macam komposisi nominasebagai berikut:
a.    Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Makna Gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukkan sebuah komposisi. Makna grmatikal yang muncul dalam proses pembentukkan komposisi nominal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1.    Gabungan biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal “gabungan biasa” ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:
a.       (+ Pasangan antonim relasional). Misalnya ayah ibu,guru murid, suami istri, adik kakak, penjual pembeli dan pembaca penulis.
b.      (+ Aanggota dari satu medan makna). Misalnya topan badai, sawah ladang, kampung halaman, dan piring mangkuk.
2.    Bagian, sehingga di antara unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal “bagian” ini akan terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ keseluruhan yang mencakup unsur pertama). Misalnya awal tahun, tengah semester, akhir bulan, ujung jalan, pagi hari dan suku bangsa.
3.    Kepunyaan atau pemiliki, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata milik. Makna gramatikal ‘kepunyaan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ benda termilik) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ insan), (+ yang diinsankan) atau (+pemilik). Misalnya, sepatu adik, rumah nenek, tanah negara, mobil direktur, tongkat kakek, dan sebagainya.
4.    Asal Bahan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’  dapat terjadi apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ bahan pembuat unsur pertama). Misalnya cincin emas, sate ayam, kursi rotan, jaket kulit, lemari besi, jendela kaca, map plastik, dan lain sebagainya.
5.    Asal tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari. Makna gramatikal ‘asal tempat’  dapat terjadi apabila unsur kedua  memiliki makna (+ tempat berasalnya unsur pertama). Misalnya sate padang, dodol garut, jambu bangkok, putri solo, lenong betawi, dan lain sebagainya.
6.    Bercampur atau di campur dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata bercampur. Makna gramatikal ‘bercampur’ dapat terjadi apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+ pencampur pada unsur pertama). Misalnya teh susu,roti keju, lontong sayur, sate lontong, semen pasir, gula mentega, dan sebagainya.
7.    Hasil Buatan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata buatan. Makna gramatikal ‘hasil buatan’ ini dapat etrjadi apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+ pembuat unsur pertama). Misalnya puisi Chairil, lukisan Afandi, Novel Idrus, buku Gramedia, sate pak Kumis, soto bang Nawi, motor Cina, dan sebagainya.
8.    Tempat Melakukan Sesuatu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Makna gramatikal ‘tempat melakukan sesuatu’ dapat terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ ruang) dan unsurkedua memiliki komponen makna (+ tindakan). Misalnya kamar periksa, meja tulis, ruang tunggu, kamar mandi, ruang tunggu, halaman parkir, ruang sidang, meja makan, dan sebagainya.
9.    Kegunaan Tertentu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipakan kata untuk. Makna gramatikal ‘kegunaan’ ini dapat terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+  kegunaan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan). Misalnya uang belanja,mobil dinas, kapal perang, kendaraan angkutan, pintu masuk, pensil alis, kapur tulis, pisau cukur, dan sebagainya.
10.              Bentuk, sehingga di antra kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk. Makna gramatikal ‘bentuk’ dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+benda) dan unsur kedua meiliki komponen makna (+ bentuk) atau (+ wujud). Misalnya meja bundar, rumah mungil,karet gelang, kotak persegi, paku payung, besi bulat, dan sebagainya.
11.              Jenis, sehingga di anatara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Makna gramatikal, ‘jenis’ dapat etrjadi apabila unsur pertama meiliki komponen makna (+ benda generik) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda spesifik). Misalnya mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur, bunga anggrek, rokok kretek, ikap kakap, burung merpati, dan sebagainya.
12.              Keadaan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dalam keadaan. Makna gramatikal ‘keadaan’ ini dapat terjadi apabila unsur pertama meiliki komponen makna (+ benda) dan unsur kedua memiliki kmponen makna (+ keadaan). Misalnya mobil rusak, daerah kumuh, gubuk reyot, ban kempes, radio antik, bangku baru, anak malas, buku tipis, dan sebagainya.
13.              Seperti atau menyerupai. sehingga di anatara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa. Makna gramatikal ‘seperti’ ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua memiliki koponen makna (+ ciri khas benda). Misalnya gula pasir, jembatan semanggi, rem cakram, akar rambut, kopi bubuk, garam bata , dan sebagainya.
14.              Jender atau jenis kelamin, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin. Makna gramatikal ‘gender’ ini dapat diperoleh apabila unusr pertama meimilki komponen makna (+ makhluk) dan unsur kedua meimilki komponen makna (+ gender). Misalnya atlet putra, anak lali-laki, guru pria, sapi betina,polisi wanita, ayam jantan, anak perempuan, dan sebagainya.
15.              Model, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata model. Makna gramatikal ‘model’ ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua meimiliki komponen makna (+ ciri khas dari sesuatu). Misalnya celana jengki, topi koboi, rambut prajurit, sarapan amerika, rumah eropa, kebaya encim, kebaya kartini, topi haji, dan sebagainya.
16.              Memakai atau Menggunakan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai. Makna gramatikal ‘memakai’ dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda alat) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ bahan yang digunakan ). Misalnya kapal layar, mesin uap, rem angin, mesin diesel, kapal apai, kereta listrik, lampu kabel, dan sebagainya.
17.              Yang di..., sehinga di anatara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yangdi.... Makna gramatikal ‘yang di...’ ini dapat diperoleh apabila unsur kedua meimiliki komponen makna (+ perlakuan terhadap unsur pertama). Misalnya anak angkat, ayam goreng, nasi bakar, ikan pepes, tempe bacem, ketan panggang, dan sebagainya.
18.              Ada di..., sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ kegiatan), dan unsur kedua komponen makna (+ ruang) atau (+ tempat). Misalnya kapal udara, uang muka, arung jeram, voli pantai, angkatan darat, kapal udara, bajak laut, kapal udara, dan sebagainya.
19.              Yang (biasa) melakukan, sehingga antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ pelaku) dan unsur kedua memiliki komponen makna (tindakan) atau (+ kegaiatan). Misalnya jago balap, juru bayar, juru parkir, juru tik, tukang copet, tukang todong. tukang pukul, juru bicara, dan sebagainya.
20.              Wadah atau Tempat, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ wadah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwadah). Misalnya kaleng susu, amplop surat, botol tinta, kamar mayat, kotak surat, mangkuk bubur, botol kecap, kaleng cat, tabung gas, dan sebagainya.
21.              Letak atau Posisi, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisiipakan kata yang berada di.... Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ posisi). Misalnya pintu depan, kamar tengah, pintu samping, jendela belakang, laci atas, rak tengah, ruang dalam, dan sebagainya.
22.              Mempunyai atau dilengkapi dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan.Makna gramatikal ini dpat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ benda alat) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ pelengkap). Misalnya kursi roda, truk gandengan, rumah tingkat, amplop berjendela, sepeda motor, kamar AC, dan sebagainya.
23.              Jenjang, Tahap atau Tingkat, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tahap) atau (+tingkatan). Misalnya sekolah dasar, pendidikan awal, perwira pertama, pemain pemula, bagian pengantar, penelitian lanjut, sekolah tinggi, dan sebagainya.
24.              Rasa atau Bau, sehingga kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang rasanya atau yang baunya. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memilki komponen makna (+ benda rasa) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ rasa) atau (+ bau). Misalnya kacang asin, gulai pedas, air tawar, sayur asem, kopi pahit, minyak wangi, kecap manis, dan sebagainya.

b.   Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya, seluruh koposisi itu memilki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya;
·      orang tua, dalam arti ‘ayah ibu’.
·      kambing hitam, dalam arti ‘ orang yang dipersalahkan dalam satu perkara’.
·      buah bibir, dalam arti ‘ bahan pembicaraan orang ramai’.
·      meja hijau, dalam arti ‘ pengadilan’.
·      kupu-kupu malam, dalam arti ‘wanita tuna susila’.
Namun perlu diketahui makna idiomatik ini baru jelas apabila berada dalam konteks kalimatnya. Misalnya, komposisi orang tua pada kalimat;
·      Semua orang tua murid sudah hadir di aula.
Adalah bermakna idiomatik sedangkan komposisi orang tua dalam kalimat;
·      Siapa nama orang taua yang duduk di sana itu?
Bukanlah bermakna idiomatik.
Komposisi yang berupa idiom sebagian  adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya. seperti komposisi daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta. Kata daerah pada kompoisisi daerah hitam, kata pakaian pada komposisi pakaian kebesaran, kata koran pada komposisi koran kuning, dan kata gaji pada komposisi gaji buta masih memilki makna leksikalnya. Sedangkan yang bermakna idiomatik adalah kata kata hitam, kebesaran, kuning dan buta pada setiap koposisi tersebut.

c.    Komposisi Nominal Bermakna Metaforis
Ada sejumlah kompsisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki yaitu (+ terletak pada bagian bawah). sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari komponen  makna kaki, yaitu (+ penunjang berdirinya tubuh).
Contoh komposisi nominal metaforis lainnya adalah;


·      kaki mobil
·      catatan kaki
·      kapala surat
·      kepala kantor
·      daun jendela
·      daun pintu
·      daun telinga
·      mulut gua
·      badan jalan
·      mulut sumur
·      perut kapal
·      mata kail
·      mata rantai
·      perut bumi




d.   Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis. Beberapa nama dan istilah diberikan sebgai contoh di bawah ini;


Nama
·      Hotel Indonesia
·      IKIP Jakarta
·      Apotik Rini
·      Kampung Bali
·      Tanah Abang
·      Kota Bekasi
·      Abdul Rahman
·      Jakarta Timur
Istilah
·         buku ajar
·         lepas tandas
·         suku cadang
·         anak angkat
·         rumah tetangga
·         polisi tidur
·         pagar ayu
·         pintu darurat



e.    Komposisi Nominal dengan Advebia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas adverbal dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna leksikal dari kata adverbia itu. Adverbia yang mendampingi nomina adalah, adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada dan tanpa; dan adverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, dan kurang. Berikut contohnya.


·         bukan anjing
·         tanpa uang
·         banyak hujan
·         beberapa siswa
·         sedikit air
·         sejumlah orang
·         jarang penduduk
·         kurang semen



            Kedalam kelompok ini bisa juga dimasukkan komposisi dengan unsur preposisi, seperti;
·         di pasar
·         dari kampus
·         ke hutan
·         suatu saat
2.3.2 Komposisi Verbal
            Komposisi Verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menaridan datang mengahadap pada kedua kalimat berikut:
·         Mereka menyanyi menari sepanjang malam.
·         Dia datang menghadap kepala sekolah.
            Sebagai pengisi fungsi predikat komposisi menyanyi menari dan datang menghadap berkategori verba.
Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar;
·      Verba + verba, seperti menyanyi menari, datang menghadap, duduk termenung, dan lari bersembunyi.
·      Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, makan tangan, dan lompat galah.
·      Verba + adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, berkata keras, dan makan besar.
·      Adverbia + verba, seperti sudah makan, tidak datang, belum jumpa, dan masih tidur.

a.    Komposisi verbal Bermakna Gramatikal
            Dalam proses pembentukkan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1.    Gabungan Biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila;
·      kedua unsurnya memiliki komponen makna yang sama, sebagai dua buah kata bersinonim. Misalnya bimbang ragu, bujuk rayu, caci maki, gelak tawa, hilang lenyap, ikut serta, kasih sayang, tegur sapa, turut serta, dan sebagainya.
·      kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna. Misalnya belajar mengajar, makan minum, menyanyi menari, baca tulis, tanya jawab, tingkah laku, dan sebagainya.
·      kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya jual beli, jatuh bangun, mundur maju, tanya jawab, tingkah laku, dan sebagainya.
            Namun makna gramatikal sekelompok dari komposisi (poin kedua) sangat bergantung pada kalimatnya. Pada satu konteks bermakna ‘dan’ , pada konteks lain bermakna ‘atau’, seperti pada nomor (2) berikut.
2.    Gabungan mempertentangkan,sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim. Misalnya hidup mati, gerak diam, rebah bangun, jual beli, maju mundur, pulang pergi, bongkar pasang, dan sebagainya.
3.    Sambil, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsur itu merupakan dua tindakkan yang dapat dilakukan bersamaan; hanya unsur pertama harus memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+ gerak); sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- gerak). Misalnya datang membawa, datang menangis, datang menggendong, datang meringis, duduk berbicara, duduk membaca, duduk bersiul, lari tertawa tawa, dan sebagainya.
4.    Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (tindakan) dan (- gerak). Misalnya datang berteriak teriak, datang marah marah, pulang menangis, menerkam menggigit, melompat menendang, dan sebagainya.
5.    Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan ( + sasaran). Misalnya datang menagih (hutang) , pergi membayar (pajak), datang menghadap (beliau), lari bersembunyi, duduk berunding, datang meminta (maaf), dan sebagainya.
6.    Dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan) dan ( + keadaan). Misalnya datang merangkak, ngesot, pulang terpincang pincang, menangis tersedu sedu, pulang menggendong (adik), dan sebagainya.
7.    Secara, sehingga di antara unsur keduanya dapat disisipkan kata secara. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna ( + tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + cara). Misalnya makan besar besaran, lari beranting, jalan pintas, cetak ulang, lari cepat, kerja paksa, terjun bebas, dan sebagainya.
8.    Alat, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan. Makna gramtikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + alat) atau ( + yang digunakan). Misalnya balap mobil, balap sepeda, lompat galah, terjun payung, lari gawang, lempar cakram, lempar lembing, dan sebagainya.
9.    Waktu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna ( + kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + saat) atau ( + ketika). Misalnya ronda malam, jaga malam, apel pagi, tidur siang, makan siang, doa makan, shalat subuh, dan sebagainya.
10.              Karena, sehingga di antara kedua unsurnya dpat disisipkan kata karena. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ kejadian) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + penyebab). Misalnya cerai mati, mabuk laut, mabuk udara, mabuk asmara, mandi darah, mandi keringat, dan sebagainya.
11.              Terhadap, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + peristiwa) dan unsur kedua emiliki komponen makna ( + bahaya). Misalnya kedap air, kedap suara, tahan panas, tahan banting, tahan lapar, tahan uji, dan sebagainya.
12.              Menjadi, sehingga di antara kedua unsurnya dpat disisipkan kata menjadi. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + penyebab) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + akibat). Misalnya jatuh cinta, jatuh sakit, masuk tentara, naik haji, bagi rata, jatuh miskin, masuk islam, dan sebagainya
13.              Sehingga, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur keduanya  memiliki komponen makna (+ kesudahan). Misalnya tembak mati, tembak jauh, buang habis, beri tahu, pukul mundur, sebar luas, lempar jauh, dan sebagainya.
14.              Menuju, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.  Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ gerak arah)dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ arah tujuan). Misalnya belok kiri, belok kanan, masuk desa, naik darat, lirik kanan, masuk sekolah, dan sebagainya.
15.              Arah kedatangan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tempat kegiatan). Misalnya pulang kantor, pulang kerja,  usai sekolah, habis mandi, bubar rapat dan sebagainya.
16.              Seperti, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (perbandingan). Misalnya lurus tabung, kawin ayam, mati kutu, lari-lari anjing dan sebagainya.

b.   Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
            Ada sejumlah komposisi verbal yang bermakna idiomatikal, makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya makan garm dalam arti ‘pengalaman’ , makan krawat dalam arti ‘sangat miskin’ gigit jari dalam arti ‘tidak mendapat apa-apa’, mengukir langit dalam arti ‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘ meninggal di tempat lain’.
            Bila diperhatikan hampir semua komposisi verba bermakna idiomatikal ini berstruktur verba + nomina atau berupa klausa predikat + objek + pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau makna sintaktikal melainkan makna idiomatikal tersebut.
            Berkenaan dengan konstruksi predikat + objek ini, maka makna verba menjadi predikat itu sangat bergantung pada nomina, sebagai objek yang mengikutinya. Sebagai contoh kita ambil verba makan, mengambil dan menjual. Pada daftar (a) ketiga verba itu bermakna gramatikal, pada daftar (b) bermakna idiomatikal dan daftar (c) bermakna polisemi.


a.    makan tempe
makan kacang
makan tahu
mengambil uang
mengambil buku
mengambil pensil
menjual sepeda
menjual rumah
menjual sepatu

b.    makan tangan
makan hati
makan krawat
mengambil muka
mengambil hati
mengambil angin
menjual gigi
menjual diri
menjual aksi

c.    makan ongkos
makan waktu
makan diri
mengambil istri
mengambil pegawai baru
mengambil mata
menjual rumah
menjual paksa
menjual semua



c.    Komposisi Verbal dengan Adverbia
            Verba sebagai pengsisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbia atau lebih. Adverbia pendamping verba adalah;
a.       Adverbia negasi: tidak, tak, dan tanpa.
b.      Adverbia kala : sudah, sedang, tengah lagi, dan akan.
c.       Adverbia keselesaian : sudah, sedang, tengah lagi, dan belum.
d.      Adverbia aspektual : boleh, wajib, harus, dapat, ingin, dan mau.
e.       Adverbia frekuensi: sering, jarang, pernah, dan acapkali.
f.       Adverbia kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, dan boleh jadi.
            Sebuah verba dalam statusnya sebagai pengsisi fungsi predikat dalam sebuah klausa bisa didampingi oleh sebuah adverbia tertentu, tetapi bisa juga didampingi oleh dua verba adverbia atau lebih.Berikut adalah contoh komposisi dengan kelas verba;




·         tidak makan
·         sudah tidak makan
·         tidak akan makan
·         sudah tidak akan makan
·         harus datang
·         tidak harus datang
·         boleh jadi tidak datang
·         sudah tidak sering datang
·         pesti belum datang
·         belum pasti datang



2.3.3 Komposisi Ajektival
            Komposisi ajektival adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektiva. Misalnya komposisi cantik molek dan kaya miskin dalam klausa berikut;
·         Gadis yang cantik molek itu duduk termenung.
·         Kaya miskin di hadapan Allah sama aja.
Komposisi ajektival dapat dibentuk dari dasar;
·         ajektifa + ajektifa, seperti tua muda, besar kecil dan putih baru.
·         ajektifa + nomina, seperti merah darah, keras hati dan biru laut.
·         ajektifa + verba, seperti takut pulang, malu bertanya dan berani pulang.
·         adverbia + ajektifa, seperti tidak berani, sangat indah dan agak nakal.

a.    Komposisi Ajektival Bernakna Gramatikal
            Dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal, antara lain, adalah makna yang menyatakan:
1.    Gabungan biasa, sehingga di antara kedua unsurunya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila kedua unsurnya:
a.       memiliki komponen makna yang sama sebagai pasangan bersinonim. Misalnya cantik molek, gagah berani, gagah perkasa, kering mersik, dan sebagainya.
b.      memiliki komponen makna yang berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beroposisi. Misalnya tua muda, besar kecil, baik buruk, atas bawah, timur barat, desa kota, tinggi rendah, jauh dekat, dan sebagainya.
c.       memiliki komponen makna yang sejalan atau tidak bertentangan. Misalnya bulat panjang, gemuk pendek, tinggi kurus, putih bersih, kecil mungil, dan sebagainya. Ada sejumlah pasangan secara eksplisit disisipi kata dan. Misalnya baik dan rajin, ramah dan sopan, murah dan bagus, nakal dan jelek, dan sebagainya.

2.    Alternatif atau pilihan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna yang bertentangan sebagai pasangan berantonim. Misalnya buruk baik, panjang pendek, kalah menang, halal haram, besar kecil, kaya miskin dan sebagainya. Dalam hal ini ada 2 catatan pertama, untuk kata yang tidak memiliki pasangan antonim, maka digunakan adverbia negasi tidaknya.Misalnya jujur tidaknya, dusta tidaknya, suka tidaknya dan sabagainya. Kedua, untuk komposisi dari dua buah unsur yang komponen maknanya berbalikan, tetapi bukan merupakan antonim, disisipi kata tetapi di antara kedua unusrnya. Misalnya nakal tetapi pandai, bodoh tetapi rajin, kaya tetapi kikir, murah tetapi bagus, mahal tetapi jelek, dan sebagainya.
3.    Seperti, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ warna) sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwarna). Misalnya merah jambu, merah darah, biru laut, kuning gading, kuning emas, hijau lumut, biru telur asin, dan sebagainya.
4.    Serba, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama. Struktur komposisi ini sama dengan struktur reduplikasi utuh. Oleh karena itu, untuk membedakan maknanya, perlu contoh dalam bentuk kalimat. Berikit ini contohnya:
a.       Komposisi dan kalimat 
Mereka memakai pakaian putih-putih.
Warna seragam mereka biru-biru.
Senjatanya  hanya pentungan bulat-bulat.
b.      Reduplikasi
Putih-putih haris dibawanya.
Kumpulkan yang biru-biru, yang lainnya buang saja.
Bulat-bulat ditelannya anak ikan itu.
5.    Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama meiliki komponen makna (+sikap batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+kejadian) atau (+ peristiwa). Misalnya takut mati, takut pulang, berani mati, berani dtang, malu datang, malu bertanya, malu bertemu, dan sebagainya.
6.    Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ perasaan batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan). Misalnya sedih mendengar, senang melihat, kecewa mengetahui, curiga melihat, khawatir mendengar, dan sebagainya.

b.   Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal
            Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya;
tinggi hati         : angkuh
keras hati         : bersungguh-sungguh
keras hat          : tidak mau mendengar nasihat
bengkok akal  : licik
panjang usus  :  sabar



c.    Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbia yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi ajektival, yaitu:
a.       Adverbia negasi : tidak.
b.      Adverbia derajat : sama, lebih, kurang, amat, sekali.
contoh pemakaian :
a.       Tidak bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik.
b.      Sama tinggi, lebih jauh, lebih muda, kurang indah, kurang rapat, sangat panjang, sangat lurus, amat baik, amat nakal, merah sekali dan tua sekali.        







BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan

Pemajemukan kata adalah proses penggabungan antara kata dengan kata, kata denggan pokok katadan pokok kata dengan pokok kata yang menghasilkan makna baru. Hasil dari proses pemajemukan adalah kata majemuk atau kompositom. Kata majemuk adalah gabungan dari kata dan kata, kata dan pokok kataatau pokok kata dan pokok kata yang keduanya tidak dapat dipisahhkan satu sama lain. Apabila masih dapat dipisahkan dengann kata lain, maka bukan merupakan kata majemuk. Pokok kata adalah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa serta dalam proses gramatik tidak memiliki sifat bebas.

Cirri-ciri kata majemuk yaitu :
1.        Salah satu unsurnya merupaakan pokok kata atau pokok kata semua
2.        kedua unsurnya berupa kata tetapi kedua unsurnya tidak dapat dipisahkan dengan unsur kata lain.
3.        Salah satu unsur  unsurnya berupa morfem unik.

3.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Perlunya pemahaman yang lebih mendalam terhadap proses pembentukan kata.
2. Perlu adanya batasan-batasan yang jelas mengenai materi yang termasuk dalam pembentukan kata dan kalimat.

3. Dibutuhkan banyak referensi, baik dari buku, internet, maupun surat kabar.

2 komentar:

  1. Kepada seluruh member setia BOLAVITA, jika Anda mengalami kendala saat mengakses situs BOLAVITA, silahkan akses melalui link alternatif kami dengan Link IP : http://159.89.197.59/

    Agen BOLAVITA menyediakan permainan yang sangat lengkap, berikut permainan yang disediakan:
    • Bola Tangkas (Tangkasnet, Tangkas88 dan Tangkas1)
    • Casino Online (WM Casino, Green Dragon dan SBOBET Casino)
    • Sabung Ayam (S128, SV388 dan Kungfu Chicken)
    • Taruhan Bola (SBOBET, MAXBET/ICB Bet dan 368 Bet)
    • Togel Online (KLIK4D dan ISIN4D)
    • Poker Online (POKERVITA)
    • Games Virtual / Slot Games (Joker dan Play1628)

    Bonus yang diberikan Agen BOLAVITA juga sangat banyak dan menguntungkan, baik member baru maupun member setia:
    �� Bonus Welcome Back Rp 200.000
    �� Bonus 10% untuk new member (SPORTSBOOK & SABUNG AYAM)
    �� Bonus 5% Deposit Harian (SPORTSBOOK & SABUNG AYAM)
    �� Bonus Deposit Harian 10% untuk permainan BOLA TANGKAS
    �� Bonus Referral 7% + 2%
    �� Bonus Rollingan 0.5% + 0.7%
    �� Diskon Togel KLIK4D & ISIN4D up to 66%
    �� Bonus Cashback 5% - 10%
    �� Bonus Cashback Bola Tangkas 10%
    �� Bonus Flash Deposit Setiap Jumat 10%
    �� Bonus Extra BIG MATCH 20%
    �� Bonus FREECHIPS Promo Lebaran Ketupat

    Daftar, main dan raih kemenangan Anda bersama kami di http://159.89.197.59/

    Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
    BBM : BOLAVITA / D8C363CA
    Whatsapp : +62812-2222-995
    LINE : cs_bolavita
    TELEGRAM : +62812-2222-995
    Livechat 24 Jam

    BalasHapus

PUISI CORONA

CORONA Karya Asep Perdiansyah Corona datang menyerang Dunia menjadi tak tenang Tempat keramaian seketika menghilang Matahari b...