Senin, 05 Februari 2018

KELAS KATA KATEGORI ADVERBIA, PRONOMINA, DAN NUMERALIA















KELAS KATA KATEGORI ADVERBIA, PRONOMINA, DAN NUMERALIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Kelas kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau golongan (kategori) kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis  kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu.  Proses morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Sehingga secara singkat kelas kata dapat diartikan sebagai golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi Kelas kata.
Ada beberapa fungsi kelas kata antara lain, melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret, membentuk bermacam – macam struktur kalimat, memperjeleas makna gagasan kalimat, membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat, membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain, mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain : berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato – pidato dan diskusi, mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak, dan menerima. Oleh karena itu dengan banyaknya fungsi kelas kata, pada makalah ini penulis akan menjelaskan kelas kata kategori adverbia, pronomina, numeralia.
1.2         Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diurai dalam makalah ini meliputi:
a.       Bagaimana konsep konsep dasar adverbia, pronomina, numeralia ?
b.      Apa saja subkategori, adverbia, pronomina, numeralia?
c.       Bagaimana pemakaian adverbia, pronomina, numeralia?
1.3         Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
a.       Menjelaskan konsep dasar adverbia, pronomina, numeralia.
b.      Mendeskripsikan subkategori, adverbia, pronomina, numeralia.
c.       Menguraikan pemakaian adverbia, pronomina, numeralia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1         ADVERBIA
Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Contoh adverbia adalah sangat, amat, tidak.
Abdul Chaer (49:2009) Adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan ajektifa dalam pembentukan frase; atau dalam pembentukan sebuah klausa. Menurut, Hasan Alwi dkk (197:2003) menyatakan bahwa dilihat dari tatarannya perlu dibedakan adverbia dalam tataran frasa dari adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbia lain. Pada contoh berikut terlihat bahwa advebia sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih, dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu, dalam tataran klausa, adverbia membatasi atau menjelaskan fungsi – fungsi sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Sedangkan menurut Kridalaksana, (1986 : 81), adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaktis. Dalam kalimat  “Ia sudah pergi”, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva, misalnya dalam kalimat “saatnya sudah dekat.” Jadi, sekalipun banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia.
Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem.
1)      Adverbia dasar bebas
alangkah                                  nian
agak                                         niscaya
akan                                         nggak (non-standar)
amat                                        nun
banget (non-standar)               paling
barangkali                                pernah
belaka                                      pula
bisa                                          rada (non-standar)
belum                                      saja
boleh                                       saling
bukan                                      sangat
cuma                                        selalu
dapat                                       senantiasa
gus                                           serba
hampir                                     sering
hanya                                       sudah
kerap                                       sungguh
lagi                                          tak
masih                                       telah
memang                                   tidak
2)      Adverbia turunan terbagi atas:
a)    Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari:
i.           Adverbia bereduplikasi, misalnya agak – agak, belum – belum, bisa – bisa, jangan – jangan, lagi – lagi, lebih – lebih, paling – paling, rada – rada, dan sering – sering.
ii.         Adverbia gabungan: belum boleh, belum sering, tidak boleh, tidak boleh tidak, tidak mungkin lagi, masih belum lagi, masih belum, belum tentu, dan tidak mungkin.
b)   Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, terdiri dari:
i.           Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter-, misalnya terlalu, dan terlampau dan dengan prefiks se-, misalnya sekali
ii.                  Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi:
a.    denominal: akhir – akhir, malam – malam, mula – mula, pagi – pagi, tengah – tengah.
b.   depronominal: sendiri – sendiri
c)    Adverbia de-ajektival: awas – awas, baik – baik, hemat – hemat, benar – benar, keras – keras,  jauh – jauh, lambat – lambat, sebentar – sebentar.
d)   Adverbia denumeralia: sedikit – sedikit, dua – dua.  
e)    Adverbia deverbal: kira – kira, tahu – tahu.
3)      Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina, misalnya:
A         + -nya: agaknya, harusnya.
N         + -nya: rasanya, rupanya.      
V         + -nya: hendaknya, kiranya.
Num    + -nya: seluruhnya, semuanya.
pada    + N + -nya: pada dasarnya, pada hakikatnya.
pada    + A + -nya: pada hematnya, pada hematnya saya.
4)      Advebia deverbal gabungan:
Mau tidak mau, tidak dapat tiada, tidak dapat jadi, masih belum juga, ingin benar, tidak terkatakan lagi.
5)      Adverbia de-ajektival gabungan:
Tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali.
6)      Gabungan proses, misalnya:
se- + A + -nya             : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
se- + V + -nya             : seharusnya, sedapatnya.
se- + R A + -nya         : selambat – lambatnya, secepat – cepatnya.

2.1.1             Subkategorisasi Adverbia
Ada dua jenis adverbia, yaitu
1.      Adverbia intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numeralia, atau adverbia lain.
Contoh:
Alangkah
Gus
Pula
Agak
Hampir
Rada
agak – agak
Hanya
rada – rada
amat sangat
Harus
Saja
Baku
Jangan
Saling
Banget
Juga
Sangat
Belaka
Kerap
Selalu
Bisa
Lagi
Senantiasa
Belum
Masih
Sering
Boleh
masih belum
Sudah
belum boleh
Nian
Sungguh
beum sering
Niscaya
Tak
Cuma
Nun
Telah
Dapat
Paling
Tidak
Doang
Pernah


2.      Adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah – pindah posisi dan secara semantis mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.
Contoh: barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
2.1.2             Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek). Atau mulai berlangsung (inkoatif). Modalitas menerangkan sikap atau susunan pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kuantitas menerangkan frekuensi atau jumlah terjadinya suatu perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
  1. Adverbia sebagai penanda aspek
Jenis Aspek
Penanda Aspek
Contoh Pemakaian Aspek
Duratif
Imperfektif
Perfektif
Perfektif
perfektif
Inkoatif
Lagi
Masih
Pernah
Sudah
Telah
Mulai
Biarkan saja! Dia lagi jahil.
Suhunya masih tinggi.
Saya pernah  gamang di sini.
Gunung itu sudah  gundul.
Meraka telah cocok.
Rambutnya mulai ikal.
*beberapa aspek tidak diungkapkan oleh adverbia



  1. Adverbia sebagai penanda modalitas
Penanda Modalitas
Contoh Pemakaian Modalitas
Akan
Belum
Barangkali
Boleh
Dapat
Harus
Jangan
Kagak
Mungkin
Nggak
Tak
Tidak
Martha akan gemas melihat anak lucu ini.
Mereka belum harus
Coba lihat dulu, barangkali dia sibuk hari ini.
Pesta boleh meriah.
Otot dapat kejang karenanya.
Saya harus lantang bersuara.
Ayo, jangan malu – malu, kita kan sama – sama teman
Ah, gue sih kagak kasian sama dia.
Dia mungkin khawatir atas nasib anaknya.
Dia nggak gesit sih, jadi kalah deh.
Dia tak kecewa terhadapmu.
Orang itu tidak lalai.
*adverbia yang ekstraklausal merupakan penanda modalitas.
  1. Adverbia sebagai penanda kuantitas
Penanda Kuantitas
Contoh Pemakaian Kuantitas
Gus
Sering
Saling
Kerap
Ahmad mengerjakan pekerjaanya sekaligus kemarin
Dia sering membolos dari pekerjaanya
Mereka saling mencintai
Dia kerap mengikuti seminar mengenai bahasa

  1. Adverbia sebagai penanda kualitas
Penanda Kualitas
Contoh Pemakaian Kualitas
Alangkah
Agak
Amat
Banget
Belaka
Cuma
Doang
Hampir
Hanya
Juga
Justru
Kerap
Maha
Memang
Nian
Niscaya
Nun
Paling
Pula
Rada
Saja
Sangat
Selalu
Senantiasa
Serba
Alangkah cantiknya wajah gadis itu.
Ia merasa agak letih sore ini.
Saya amat kecewa melihat hasil pekerjaan Anda.
Gua cinta banget ama elo.
Saya bosan menemani dia, kerjaanya membual belaka.
Laki – laki itu cuma mengganggu saja.
Makan doang kerjaanya, mikirnya sih kagak.
Pakaiannya hampir tertinggal di belakang pintu.
Dia hanya berbicara tentang pekerjaannya
Saya juga hampir terkecoh.
Kesalahannya itu yang justru menjantuhkan martabatnya.
Kejadian itu kerap menimpanya.
Dia merasa dirinya maha mengetahui
Dia memang cantik, tetapi hatinya jahat.
Cantik nian anakmu itu!
Cobalah engkau bekerja keras, niscaya hasilnya memuaskan.
Perkampungan itu terlihat nun jauh di sanan.
Ia paling membenci membaca perihal peperangan.
Perkawinan mereka tenteram dan bahagia pula.
Hati – hati, dia rada gila.
Kesal saja hatinya melihat orang – orang itu.
Ah, apa benar dia sangat cantik.
Anaknya selalu menolak menuju ke depan kelas.
Mereka senantiasa membantu pekerjaanku.
Gedung yang serba moderen itu kelihatannya megah.

2.1.3    Ciri-ciri Adverbia
a.       Mendampingi ajektiva
Contoh: Anak itu terlalu kecil untuk mencari nafkah.
  Saya paling benci dengan orang yang suka berbohong.
b.      Mendampingi numeralia
Contoh: Dia sudah tiga kali ketahuan berbohong.
  Milana hampir dua minggu ini tidak masuk kantor.
c.       Mendampingi proposisi
Contoh: Dia akan ke Bali dalam minggu ini.
  Saya sudah di Jakarta ketika kamu menelepon.
d.      Kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia umumnya berfungsi sebagai prediket.
Contoh: Ia selalu sedih jika teringat ibunya.
e.       Sebagian ada adverbia yang menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat.
Contoh:  Anaknya saja tidak mau mendengarkan perkataannya.

2.2         PRONOMINA
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikanya itu disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan, yakni kami – kami, dia – dia, beliau – beliau, mereka – mereka, dengan pengertian meremehkna atau merendahkan. (kridalaksana, 1986:76)
2.2.1        Subkategorisasi Pronomina
Subkategorisasi terdapat pronomina didasarkan atas dua hal, yaitu:
  1. Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu pronomina dibagi atas:
a.       Pronomina intratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat dalam wacana. Bila anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat anaforis. Bila anteseden muncul sesudah pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat kataforis.
Contoh:
Bersifat anaforis
Pak Karta supir kami. Rumahnya jauh.
Anteseden

Bersifat kataforis
Dengan gayanya yang berapi – api itu, Sukarno berhasil menarik massa.
 Anteseden
                        (Nya yang bersifat kataforis ini hanya bersifat intra kalimat.)
b.      Pronomina ekstratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Ia bersifat deiktis.
Contoh:
Aku yang memilikinya
Itu yang kutulis
Engkau jangan pergi
  1. Dilihat dari jelas atau tidaknya refrennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri dari:

a.      Pronomina takrif
Pronomina ini menggantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas pada pronomina persona.
Pronomina persona terdiri dari:
Pronomina persona
Singularis
Pluralis
Pronomina persona I
saya, aku
kami, kita
Pronomina persona II
kamu, engkau, anda
kalian, kamu sekalian
Pronomina persona III
ia, dia, beliau
kereka, mereka semua

b.      Pronomina tak takrif
Pronomina yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu.
Contoh: sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa – apa, anu, masing – masing, sendiri.
2.2.2        Pemakaian Pronomina
  1. Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian non-standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
  2. Dalam bahasa kuna juga terdapat pronomina, seperti patik dan baginda.
  3. Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan. Oleh sebab itu, bentuk wacana berikut tidak terterima: Alisjahbana menulis beberapa buku.
   *mereka tebal-tebal.
Satu-satunya kekecualian ialah nya yang merupakan alomorf dari ia:
Kita sudah kehabisan beras.
Biarlah saya membelinya.
Dalam kalangan terbatas ia sering dipakai untuk menggantikan nomina tak bernyawa.
Contoh:
Masa taman kanak-kanak sering dianggap tidak penting oleh orang. Ia hanya dianggap sebagai tempat anak-anak bermain-main saja. 
2.3         NUMERALIA
Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. ( Kridalaksana, 2008:79)

Kategori Kata bilangan (numeralia) adalah:
a.       Mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis.
Contoh:
1.      Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
2.      Kami membeli setengah lusin buku tulis.
b.      Mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain.
Contoh:
1.      Hanya lima atau enam orang saja yang hadir pada rapat hari itu.
2.      Dua tambah dua sama dengan empat.
c.       Tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Contoh: 
tidak dua atau sangat tiga

2.3.1        Subkatagorisasi Numeralia
Dalam bahasa Indonesia, Kata bilangan (numeralia) dikelompokkan menjadi dua jenis. Dua jenis kata bilangan tersebut adalah kata bilangan takrif dan kata bilangan tak takrif. Selengkapnya kita simak pada bahasan berikut :
  1. Kata  Bilangan Takrif
Kata bilangan takrif adalah kata bilangan yang digunakan untuk menyatakan jumlah.
Kata bilangan takrif  sendiri terbagi menjadi  dua macam, yaitu :
1.      Kata  Bilangan  Utama (Kardinal)
Kata bilangan utama masih dibagi lagi menjadi  empat jenis, yaitu :
a)      Kata bilangan penuh
Yaitu kata bilangan utama yang menyatakan jumlah tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa  bantuan kata lain.
Contoh: Satu, dua, tiga, tujuh, sepuluh, dua puluh, empat puluh.
§  Satu atau dua orang wajib mewakili kelas dalam perlombaan lompat karung dalam rangka perayaan 17 Agustus.
§  Pemeriksaan kesehatan itu membutuhkan waktu selama dua jam untuk mengetahui hasilnya.
b)      Kata bilangan pecahan
Yaitu kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut, dalam bahasa huruf kata bilangan pecahan dibubuhi partikel (per-)
Contoh:
½         = satu perdua (setengah)
¼         = satu perempat (seperempat)
¾         = tiga perempat   
§  Lely membeli setengah kilogram gula di toko.
§  Tiga per empat dari kue itu adalah milik Andi.
c)      Kata bilangan gugus
Yaitu kata bilangan yang digunakan untuk menyebutkan kelompok jumlah satuan (benda, hal, dsb).
Contoh:
1 Gros              = 144 (12 lusin)
1 Lusin            = 12
1 Kodi             = 20
1 Tahun           = 12 bulan (360 hari)
1 Abad                        = 100 tahun
1        Windu       = 8 tahun
1        Milenium   = 1000 tahun
§  Pakaian itu dijual lebih murah jika pembeliannya satu kodi.
§  Dia tidak bertemu Ayahnya selama 1 tahun.
2.      Kata bilangan tingkat 
Numeralia tingkatan adalah kata bilangan yang melambangkan urutan dalam jumlah.
Contoh:
kesatu
kedua
ketiga
keempat
kelima
keenam
kesepuluh
keseratus

§  Rian berhasil meraih peringkat kedua di kelasnya.
§  Toko roti itu memberikan kupon gratis untuk pembelian keseratus.
§  Sudah yang keseribu kalinya pilot itu melanglang buana di angkasa.
3.         Numeralia pokok kolektif
Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan afiksasi yang ditempatkan di muka dan diakhir nomina yang diterangkan.
Contoh: 
ketiga, keenam-enamnya, beratus-ratus, puluhan, ribuan, bertahun-tahun.
§  Beratus-beratus penduduk desa Wonogiri bertransmigrasi ke Lampung.
§  Buku itu disimpan bertahu-bertahun lamanya (bertahun-tahun juga bersifat tak takrif)
  1. Kata  Bilangan (numeralia) Tak Takrif
Kata bilangan tak takrif adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah yang tak tentu (tidak jelas).
Contoh:
beberapa
tiap-tiap
sebagian
separuh
segala
segenap
sekalian
semua
seluruh 
berbagai
§  Ayah memasukan mangga pada tiap-tiap keranjang
§  Beberapa siswa menuju ke lapangan sepak bola
§  Berbagai peralatan rumah tangga di juah di pasar Klewer.













BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Ciri-ciri adverbia mendampingi adjektiva, mendampingi numeralia, Mendampingi proposisi, kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia umumnya berfungsi sebagai prediket, Sebagian ada adverbia yang menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Ada tiga jenis adverbia, dilihat dari cara, tempat,  waktu.
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina yang lain. Jika dilihat dari fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki nomina. Ciri lainnya adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indoensia, yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk dan pronomina penanya.
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada beberapa jenis numeralia, numeralia pokok, numeralia tingkat, numeralia pecahan, serta terdapat frasa numeralia.

3.2    Saran
Dalam mempelajari tata bahasa, perlu dilakukan secara cermat karena terdapat banyak pengelompokan jenis satuan bahasa. Untuk itu, saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca adalah:
a.  Cermati setiap jenis satuan bahasa sehingga dapat membedakan masing-masing satuan dengan akurat.
b. Mengaplikasikan teori tata bahasa ke dalam kehidupan sehari-hari agar penggunaan tata bahasa yang benar menjadi lebih bermakna dan melekat.





DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. (1986). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Samsuri. (1985). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.


Tabel 1. Adverbia
DASAR
TURUNAN
TUNUNAN PINDAH KELAS
REDUPLIKASU
GABUNGAN
DASAR
BERAFIKS
BEREDUPLIKASI
GABUNGAN PROSES
SE-NYA
SE-R-NYA
Akan
Alangkah
Bakal

Cuma
Doang
Hanya
Agak – agak
Jangan – jangan
Amat sangat
Tidak boleh tidak
Tidak mungkin lagi
Tidak pernah
Sekali

DENOMINAL

Secepat – cepatnya
Selambat– lambatnya
DEVERBAL
Terlalu
Terlampau
Tahu – tahu
Seharusnya
Sedapatnya

DIAJEKTIVAL

Lebih – lebih
Sebaiknya
Sebenarnya

DEPRONOMINAL

Sendiri – sendiri






Tabel 2. Pronomina
INTRATEKSTUAL
EKSTRATEKSTUAL
ANAFORIS
KATAFORIS
I
II
II
TIDAK TAKTIF

ia, dia, -nya

-nya
S
P
S
P
S
P

Sesuatu, seseorang, barang siapa, apa-apa, anu, masing-masing, sendiri.
Saya
aku
Kamu
kita
Kamu
Engkau
anda
kamu kalian
kamu sekalian
Ia
Dia
beliau

Mereka


Tabel 3. Numeralia
DASAR
TURUNAN
BERAFIKS
BEREDUPLIKASI
GABUNGAN
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, esa, nol
Seperempat
Berlima
keseluruhan
Dua-dua
Dua ratus
Seribu lima ratus
Bertahun – tahun
Beratus – ratus



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI CORONA

CORONA Karya Asep Perdiansyah Corona datang menyerang Dunia menjadi tak tenang Tempat keramaian seketika menghilang Matahari b...