Senin, 05 Februari 2018

Kajian Kalimat Tunggal dan Majemuk Bahasa Indonesia






Kajian Kalimat Tunggal dan Majemuk
Bahasa Indonesia









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini di sebabkan antara lain karena dengan perantara kalimat seseorang dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah katadan frasa atau kelompok kata.Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, Kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat. Atau merupakan jawaban suatu pernyataan. Untuk dapat berkalimat  dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.

Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal satuan bahasa seperti kata, frasa, kalimat dan lain-lain. Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki struktur yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kalimatnya. Kalimat merupakan kumpulan kata dalam wujud lisan atau tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau pendapat kepada orang lain. Keberadaan unsur-unsur ini dalam sebuah kalimat inilah yang menyebabkan perbedaan struktur tiap kalimatuntuk dapat disebut sebagai kalimat sempurna, dalam sebuah kalimat harus memiliki subyek dan predikat. Kalimat merupakan satuan gramatikal yang berada di bawah tataran wacana.

Fungsi-fungsi unsur kalimat juga ditentukan berdasarkan arti. Subjek dijelaskan sebagai hal atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dan predikat dijelaskan sebagai unsur kalimat yang membicarakan subjek. Objek dijelaskan sebagai unsur kalimat yang menderita akibat tindakan yang tersebut pada predikat, dan keterangan  pada predikat. Hal ini berkaitan dengan pembahasan tentang kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan  bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalimat dapat dibagi menurut bentuk dan maknanya.Menurut bentuknya, sebuah kalimat ada yang tunggal dan ada yang majemuk.Menurut maknanya kalimat dapat dibagi menjadi kalimat berita atau kalimat deklaratif, kalimat perintah, kalimat interogatif, dan kalimat emfatik. Oleh karena itu kami menulis makalah mengenai jenis-jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk.


1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian kalimat?
2.      Apasaja jenis-jenis kalimat tunggal?
3.      Apasaja jenis-jenis kalimat majemuk?

1.3  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian kalimat.
2.      Untuk mengetahui apasaja jenis-jenis kalimat tunggal.
3.      Untuk mengetahui apasaja jenis-jenis kalimat majemuk.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Kalimat
Bentuk bahasa berdasarkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frasa, dan morfem.Yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan dalam Putrayasa, 2010:20). Menurut Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2010:20), dalam wujud lisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.Kalimat merupakan konstruksi besar yang terdiri atas satu kata, dua kata, atau lebih.

Menurut Alwi (2014:317), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan naik turun, keras atau lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mecegah terjadinya perpaduan atau asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Kalimat  merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”.Klausa merupakan merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi.
Minimal dalam kalimat terdiri atas unsur subjek dan predikat.Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur yang kehadirannya selalu wajib (Suparman dalam Putrayasa, 2010:21).Unsur kalimat dapat dibedakan atas unsur wajib dan unsur tidak wajib (manasuka).Unsur wajib terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur tidak wajib terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan.Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut jumlahnya, bentuk sintaksisnya, kelengkapan unsurnya, dan susunan subjek predikatnya.Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi menjadi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

2.2  Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen, jadi nsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri dalam Putrayasa, 2010: 26).Hal ini berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu kesatuan.Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur manasuka, seperti keterangan waktu, tempat, dan alat.Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang (Alwi, 2014:345). Contoh kalimat tunggal yang terdiri atas unsur-unsur yang wajib ada (bagian inti) antara lain: (a) Ayah bekerja. (b) Mereka mahasiswa asing. (c) Mahasiswa mendiskusikan soal ujian. Sedangkan contoh kalimat tunggal yang terdiri atas unsur inti manasuka antara lain: (a) Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami. (b) Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang. (c) Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri besok pagi. Jenis-jenis kalimat tunggal antara lain sebagai berikut:

2.2.1        Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina
Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina. Dua nomina yang dijejerkan akan membentuk kalimat apabila syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi dan apabila syarat untuk subjek dan predikatnya tidak terpenuhi, jejeran nomina tersebut tidak akan membentuk kalima, melainkan membentuk frasa. Perhatiakan contoh kalimat berikut.
(a)    Buku itucetakan Bandung.           (Kalimat)
FN                        FN
S                            P
(b) Buku cetakan Bandung itu            (Frasa)
                                    FN
Kalimat yang predikatnya nomina sering pula dinamakan kalimat persamaan atau kalimat ekuatif. Jika frasa nomina pertama dibubuhi  partikel-lah, frasa nominal pertama menjadi predikat, sedangkan frasa nominal yang kedua menjadi subjek (Alwi, 2014:358). Contoh: (a) Dia guru saya. (b) Dialah guru saya. Kalimat berpredikat nomina kadang-kadang memanfaatkan “adalah” untuk memisahkan subjek dari predikat. Contoh: (a) Mutasi jabatan dalam sebuah institusi adalah masalah biasa. (b) Pernyataan Rektor Unila itu adalah pernyataan untuk konsumsi publik.

2.2.2        Kalimat Tunggal Berpredikat Verba
Kalimat tunggal berpredikat verba dalam bahasa Indonesia bervariasi. Akan tetapi kalimat tunggal yang berpredikat verbal hanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu: kalimat verba intransitif (taktransitif), kalimat verba ekatransitif, kalimat verba dwitransitif. Kalimat berpredikat verba semitransitif yang objeknya hadir disebut kalimat ekatransitif, dan yang objeknya tidak hadir disebut kalimat taktransitif (intransitif).Di samping itu terdapat kalimat dengan verba pasif yang masing-masing memengaruhi macam kalimat yang menggunakannya (Alwi 2014:345).Dengan demikian, berdasarkan penggolongan verba, kalimat yang berpredikat verba pun ada bermacam-macam.Berikut adalah pembahasan untuk tiap tipe-tipe kalimat.

a.      Kalimat Taktransitif (Intransitif)
Kalimat yang tidak berobjek dan tidak mempunyai pelengkap hanya memiliki dua unsur wajib, yakni subjek dan predikat.Pada umumya, urutan katanya adalah subjek-predikat.Kategori kata yang dapat mengisi fungsi predikat terbatas pada verba taktransitif (intransitif). Seperti halnya dengan kalimat tunggal lain, kalimat tunggal yang tidak berobjek dan tidak berperlengkap juga dapat diiringi oleh unsur tak wajib, seperti keterangan tempat, waktu, cara, dan alat (Alwi, 2014:346). Berikut adalah beberapa contoh kalimat verbal yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap dengan unsur takwajib diletakkan dalam tanda kurung. Contoh:
(a)    Pak Lurah sedang berbelanja.
(b)   Mereka mendarat (di tanah yang tidak datar).
(c)    Dia berjalan (dengan tongkat).
(d)   Padinya menguning.
(e)    Perbuatannya ketahuan ayahnya.

b.      Kalimat Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek.Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif.Karena itu, kalimat seperti itu disebut pula kalimat ekatransitif (Alwi, 2014:348). Dari segi makna, semua verba ekatransitif memiliki makna inheren  perbuatan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat ekatransitif.
(a)       Pemerintah akanmemasok semua kebutuhan lebaran.
(b)       Presiden merestui pembentukan panitia pemilihan umum.
Verba predikat pada tiap-tiap kalimat tersebut adalah akan memasak, merestui.Disebelah kiri tiap-tiap verba itu berdiri subjeknya dan di sebelah kanan objeknya.Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek.

c.       Kalimat Dwitransitif
Verba transitif dalam bahasa Indonesia yang secara semantis mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam bentuk aktif, tiap-tiap maujud itu merupakan subjek, objek, dan pelengkap.Verba itu dinamakan verba dwitransitif (Alwi, 2014:249).Perhatikan kalimat berikut.
(a)    Ida sedang mencari pekerjaan.
(b)   Ida sedang mencarikan pekerjaan.
(c)    Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
Dari kalimat(a)kita ketahui bahwa yang memerlukan pekerjaan adalah Ida. Dengan ditambahkannya sufiks-kan pada verba dalam kalimat (b), kita rasakan adanya perbedaan makna, yaitu yang melakukan perbuatan “mencari” memang Ida, tetapi pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, meskipun tidak disebut siapa orangnya. Pada kalimat (c),orang itu secara eksplisitdisebutkan, yakni adiknya.Pada kalimat (c), kita lihat ada dua nomina yang terletak di belakang verba dalam predikat.kedua nomina itu berfungsi sebagai objek dan pelengkap.

d.      Kalimat Pasif
Pengertian aktif dan pasif dalam kalimat menyangkut beberapa hal: (1) macam verba yang menjadi predikat, (2) subjek dan objek, dan (3) bentuk verba yang dipakai. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku/aktor, sedangkan kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita (Cook dalam Putrayasa, 2010:33). Perhatikan kalimat berikut:
(a)    Pak Toha mengangkat seorang asisten baru.
(b)   Ibu Gubernur akan membuka pameran itu
(c)    Kamu dan saya harus menyelesaikan tugas ini.
(d)   Saya sudah mencuci mobil itu.
(e)    Kamu mencium pipi anak itu.
Contoh diatas menunjukan verba yang terdapat dalam tiap kalimat adalah verba transitif yang mengandung tiga unsur yakni subjek, predikat, objek.Verba transitif yang dipakai adalah dalam betuk aktif (menggunakan prefiks meng-). Penafsiran dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara: 1) menggunakan verba berprefiks di- dan 2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Kaidah umum untuk pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      Pemasifan Cara Pertama
(a)    Pertukarkanlah S dengan O (Paman mengangkat Pak Toha)
(b)   Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P (Pak Toha diangkat Paman)
(c)    Tambahkan kata oleh di muka unsur yang tadinya S (Paman diangkat oleh Pak Toha).

2.      Pemasifan Cara Kedua
(a)    Pindahkan O ke awal kalimat (*Mobil itu saya sudah mencuci).
(b)   Tanggalkan prefiks meng- pada P (*Mobil itu saya sudah cuci).
(c)    Pindahkan S ketempat yang tepat sebelum verba (Mobil itu sudah saya cuci).

2.2.3        Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut.
(a)    Ayahnya sakit.
(b)   Pernyataan orang itu benar.
(c)    Alasan para pengunjuk rasa agak aneh.

Pada ketiga contoh tersebut, tiap-tiap subjek kalimatnya adalah ayahnya, pernyataan orang itu, dan para pengunjuk rasa, sedangkan predikatnya adalah sakit, benar, dan agak aneh.Kalimat yang predikatnya adjektiva sering juga dinamakan kalimat statif.Kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek dan predikatnya.Hal itu dilakukan apabila subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang.Perhatikan contoh berikut.
(a)    Pernyataan kedua gabungan koperasi itu adalah tidak benar.
(b)   Gerakan badannya pada tarian yang pertama adalah anggun dan mempesona.

2.2.4        Kalimat Tunggal Berpredikat Numeral
Selain macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frasa verbal, adjektiva, dan nominal yang telah dibicarakan, ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral, seperti yang tampak contoh berikut.
A.        1) Anaknya banyak.
2)Uangnya hanya sedikit.
B         1) Istrinya dua (orang)
2)   Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.

Pada contoh tersebut tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) tidak tentu (banyak  dansedikit) tidak dapat diikuti kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa numeralia tentu dapat diikuti penggolong, seperti orang pada contoh (A2)dan wajib diikuti ukuran seperti meter contoh (B2).

2.2.5        Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional. perhatikan contoh berikut.
A.        1) Ibu sedang ke pasar.
2)  Mereka ke rumah kemarin.
B.        1) Ayah di dalam kamar.
2) Anak itu sedang di sekolah.

Perlu dicatat, bahwa tidak semua preposisi dapat menjadi predikat kalimat.Kalimat-kalimat berikut terasa janggal bila tidak disertai verba.
(a)    Ia dengan ibunya. (harusnya ditambah pergi).
(b)   Rumah makan sepanjang malam. (harusnya ditambah buka).
(c)    Pembicaraan mengenai reformasi. (harusnya ditambah membahas).
(d)   Buku itu kepada saya. (harusnya ditambah berikan).

2.2.6        Unsur-Unsur Kalimat Tunggal
Kalimat terdiri atas unsur-unsur fungsional yang disebut S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), Pel.(Pelengkap), dan K (Keterangan).Kelima unsur kalimat tersebut memang tidak selalu bersama-sama ada dalam kalimat.Kadang-kadang, satu kalimat hanya terdiri atas S dan P, kadang-kadang terdiri atas S-P-O, terkadang S-P-Pel-Ket., juga terkadang S-P-O-Ket.dan sebagainya. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
a.       Semua pesertadatang.
S                      P
b.  Diatinggaldi Jakarta.
S        P         Ket.
c.       Pamannyaberjualanrokok.
S              P         Pel.
d.      Diamembuatkantemannyaproposal kegiatan.
S             P                 O                 Pel.
e.       Dianmengirimuangkepada adiknya.
S         P         O          Ket.           

2.2.7        Perluasan Kalimat Tunggal
Pada kenyataanya, suatu kalimat sering kali terdiri bukan hanya satu unsur wajib saja, tetapi juga atas unsur tak wajib.Dan segi struktur, kehadiran unsur takwajib itu memperluas kalimat dan segi makna unsur takwajib itu membuat informasi yang terkandung dalam kalimat menjadi lebih lengkap.Perluasan kalimat tunggal itu dapat dilakukan dengan penambahan (1) unsur keterangan, (2) unsur vokatif, dan (3) konstruksi aposisi.
1)      Keterangan
Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlakukan sebagai unsur takwajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah mempunyai makna mandiri.Perhatikan contoh berikut.
A  a. Mereka membunuh binatang buas itu.
b. Mereka membunuh binatang buas itu di pinggir hutan.
B  a. Usul penelitian itu akan dikirimkan.
b. Usul penelitian itu akan dikirimkan minggu depan
Meskipun kalimat (a) hanya terdiri atas unsur wajib saja, dan segi makna kalimat itu telah dapat memberikan makna yang utuh. Untuk (Aa) kita dapati sekelompok orang yang melakukan perbuatan pembunuhan atas binatang buas. Namun, ada keterangan lain yang dapat ditambahkan agar berita yang disampaikan itu mengandung makna yang lebih lengkap. Pada (Ab) kita telah menambah tempat peristiwa pembunuhan itu, yakni di pinggirhutan. Pada (Bb) keterangan yang ditambahkan bertalian dengan waktu pengiriman usul itu akan dilakukan, yakni minggu depan.
Jumalah keterangan yang dapat ditambahkan pada kalinmat secara teoritis tidak terbatas, namun dalam kenyataan orang akan menghindari jumlah yang berlebihan. Berikut adalah contoh yang memuat beberapa keterangan waktu, tempat, dan alat.
Seperti yang dikemukakan pada dalam bahasa indonesia lazim dibedakan sembilan macam keterangan, yakni keterangan (1) waktu, (2) tempat, (3) tujuan, (4) cara, (5) penyerta, (6) alat, (7) pembandingan/kemiripan, (8) sebab, dan (9) kesalingan. Kesembilan keterangan itu dapat berupa kata atau frasa, sebagian dapat pula berupa klausa.Peluasan kalimat tunggal dengan penambahan keterangan berikut terbatas pada penambahan keterangan yang berupa kata atau frasa.
1.      Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat memberikan informasi mengenai saat terjadinya peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi oleh berbagai macam bentuk: (a) kata tunggal, (b) frasa nominal, dan (c) frasa proposisional. Pada umumnya keterangan waktu diletakkan di bagian belakang kalimat, tetapi dapat pula di bagian tengah atau depan. Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah, sering, selalu, kadang-kadang, biasanya, kemarin, sekarang besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu yang berbentuk frasa nominal dapat berupa pengulangan kata seperti pagi-pagi, malam-malam, siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu dan tidak lama kemudian.Perhatikan contoh berikut.
a.       Pemerintah mengumumkan desentralisasi itu kemarin.
b.      Saatnya telah tiba untuk lepas landa sekarang.
c.       Tadi dia menanyakan lagi soal itu.
d.      Dia biasanya datang ke kantor pagi-pagi.
e.       Ada apa kamu datang malam-malam begini?
f.       Sebentar lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.
Keterangan waktu yang berbentuk frasa proposisional diawali dengan preposisi dean kemudian diikuti oleh nomina tersebut.Preposisi yang dipakai, anatar lain, di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, dan untuk.Frasa nominal yang mengikutinya buaknlah sebara frasa nominal, melainkan frasa nominal yang memiliki ciri waktu. Dengan demikian, frasa nominal seperti pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa, senin, kamis, januari, malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan natal dapat digabungkan dengan preposisi di atas untuk mengisi keterangan waktu. Sebaliknya, frasa nominal yang dapat memiliki ciri waktu seperti itu, misalnya jembatan, tidak akan dapat dipakai sebagai keterangan waktu seperti terlihat pada contoh (260) di bawah ini.
a.       Di saat itu itu kita belum memiliki teknologi canggih.
b.      Mereka menunggu anda sampai pukul lima sore.
c.       Haji Dahlan meninggal sebelum subuh.
d.      Jatah ini harus dipakai untuk bulan depan.
e.       Kebijaksanaan ini berlaku sejak tahun1985.
f.       Semua hadirin berdiri pada akhir pertunjukan itu.
g.      Para penumpang turun pada akhir jembatan itu.

2.      Keterangan Tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau keadaan.Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan tempat hanya dapat di isi oleh frasa preposisional.Preposisi yang dipakai, antara lain, di, ke, dari, sampai, dan pada. Sesudah preposisi itu terdapat kata yang mempunmyai ciri tempat: di sini, di sana, di situ, dari sana, dari sini, ke mana, dari situ, dan sebagainya. Di samping bentuk di atas preposisi dapat pula bergabung dengan nomina lain untuk membentuk keterangan tempat asalkan nomina itu memilki ciri semantis yang mengdung makna tempat. Kata seperti jembatan, rumah, jakarta, nomor memiliki ciri semantis tempat, tetapi pukul, tanggal dan tahun tidak.
a.       Kita meletakkan batu pertama ini di sana.
b.      Dari sini kita harus melancarakn serangan kita.
c.       Bom itu di letakkan di jembatan kereta api.
d.      Kami berangkat dari rumah pukul enam.
e.       Keluarganya akan pindah ke jakarta.
f.       Keluarganya akan pindah ke tahun..
Frasa preposisional yang wujudnya mirip dapat menyatakan keterangan yang berbeda.Preposisi sampai, misalnya, dapat dipakai dengan kata yang berciri semantis tempat maupun waktu.Perhatikan kalimat yang berikut.
A   a. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul lima.
b. Dia mengerjakan soal itu sampai nomor lima.
B.  a. Saya akan menemanimu sampai hari miggu
b. Saya akan menemanimu sampai jembatan gantung.
Pukul lima dan hari minggu pada (Aa) dan (Ba) mempunyai ciri semantis yang menyatakan waktu, sedangkan minor lima dan jembatan gantung pada (Ab) dan (B) mengandung ciri tempat. Karena ciri itulah, penambahan prposisi sampai menimbulkan keterangan yang berbeda-beda. Tidak mustahil bahwa kedua makna itu terdapat dalam satu frasa yang sama.
Ada sekelompok nomina seperti atas, bawah, dalam, dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat.Perhatikan contoh berikut.
(a) Soal itu sudah sampai  di atas.
(b) Dokumen itu ada di bawah sekali.
(c) Pencurian itu pasti dilakukan dari dalam.
(d) Waktu itu mereka memang berjalan di belakang.
Di samping kedudukanya sebagai nomina biasa, nomina seperti itu sering pula dipakai dengan nomina atau frasa nominal lain. Dalam konteks tertentu pemakaiannya ternyata menasuka.Perhatikan contoh berikut.
      (A) a. Paspor itu ada di meja.
      b. Paspor itu ada di atas meja.
      (B)a. Uangnya di simpan di lemari.
      b. Uangnya di simpan di dalam lemari.
      (C)a.    Paspor itu ada di lemri.
      b. Paspor itu ada di atas lemari.
      (D)a.    Uangnya di meja.
         b. Uangnya ada di bawah meja.
Kalimat (Aa) dan (Ab) mempunyai tefsiran yang sama meskipun pada (Ab) telah di tambahkan kata atas. Demikian pula (Ba) dan (Bb) yang telah ditambahi kata dalam. Akan tetapi, kalau kita perhatikan kalimat (D) akan tampak bahwa ada tidaknya kata atas mempengaruhi kalimat. Pada (Ca) kita tahu bahwa paspor yang dimaksud tentulah ada di dalam lemari; pada (Cb) secara jelas dinyatakan bahwa paspor tersebut tidak di dalam, tetapi di atas lemari. Kalimat (D1) dan (Db) juga mempunyai makna yang berbeda, selaras dengan penjelasan untuk kalimat (Aa,b).

Adanya kesamaan dan perbedaan makna dan tefsiran seperti digambarkan di atas ditentukan oleh ciri semantis kata yang berdiri di belakang dan di depan kata seperti atas, bawah, dan dalam. Tampaknya, tiap kata mempunyai kodrat semantis yang membawa pengaruh dalam hubungan dengan kata lain. Kata seperti meja mengandung makna suatu permukaan yang datar sehingga, jika kata itu berfungsi sebagai tempat letak sesuatu, tafsiran di dan di atas tidak berbeda.Namun, jika dibicarakan kegiatan duduk, di meja dan di atas meja jelas berbeda.Kata sperti lemari berbeda dengan meja karena kodrat semantia kata itu menunjukan adanya ruang untuk menempatkan atau menyimpan barang. Masalah kodrat semantis itu agak ru,mit karena semua aspek kehidupan ikut menentukan ruang lingkup makna tiap kata. Di atas telah kita katakan bahwa di lemari dan di dalam lemari tidak mempunyai perbedaan tafsiran karena kodrat semantis kata lemari yang mengandung makna ruang.Hal itu ternyata tidak seratus persen benar karena di rumah dan di dalam tidak mengikuti kaidah itu seperti pada contoh berikut.
      (A)a.  Ayah ada di rumah.
      b.  Ayah ada di dalam rumah.
Tampaknya makna “ruang” saja belum cukup dan harus diperinci lagi menjdai semacam ruang yang relatif besar, kecil, dan seterusnya.

3.      Keterangan Tujuan
Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dalam preposisi yang dipakai adalah demi bagi, guna, untuk, dan buat.Keenam preposisi itu dapat diikuti oleh nomina atau frasa nominal seperti dalam contoh yng berikut.
(a) Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara.
      (b) Marilah kita menghiningkap cipta bagi pahlawan yang telah gugur.
      (c) Guna kerjasama yang baik kita memerlukan pengendalian diri.
      (d) Satu asa diperlukan untuk kesatuan dan persatuan bangsa.
      (e) Syair ini kutulis buat seorang teman yang  pernah berarti dala hidupku.

Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi yang juga dapat berupa verba atau verbal.Perhatikan kalimat yang berikut.
      (a) Diamemang mempunyai tekad besar untuk merantau.
      (b) Guna menurunkan inflasi kita perlu mengencangkan ikat pinggang.

Pada umumnya preposisi yang dapat dipakai dengan verba hanyalah untuk dan guna. Dari segi maknanya, keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan itu mempunyai makna yang sama atau mirip.

4.      Keterangan Cara
Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalanya suatu peristiwa berlangsung. Seperti halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa preposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (sebagaian menyatakan kekerapan) adalah, misalnya, seenaknya, semaumu, secepetnya, sepenuhnya, dan sebaliknya. Letak keterangan itu umumnya sesudah predikat atau objek (kalau ada), tetapi ada juga yang muncul di awal atau di akhir kalimat.Perhatikan contoh berikut.

      (a) Dia berbicara seenaknya dengan atasannya.
      (b) Kamu boleh mengambil kue semaumu.
      (c) Masalah itu harus diselesaikan secepatnya.
(d) Kami percayakan soal ini sepenuhnya kapada anda.
(e) Dia berpikir sebaliknya.

Frasa preposisional yang menyatakan cara biasanya terdiri atas preposisi dengan, secara, atau tanpa dan adjektiva (frasa adjektiva) atau nomina (frasa nominal) sebagai kompelemen. Preposisi tanpa biasanya hanya bisa diikuti nomina (frasa nominal) sebagai komplemennya.Jika komplemen preposisi itu berupa bentuk ulang adjektiiva, maka preposisi yang mendahuluinya dapat dilesapkan.Perhatikan contoh berikut.

      (1)a.  Kereta itu pun meninggalkan stasiun dengan pelan-pelan.
      b.  Kereta itu pun meninggalkan stasiuan pelan-pelan.
     
      (2)a.  Beri tahu kepada adikmu secara baik-baik.
      b.  Beri tahu kepada daikmu baik-baik.

      (3)a.  Dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas/tegas-tegas.
      b.  Dia menjawab pertanyaan itu tegas.
            (4)a.  Dia menerangkan soal itu dengan jelas/jelas-jelas.
      b.  Dia menjelaskan soal itu jelas.

      (5)a.  Dia mati dengan tenang.
      b.  Dia mati tenang.

Jika komplemen preposisi adalah nomia, preposisi dengan, secara, atau tanpa dapat dipakai meskipun tidak selamanya dapat dipertukarkan.
      (a) Marilah kita selesaikan sengketa ini secara jantan.
      (b) Tanpa kemauan besar anda tidak akan berhasil.
      (c) Dengan perhatian penuh kamu akan mencapai cita-citamu.
      (d) Kita lebih baik menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan.
      (e) Dia bekerja secara kemauan besar.

Keterangan cara dapat juga dibentuk dengan menambahkan se- dan –nya pada bentuk ulang kata tertentu. Perhatikan contoh berikut, contoh:
(a) Kami sudah mencoba sekeras-kerasnya.
      (b) carinya contoh sebanyak-banyaknya.
      (c) Kita harus menyelesaikan maslah ini sepadat-padatnya.

Bentuk ualng dengan se—nya mnyatakan makna elatif.Makna elatif itu dapat pula dinyatakan dengan se-... mungkin.Bentuk keterangan cara yang ketiga berwujud pengulangan kata tertentu dan kemudian diikuti oleh aifks –an.

5.       Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali untuk kata sendiri yang dapat berdiri sendiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi itu harus merupakan maujud yang bernyawa atau dianggap benyawa.Perhatikan contoh berikut.    
      (a) Ibu ke pasar dengan saya.
      (b) Dia merumuskan konsep itu dengan pembantunya.
      (c) Pak Badri berangkat ke mekkah tanpa istrinya.
      (d) Pasukan itu menyerbu kota bersama rakyat.

6.      Keterangan alat
Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan.Pengertian alat dalam hal itu tidak harus selalu dalam bentuk benda konkret.Keterangan alat selalu berwujud frasa presosisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.Perhatikan contoh berikut.
      (a) Kami biasanya pergi ke kantor dengan bus
      (b) Janganlah kita menilai mereka dengan ukuran barat,
      (c) Kita akan gagal tanpa bantuan mereka.



7.      Keterangan Pembandingan
Keterangan pembandingan (atau kemiripan) adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan, kejadian, atau perbuatan yang lain. Wujud keterangan itu selalu berbentuk frasa dengan preposisi seperti laksna, seperti, atau sebagai.Perhatikan contoh berikut.
      (a) Tekadnya untuk merantau teguhlaksana gunung karang.
      (b) Apakah selamanya kita akan hidup sebagai objek sejarah?
      (c) Berpikierlah seperti orang dewasa.

8.      Keterangan Sebab
Keterangan sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya seuatu keadaan, kejadian, atau perbuatan.Wujud keterangan itu selalu frasa dengan preposisi karena, sebab, atau akibat.Perhatikan contoh berikut.
      (a) Banyak pemimpin dunia jatuh karena wanita.
      (b) Sebab kelkuan anaknya, keluarga itu dijauhi para tetangganya.
      (c) Gaji terasa kurang terus akibat inflasi.
      (d) Mereka terjerumus karena masalah ini.

9.      Keterangan Kesalingan
Keterangan kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara berbalas. Wujud keterangan kesalingan, yakni satu sama lain atau saling adalah tegar dan pada umumnya diletakkan disebelah kiri verba atau di bagian akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut.
a.       Kedua delgasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.
b.      Ketua dan sekretaris organisasi itu saling membenci satu sama lain.

3.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Verhaar dalam Putrayasa, 2010:55).Kridalaksana dalam Putrayasa (2010:55) mengatakan bahwa kalimat majemuk adalalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas.Macam-macam kalimat majemuk dapat dibedakan atas tiga bagian besar, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk bertingkat.
1.      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan (Putrayasa, 2010:55).Dapat juga dikatakan bahwa antara unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukanya setara. Kalimat mejemuk setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian yaitu: kalimat majemuk setara  sejalan, kalimat majemuk setara berlawanan, kalimat majemuk setara penunjukan. KMS sejalan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan. KMS berlawanan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu mengandung makna pertentangan, dan KMS penunjukan adalah bagian kalimat satu menunjuk kembali pada bagian kalimat lain.
a.       KMS Sejalan:
KMS Sejalan dapat diperinci lagi menjadi tiga bagian, yakni KMS sejalan biasa, KMS sejalan mengatur, dan KMS sejalan menguatkan.
b.      KMS Berlawanan:
KMS Berlawanan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu KMS berlawanan biasa, KMS berlawanan mengganti, dan KMS berlawanan mewatasi.
c.       KMS Penunjukan
KMS Penunjukan memiliki pengertian bermacam-macam diantaranya adalah KMS Penunjukan Sebab-Akibat, KMS Penunjukan Perlawanan, KMS Penunjukan Waktu, KMS Penunjukan Tempat, dan KMS Penunjukan Syarat.



2.      Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari penggabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja (Putrayasa, 2010:57). Kalimat majemuk rapatan terdiri atas empat macam, yaitu: KMS sama Subjek, KMS sama Predikat, KMR sama Objek, dan KMR sama Keterangan. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.
a.       KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan.
Benteng ituditembaki, dibom bertubi-tubi, dan diratakan dengan tanah.
           S          P1                    P2                                            P3
b.      KMP sama P, artinya predikat-predikat dirapatkan.
Sawahnya, pekarangannya, dan rumahnyadigadaikan.
       S1                   S2                         S3             P
c.       KMR sama O, artinya objek-objek dirapatkan. Objek dapat dibedakan atas empat bagian, yaitu objek penderita, objek pelaku, objek berkepentingan, dan objek berkata depan.

3.      Kalimat Majemuk Bertingkat
Jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan jika kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2010:59).  Dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Sisa kalimat sumber disebut induk kalimat.
2.      Kalimat bentukan disebut anak kalimat.
3.      Anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya.
Contoh:
Kedatangannya disambut oleh rakyat, ketika matahari mulai condong ke barat.
                                                IK                                           AK



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah:
1.      Kalimat adalah satuan gramatikal yang berada di bawah tataran wacana.
2.      Setiap satuan kalimat lisan dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhit turun naik. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru, tanda tanya, dan tanda seru.
3.      Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib  dan juga unsur manasuka. Seperti keterangan waktu, tempat, dan alat.
4.      Kalimat tunggal memiliki bermacam-macam jenis predikat seperti, berpredikat nomina, berpredikat adjektiva,  berpredikat verba, berpredikat frasa preposisional dan frasa numeralia.
5.      Kalimat majemuk terjadi dari beberapa klausa bebas. Macam-macam kalimat majemuk dapat dibedakan atas tiga bagian besar, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk bertingkat.

3.2  Saran
Dalam pelajaran Tata Bahasa Indonesia telah dipelajari macam-macam kalimat.Diantaranya kalimat tunggal dan kalimat majemuk.  Untuk lebih memahami kalimat tunggal dan majemuk perlu diadakan latihan menganalisis kalimat tunggal dan majemuk tersebut.Seperti analisis predikat, analis fungsi, dan analisis kategori.



DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2014. Tata Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung : Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI CORONA

CORONA Karya Asep Perdiansyah Corona datang menyerang Dunia menjadi tak tenang Tempat keramaian seketika menghilang Matahari b...