Senin, 05 Februari 2018

KELAS KATA ADJEKTIVA















KELAS KATA ADJEKTIVA

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  LatarBelakang
Pemberianadjektiva dalamkarya Tata Bahasa Indonesiatidaksebanding banyaknydengan pemerian kelas katverbdanomina. Hal itu disebabkanverba dannominatermasukkelaskata yanpaling banyak anggotanyajikadibandingkandenganadjektiva karenitulah,barangkali penelitiankedua kelaskata tersebutselalumendapatporsiyanlebih banyadaripada kelas katyanlain.Sisi lain yanperlumendapat perhatiaadalah bahwaadjektivsangatpotensiamendudukfungsi predikatdalamkalimat.
Seringkali   timbul   masalasehubungadengan perilaku   sintaksis adjektiva didalamsebuahkalimat. Adjektivaituapakah hanya berfungsi sebagai predikat kalimadan atribusuatu frasataukahdapapula menduduki fungsi lain,seperti fungsi subjek,fungsi pelengkap,intisuatu frasa,dan konstruksiadjektiva yang menjadipewatasnomina dapatkahdisebut sebagaklausrelatif ataukahhanysebagafrasa atribut pewatasnomina?
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mengidentifikasiadjektiva?
2.      Bagaimanapembentukanadjektiva darikelas katlain?
3.      Bagaimana adjektiva dari segi perilaku semantis, sintasksis, dan bentuknya?
4.      BagaimanacontohadjektivabahasadaerahBatak Toba?
5.      Bagaimanaafiksasipembentukanadjektiva?
1.3 Tujuan

1.      Untukmendeskripsikanadjektiva.
2.      Untukmendeskripsikanpembentukanadjektiva darikelas katlain.
3.      Untukmendeskripsikanperilaku adjektiva darisegiperilaku semantis, sintaksis,danbentuknya.
4.      UntukmndeskripsikancontohadjektivabahasadaerahBatak Toba.
5.      Untukmendeskripsikanafiksasipembentukanadjektiva.




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batasan dan Ciri Adjektiva
            MenurutChaer(2008:80)ciriadjektivaataukatakeadaandariadverbiayangmendampinginyaadalahbahwakata-katayangtermasukkelasadjektiva. Batasan kata sifat menurut cara Aristoteles (dalamKeraf, 1984:65) adalahkata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari sesuatu benda: tinggi,  rendah,  lama,  baru,  dan sebagainya. Terdapat batasan yang lain pula menurut Keraf (1984: 65) yaitu kata sifat ialah kata yang member keterangan atau yang menerangkan nama benda. Alwi (2003:177) menyatakan Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifatbiasanyaberadadi depandan di belakang kata benda. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu dapat dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.  Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, ghaib, dan ganda.Perhatikan contoh berikut.
           
Contoh
anak kecil
meja bundar

alatberat
alam gaib

baju merah
pemain ganda


Selanjutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar.
Contoh
Agaknya dia sudah mabuk.
Ia berhasil dengan baik
Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi.
Hal itu dikemukakannya secara sadar.
Bajunya basah kena hujan.

Ditinjaudaribentuknya, adjektivadiedakanmejadidua, yaitu:
1. Adjektivadasaryaitu kata sifat yang dapatdiujidengan kata sangatdanlebih.
2. Adjektivaturunanyaituadjektivaberafiksdanbereduplikasi.

Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat banding acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di samping adjektiva.
                  a. Anak itu sangat kuat.
                  b. Agak jauh juga rumahnya.
Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata lebih dan paling   di muka adjektiva.
Contoh:
                  a. Saya lebih senang di sini daripada di sana.
                  b. Anaknya yang paling besar lulus kemarin.
Menurut Kridalaksana (1986: ) adjektiva mempunyai lima ciri, yaitu:
(1) dapat bergabung dengan partikel tidak.
(2) dapat mendampingi nomina.
(3) dapat bergabung dengan bentuk seperti lebih, sangat, dan agak,
(4) mempunyai ciri morfologis, seperti berakhir dengan –er, -if, dan
(5) dapat dibentuk denagn nomina berkonfiks ke-, ...-an.

2.2 Adjektiva Dari Segi Perilaku Semantisnya
            Karena dari segi bentuknya adjektiva dasar sukar dibedakan dari verba dasar, atau nomina dasar, klasifikasi adjektifa akan dipaparkan lebih dahulu berdasarkan ciri semantisnya. Perinciannya menjadi beberapa tipe bertalian dengan korelasi antara ciri semantisnya dengan proses pembentukan dan penurunan kata adjektiva secara morfologis, serta dengan perilaku sintaktisnya.
            Kelas adjektiva menunjukkan adanya dua tipe pokok: adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Pembendaan adjektiva yang bertaraf dari adjektiva yang tak bertarafbertalian dengan mungkin tindaknya adjektiva itu menyatakan berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat bandingan. Untuk maksud itu dapat dipakai kata seperti sangat, agak, lebih, dan paling: sangat mudah, agak besar, lebih pendek, paling tua. Adjektiva tak bertaraf, sebaliknya, tidak dapat diberi pewatas tersebut. Tidak ada, misalnya, bentuk sangat buntu, agak genap, lebih kekal, paling tunggal.
2.2.1 Adjektiva Bertaraf
            Adjektiva bertaraf dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai tingkat bandingan. Pembendaan tingkat kualitas atau intensitas dinyatakan dengan pewatas seperti benar, sangat, terlalu, agak, dan makin. Pembendaan tingkat banding dinyatakan dengan pewatas seperti lebi, kurang, dan paling.

2.2.1.1 Tingkat Kualitas
            Berbagai tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat intensitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ada enam tingkat kualitas atau intensitas: (1) posistif, (2) intensif, (3) elatif, (4) augmentatif, dan (6) atenuatif.

2.2.1.1.1 Tingkat Positif
            Tingkat positif, yang memerikan kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan, dinyatakan oleh adjektivatanpa pewatas.
Contoh:
            a. Indonesia kaya akan hutan.
b. Suasana kini sudah tenang.
            c. Meskipun baru dibuka, toko itu sudah ramai.

2.2.1.1.2 Tingkat Intensif
            Tingkat intensif, yang menekankan kadar kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas benar, betul, atau sungguh.
Contoh:
            a. Pak Asep setia benar dalam pekerjaannya.
            b. Mobil itu cepatbetul jalannya.
            c. Gua di gunung itusungguh mengerikan.
2.2.1.1.3 Tingkat Elatif
            Tingkat elatif, yang menggambarkan tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan memakai pewatas amat, sangat, atau sekali. Untuk memberikan tekanan yang lebih dan pada tingkat elatif, orang kadang-kadang menggunakan juga kombinasi dari pewatas itu: amat sangat ... atau (amat) sangat ... sekali.
Contoh:
            a. Sikapnya sangat angkuh ketika menerima kami.
            b. Gaya kerjanya amat lamban sekali.
            c. Orang itu memang amat sangat bodoh.

2.2.1.1.4 Tingkat Eksesif
            Tingkat eksesif, yang mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau yang melampaui batas kewajaran, dinyatakan denganmemakai pewatas terlalu, terlampau, dan kelewat.
Contoh:
            a. Mobil itu terlalu mahal.
            b. Soal yang diberikan tadi terlampau sukar.
            c. Orang yang melamar sudah kelewat banyak.

2.2.1.1.5 Tingkat Augmentatif
            Tingkat augmentatif, yang menggambarkan naiknya atau bertambahnya tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas makin ..., makin ... makin ..., atau semakin ....
Contoh:
            a. Sutarno menjadi makin kaya.
            b. Makin banyak peserta makin baik
            c. Makin lama udara di Jakarta makin panas rasanya.
            d. Perumahan rakyat menjadi semakin penting.



2.2.1.1.6 Tingkat Atenuatif
            Tingkat atenuatif, yang memerikan penurunan kadarkualitas atau pelemahan intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas agak atau sedikit.
Contoh:
            a. Gadis yang agak malu itu diterima jadi pegawai.
            b. Saya merasaagak tertarik membaca novel itu.
            c. Anto sedikit marah ketika jatahnya diambil.

2.2.2 Tingkat Banding
            Pada pembandingan dua maujud atau lebih dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas atau intensitasnya dapat setara atau tidak setara. Tingkat yang setara disebut tingkat ekuatif; tingkat yang tak setara dibagi dua: tingkat komparatif dan tingkat superlatif. Tiap-tiap tingkat itu secara sintaksis diungkapkan dengan bentuk yang khusus.

2.2.2.1 Tingkat Ekuatif
            Tingkat ekuatif mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang sama atau hampir sama. Peranti bahasa yang digunakan ialah bentuk klitik se- yang             di tempatkan di depan adjektiva.
Contoh:
            a. Tuti secantik ibunya.
                    b. Harga di Pasar Baru tidak semahal di Pasar Elita.
                    c. Dokternya menemukan bisul sebesar kelereng.
                    d. Toni tidak seberani adiknya.
                    e. Saya tidak serendah seperti yang engkau sangka.

2.2.2.2 Tingkat Komparatif
            Tingkat komparatif mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang lebih atau yang kurang. Pewatas yang dipakai ialah lebih ... dari(pada) ..., kurang ... dari (pada), dan kalah ... dengan/dari(pada). Dewasa ini dalam struktur komparatif pemakaian kata daripada bersaing dengan kata dari.
Contoh:
            a. Mangga arumanis lebih enak dari(pada) mangga golek.
                    b. Dia lebih ilmiah dari(pada) pakar asing.
                    c. Juned lebih keras kepala dari(pada) Daud.
                    d. Restoran ini kurang bersih dari(pada) restoran itu.

2.2.2.2.1 Penominalan Adjektiva Komparatif
            Adjektiva komparatif dapat dinominalkan menjadi subjek kalimat dengan penambahan yang sebelumnya dan diikuti frasa nominal yang dibandingkan.
Contoh:
            a. Kusnawanlah yang lebih pandai di antarakeduanya.
                    b. Di antara dua kota itu Bandunglah yang lebih ramai.

2.2.2.2.2 Kebermakahan Adjektiva Komparatif
            Di dalam pemakaian tingkat komparatif hendaknya diperhatikan pasangan antonim seperti besar : kecil, panas : dingin, berat : ringan, dan mahal : murah. Pasangan itu bertalian dengan konsep pemarkahan. Pengertian tentang markah bertalian dengan cara pandang manusia tentang alam sekitarnya. Dalam kaitannya dengan bahasa, khususnya kelas adjektiva, orang biasanya memakai bentuk yang dianggap netral, atau yang disenangi.
Contoh:
            a. Saya minta batu yang lebih besar dari ini.
                    b. Saya minta batu yang kurang kecil dari ini.

2.2.3 Tingkat Superlatif
            Tingkat superlatif mengacu ke tingkat kualitas atau intensitas yang paling tinggi di antara semua acuan adjektiva yang dibandingkan. Tingkat itu dalam kalimat dinyatakan dengan pemakaian afiks ter- atau pewatas paling di muka adjektiva yang bersangkutan. Adjektiva superlatif dapat diikuti frasa yang berpreposisi dari, antara, di antara, dari antara beserta nomina yang dibandingkan.
Contoh:
            a.Dari semuaanakku Kusnolah yang terpandai.
                    b. Toni yang paling rajin di antara semua mahasiswa.
                    c. Kamar ini yang termahal dari antara yang pernah saya sewa.
                    d. Saya perlukan paling lama dua jam untuk datang.
                    e. Dialah orang yang paling tidak sombong.
                    f. Pekerjaan ini yang paling tidak bermanfaat.

Adjektiva bertaraf dapat dibagi atas:
(1) adjektiva pemeri sifat
(2) adjektiva ukuran
(3) adjektiva warna
(4) adjektiva waktu
(5)adjektiva jarak
(6) adjektiva sikap batin
(7) adjektiva cerapan
Secarasemantis batas antara tujuh kategori itu tidak selalu jelas, bahkan kadang-kadang bertumpang tindih. Namun, secara morfologis akan tampak perbedaan potensi penurunannya.
1.  Adjektiva Pemeri Sifat
            Adjektiva pemeri sifat jenis ini dapat memerikan kualitas dan intensitas yang bercorak fisik atau mental.
           
Contoh
Aman
ganas
bersih
kebal
cocok
latah
dangkal
panas
Indah
dingin






2. Adjektiva Ukuran
            Adjektiva ukuran mengacu ke kualitas yang dapat diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif.
Contoh
berat
pendek
tebal
lapang
ringan
kecil
tipis
sempit
tinggi
besar
renik
longgar
panjang
rendah
luas

                                                           
3. Adjektiva Warna
            Adjektiva warna mengacu ke berbagai warna seperti:
Contoh
Merah
hitam
Kuning
putih
Hijau
jingga
Biru
lembayung

Nama warna lain banyak yang diambil dari nama buah atau tumbuhan, seperti cokelat, sawo (matang), kopi (susu). Di samping itu, ada beberapa unsur serapan dari bahasaasing, seperti oranye dan krem.Corak warna merah, kuning,hijau, hitam, dan putih dinyatakan sebagai berikut.

Contoh
merah bata
merah masak
merah bungur
merah menyala
merah dadu
merah merang
merah darah
merah murup
merah delima
merah padam
merah hati
merah saga
merah jambu
merah sepang
merah lembayung
merah tedas
kuning gading
kuning emas
kuning langsat
kuning telur
                                                                       
4. Adjektiva Waktu
Adjektiva waktu mengacu ke masa proses,perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung sebagai pewatas.
Contoh
lama
lambat
segera
larut
jarang
mendadak
sering
singkat
cepat

           
5. Adjektiva Jarak
            Adjektiva jarak mengacu ke ruang antara dua benda, tempat, atau maujud sebagai pewatas nomina.
Contoh
jauh
rapat
dekat
renggang
lebat
akrab
suntuk


6. Adjektiva Sikap Batin
            Adjektiva sikap batin bertalian dengan pengacuan suasana hati atau perasaan.

Contoh
bahagia
kasih
bangga
ngeri
benci
pening
berahi
ragu- ragu
berani
rindu
cemas
risau


7. Adjektiva Cerapan
            Adjektiva cerapan bertalian dengan pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencitarasaan.
Contoh
Penglihatan:               
gemerlap, suram, terang
pendengaran    :
bising, garau, jelas, merdu
penciuman       :
anyir, busuk, hancing, harum, semerbak, tengik
perabaan          :
basah, halus, kasar, keras, kesat, lembab, lembut
pencitarasaan   :

asam, enak, kelat, lezat, lemak, manis, pahit, payau

2.2.2 Adjektiva Tak Bertaraf
            Adjektiva tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu.Kehadirannya di dalam lingkungan itu tidak dapat bertaraf-taraf.Sesuatu ada di dalamnya atau di luarnya, yaituadjektiva yang tidakdapatberdampingandengan kata agakdansangat.
           
Contoh
abadi
lancing
buntu
mutlak
gaib
niskala
ganda
pelak
genap
sah
gasal
tentu









2.3 Adjektiva Dari Segi Perilaku Sintaksisnya
2.3.1 Fungsi Atributif
            Adjektiva yang merupakan pewatas dalam frasa nominal yang nominanya menjadi subjek,objek, atau pelengkap dikatakan dipakai secara atributif. Tempatnya di sebelah kanan nomina.
Contoh
bukumerah
hargamahal
gadiskecil
suaralembut
bajuputih


2.3.2 Fungsi Predikatif
            Adjektiva yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam klausa dikatakan dipakai secara predikatif.
Contoh:
            a.Gedung yang baru itu sangat megah.
                   b. Setelah menerima rapor, mereka pun gembira.
                   c. Sedihlah hatinya melihat anaknya tidak naik kelas.
                   d. Yang dibelinya kemarin tidak mahal.
                   e. Hatinya tidak akan tenang sebelum suaminya kembali.

2.3.3 Fungsi Adverbial atau Keterangan
            Adjektiva yang mewatasi verba (atau adjektiva) yang menjasi predikat klausa dikatakan dipakai secara adverbial atau sebagi keterangan. Hal itu juga terjadi jika frasa adjektival menjadi menjadi keterangan seluruh kalimat. Pola struktur adverbial itu dua macam: (1) ... (dengan) + (se) + adjektiva + (-nya) yang dapat disertai reduplikasi dan (2) perulangan adjektiva.
Contoh:
            (bekerja) dengan baik
            (berkata) dengan tegas
            (pergi) dengan cepat


2.4 Adjektiva Dari Segi Bentuknya
            Dari segi bentuknya, adjektiva terdiri atas (a) adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan (b) adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.

2.4.1 Adjektiva Dasar (Monomorfemis)
            Sebagian besar adjektiva dasar merupakan bentuk monomorfemis, meskipun ada yang berbentuk perulangan semu.
Contoh
Besar
pura- pura
mrah
sia- sia
Sakit
hati- hati
bundar
tiba- tiba

2.4.2 Adjektiva Turunan (Polimorfemis)
            Adjektiva turunan polimorfemis dapat merupakan
(1) hasil pengafiksan sebagaimana dapat dilihat pada 2.4.2.1 tentang tingkat ekuatif dengan prefik se-, dan pada 2.4.2.3 tentang tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Bentuk-bentuk itu tidak akan dibicarakan lagi di sini.
(2) hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan -em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.

Contoh
Adjektiva
Nomina
Gemetar
getar
Gemuruh
guruh
Kemilap
kilap
Kemilau
kilau
                       
                       
Contoh
Adjektiva
Adjektiva
Gemerlap
Gerlap
Gemilang
Gilang
Gemilap
Gilap
Semerbak
Serbak

                       
Contoh
Adjektiva
Verba
Sinambung
sambung

           
2.4.2.1 Adjektiva Bersufik-i, -iah atau –wi, -wiah
            Adjektiva yang bersufiks,-i, -iah atau –wi,-wiah memiliki dasar nomina yang berasal dari bahasa Arab. Selain itu,sufik-sufiks tersebut kini jugasering diterapkan pada nomina serapan yang berasal dari bahasa lain.
Contoh
Nomina
Adjektiva
Adjektiva
alam
Alami
alamiah
insan
Insane
insaniah
dunia
Duniawi

manusia
Manusiawi

raga
Ragawi


a. Biarkan anak-anak tumbuh secara alami.
b. Perlu diingat bahwa jabatan itu tidak abadi.
c. Hal itu terjadi karena kesalahan manusiawi saja.   

2.5 Adjektiva dan Kelas Kata Lain
2.5.1 Adjektiva Deverbal
            Ada sekelompok verba dalam bahasa Indonesia yangtanpa perubahan bentuk dapat berfungsi sebagai adjektiva. Verba-verba ini pada mulanya diturunkan dari kata dasar yang dibubuhi dengan afiks-afiks tertentu seperti
(i) me-
(ii) meng—kan
(iii) ter-
(iv) ber-.
Berikut adalah contoh untuk keempat kelompok ini.
Contoh
me-
menarik, memukau     
meng—kan
menggembirakan
ter-
terkenal, terharu
ber-.
beruntung, berbahaya
           
2.5.2 Adjektiva Denominal
            Adjektiva denominal tidak terlalu banyak jumlahnya. Ada dua proses morfologis yang dapat dikemukakan di sini. Yang pertama ialah nomina yang berprefiks pe(r)- atau peng- seperti pemalas dan yang kedua ialah nomina berkonfiks ke-an yang mengalami reduplikasi.

2.5.2.1 Adjektiva Bentuk pe(r)- atau peng-
            Kelompok adjektiva ini berasal dari nomina yang mengandung makna ‘yang ber-...’atau’yang meng-...’
Contoh
pelupa             
pengampun     
pemalas
pengasih
pemalu
penyayang
pemarah
Pendendam

a. Gadis yang sangat pemalu itu selalu menunduk jika diajak berbicara.
b. Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mencintai segalamakhlukNya.

2.5.2.1 Adjektiva Bentuk ke—an dengan Reduplikasi
            Adjektiva yangberpola ke—an dengan reduplikasi memerikan sifat ‘mirip dengan’ apa yang diungkapkan oleh nomina yang menjadi dasar bentu itu. Proses penurunan ini adalah melalui pembentukan nomina abstrak dengan konfiks ke—an yang kemudian direduplikasi secara parsial.
Contoh
Nomina
Nomina
Adjektiva
Ibu
keibuan
keibu- ibuan
Bapak
kabapakan
kebapak- bapakan
Kanak
kanak- kanak
kekanak- kanakan

a. Perangainya yangkeibu-ibuan disenangi anak buahnya.
b. Walaupun sudah dewasa, dia sering berprilaku kekanak-kanakan


2.6 Kata Sifat Bahasa Batak Toba
MenurutSitorus (1986:94- 96)Ciri kata sifat bahasa Batak Toba  seperti teetera di bawah ini.
a.  Ciri Sintaksis
Kata sifat bahasa Batak Toba dapat didahului oleh kata tugas 'amat', tung,'amat',  apala 'sangat', lam 'semakin'.  Contoh kata sifat itu yaitu:
a. dengan massai
/massai balga/        'amat besar'
b. dengan tung
/tung malo/              'amat pandai
b. Ciri Semantik
Kata sifat menerangkan benda atau memberi penjelasan tentang bentuk.
Contoh:
a. /maniak/                  ' pedih,'
b. /manappir/               ‘keras’
c. /marnian/                  ‘kurus’

2.7 AfiksasiPembentukanAdjektiva
Dalamsubbabberikutakandibicarakan kata- kata berafiksbahasaIndonsiaolehbayakpakardigolongkansebagaikataberkelassdjektivadandalamsubbab lain kata- kata berkelasadjektiva yang berasaldari unsure serapandengankemungkinanpenggunaanafiksserapannyadalampembentukan kata berkelasadjektiva (Chaer, 2008:168).

a.      DasarAdjektivaBerprefikspe- 
Ada duamacam proses pembubuhanprefikspe-padadasaradjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkansecaralangsungdankeduadiimbuhkanmelaluiverbaberafiksme-kan.
1.      Dasar + pe- = pe-dasar
2.      Dasarme-dasar-kan + pe- = pe-dasar
Pemberianafikspe-secaralangsungdapatterjadikalaudasaradjektivaitumemilikikomponenmakna (+ sikapbatin) danmemberimaknagramatikal ‘yang memilikisifat (dasar)’.Misalnya:
Maknagramatikal ‘yang memilikisifat (dasar)’.
Contoh
Pemalu
Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
Pemarah
Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
Pengecut
Dika sangat pengecut karena tidak mempertanggungjawabkan perkataannya.
Pendendam
Orang itu terlihat seperti pendendam dari raut wajahnya

Pemberianprefikspe-melaluiverbaberklofiksme-kandapatterjadiapabiladasaradjektivaitumemilikikomponenmakna (+keadaanfisik) danmemberimaknagramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.Misalnya:

Maknagramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.
Contoh
Penjinak
Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut dengan pawang ular.
Pengering
Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
Pemutih
Randi disuruh oleh ibunya untuk membeli pemutih pakaian di warung.
Pendingin
Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.

Kedua kata berprefikspe-dengandasaradjektivasesungguhnyaberkategorinomina, sebabsemuanyadapatdiawali adverbial bukan; tetapitidaksemuadapatdiawaliadverbiaagakdansangat.Bentukagakpemaluberterima; tetapiagakpemudadansangatpembersihtidakberterima.

b.      DasarAdjektivaBerprefiksse-
Pemberianprefiksse-padasemuadasaradjektivamemberimaaknagramatikal ‘sama (dasar)’ dengannomina yang mengikutinya.Contohnya :

maaknagramatikal ‘sama (dasar)’ AdjektivaBerprefiksse-
Contoh
Sepandai A, “sama pandai dengan A”
Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
Secantik B, “sama cantik dengan B”
Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
Setinggi C, “sama tinggi dengan C”
Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.

Dasaradjektivadenganprefiks se- bukanlahberkategoriadjektivasebabtidakdapatdiawaliadverbiaagakdansangat.Bentukagaksepintardansangatsepintar.Tidakberterima.Prefiks se- padadasaradjektivabertugasmembentuktingkatperbandingan ‘sama’ atausederajatdalamsatu system penderajatan.Contoh: Setinggi → samatinggi → tingkatsama. (tinggian) →lebihtinggi → tingkatlebih.(tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling



c.       DasarAdjektivaBerprefikster-
Pengimbuhanprefikster-paasemuadasaradjektivamemberimaknagramatikal ‘paling (dasar)’.Misalnya:
maknagramatikal ‘paling (dasar)’ Berprefikster-
                     Contoh
Tercantik, “paling cantik”
Dian adalah wanita tercantik yang pernah Doni liat.
Terbodoh, “paling bodoh”
Randi adalah laki-laki terbodoh karena lebih mementingkan pacarnya ketibang ibunya sendiri.
Terbesar, “paling besar”
Hotel Sahid merupakan salah satu hotel terbesar yang berada di Yogyakarta.

Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatikan : (setinggi) => sama tinggi => tinggi sama.
(tinggian) => lebih tinggi => tinggi lebih. Tertinggi => paling tinggi => tingkat paling (superlatif)

d.      DasarAdjektivaBerkonfikske-an
Pengimbuhankonfikske-anpadadasaradjektivaakanmemberimaknagramatikal ‘agak (dasar)’ bilaadjektivaitumemilikikomponenmakna (+warna). Misalnya:
maknagramatikal ‘agak (dasar)’ AdjektivaBerkonfikske-an
Contoh
Kehitaman, “agak hitam”
Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
Kemerahan, “agak merah”
Warna kulit  Sinta agak kemerahan pada saat baru  lahir.
Kebiruan, “agak biru”
Asri menyukai warna kamar yang sedikit kebiruan.

Ada sejumlahmaknagramatikal yang dimilikidasaradjektivabiladiberikonfikske-an. Diantaranyaadalah:
Bermaknagramatikal ‘terlalu (dasar)’ apabilabentukdasarnyamemilikikomponenmakna (+ warna), (+ rasa) atau (+ukuran).
Contoh
Kekecilan, “terlalu kecil”
Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat seluruh anggota keluarganya.
Kekenyangan, “terlalu kenyang”
Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang telah dimasak oleh chef Juna.
Bemaknagramatikal ‘hal (dasar)’ apabilabentukdasarnyamemilikikomponenmakna (+ sikapbatin). Misalnya:
Contoh
Ketakutan, “hal takut”
Laki-laki itu merasa ketakutan saat berjalan di depan kuburan yang keramat tersebut.
Kesedihan, “hal sedih”
Kesedihan yang saya alami saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan pada saat saya kehilangan seorang ayah.

e.       Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
o   Memalukan, “menyebabkan malu”
Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding melawan PERSIJA.
o   Mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
Contoh dalam kalimat: nilai rapor Ana sangat mengecewakan
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

f.       Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
o   Mencintai, “merasa cinta pada”
Contoh dalam kalimat: Kedua pasangan itu saling mencintai.
o   Mengagumi, “merasa kagum pada”
*Contoh dalam kalimat: Saya mengagumi laki-laki yang rajin beribadah itu.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat diikuti oleh sebuah objek.

g.      Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk ketegori ajektiva.

h.      Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektiv

Ka Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”,
if,  if misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif,konsultatif, administratif,kolektif, primituf, dan konsumtif.
ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
KaKata serapan dari bahasa Arab
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”
-        i, misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
-     iah, misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.

Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.





























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata-kata berafiks bahasa Indonesia sebagai kata berkelas adjektiva yang bertumpang tindih antara lain dasar adjektiva berprefiks pe-, dasaradjektiva berprefiks se-, dasar adjektiva berprefiks ter-, dasar adjektiva berkonfiks ke-an, dasar adjktiva berklofiks me-kan, dasar adektiva berklofiks me-i, dasar lain berkomponen makna ( + keadaan), dan pembentukan adjektiva dengan “afiks” serapan ( serapan dri bahasa Inggris, Belanda, dan Arab).

Adjektiva dari segi perilaku semantisnya terbagi atas adjektiva bertaraf dan adjektiva tak bertaraf, adjektiva dari segi perilaku sintaksisnya dapat berfungsi atributif dan predikatif, dan adjektiva dari segi bentuknya terdiri atas adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu polimorfemis.

Pertarafan adjektiva dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atauintensitas dan berbagai tingkat bandingan. Dan adjektiva dengan kelas kata lain ada golonga yang dihasilkan dari verba dan nomina lewat proses transposisi, yang mengubah kelas kata tanpa perubahan bentuk, dianggap penurunan dengan
afiksasi nol.

3.2   Saran
Mempelajari lebih banyak tentang bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Kitaharus bisa menciptakan suasana kelas yang pas dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.





DAFTAR PUSTAKA

Alwi,Hasandkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Arifin,  Zaenal E. danJunaiyah. (2009). MorfologiBentuk, Makna, danFungsi.
Jakarta: Grasindo.
Chaer, Abdul. (2008). MorfologiBahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
PT RinekaCipta.

Keraf, Gorys. (1984). Tatabahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimukti. (2005). Kelas Kata dalamBahasa Indonesia. Jakarta:
GramediaPustaka.

Sitorus, Mathias. (1986). Sistem Kata Benda dan Kata SifatBahasaBatak Toba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI CORONA

CORONA Karya Asep Perdiansyah Corona datang menyerang Dunia menjadi tak tenang Tempat keramaian seketika menghilang Matahari b...