BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi bertujuan agar dalam penyampaian gagasan dapat
dilakukan secara efesien dan efektif. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki
untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah kemampuan
dalam pembentukan kata.
Morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasasebagai satuan gramatikal.Morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata laindapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta
fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,1987:19).
Dalam makalah ini akan membahas mengenai proses
pengulangan atau reduplikasi. Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang
merupakan bentuk dasar.Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar
rumah.Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan.Kata ulang
berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik
dibentuk dari bentuk dasar balik
(Ramlan, 1987:63).
1.2 Ruang Lingkup
Pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut.
1.
Jenis
Pengulangan Bahasa Indonesia.
2.
Makna
Pengulangan.
3.
Prinsip-prinsip
Kata Ulang.
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut.
1.
Untuk
Mengetahui Jenis Pengulangan Bahasa Indonesia.
2.
Untuk
Mengetahui Makna Pengulangan.
3.
Untuk
Mengetahui Prinsip-prinsip Kata Ulang.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengulangan
atau Reduplikasi
Peduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan
merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini, dalam bahasa
Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata,
di samping afiksasi, kompisisi dan akronimisasi, meskipun reduplikasi adalah
masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga
reduplikasi yang mencangkup masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah
semantik (Chaer, 2008: 178).
2.2 Reduplikasi
Fonologi
Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang
bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar.Status
bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak
menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna
leksikal.Bentuk-bentuk yang termasuk reduplikasi fonologis ini sebagai berikut.
1) Kuku, dada, pipi, cincin, sisi. Bentuk-bentuk tersebut ‘bukan’ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah
sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2) Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani. Bentuk-bentuk
ini memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun,
‘bentuk’ dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa
Indonesia kini tidak ada akar foya, tubi,
sema, anai, dan ani.
3) Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, dan onde-onde.
Bentuk-bentuk ini juga jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak
melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna
leksikal.
4) Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-lunggung, kocar-kacir, dan teka-teki.
Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar
pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna
gramatikal. Dalam bebagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini
disebut kata ulang semu.
2.3
Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan
terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan
bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989)
menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh:
a. Suaminya benar-benar
jantan.
b. Jangan-jangan kau dekati pemuda itu.
c. Jauh-jauh sekali
negeri yang akan kita datangi.
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan
yang cukup longgar sehingga kepada kedua unsurnya memiliki potensi untuk
dipisahkan.
Berikut ini contohnya:
a. Jangan kau
dekati pemuda itu, jangan.
b. Panas memang panas rasa hatiku.
c. Benar suaminya benar jantan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna
‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang
dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronominal persona) seperti:
a.
Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang.
b.
Kita-kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan
beliau.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan
terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh:
a.
Besok-besok kamu boleh dating ke sini.
b.
Dalam minggu-minggu ini
kabarnya beliau akan dating.
c.
Hari-hari menjelang pilkada
beliau tampak sibuk.
2.4
Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantik adalah pengulangan “makna” yang
sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama, dan cerdik cendekia.Kita lihat kata ilmu
dan kata pengetahuan memiliki
makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama.
Demikian juga kata cerdik dan kata cendekia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk
seperti segar bugar, muda belia, tua
renta, gelap gulita dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini
dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah
bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia, dan kering mersik tidak
tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau
sebaliknya.
2.5
Reduplikasi
Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar
yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya
dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan
sebagian.
2.5.1
Pengulangan Akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses
pengulangan, yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian dan pengulangan
dengan perubahan bunyi.
(1) Pengulangan Utuh
Pengulangan
utuh artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik
dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), kuning-kuning
(bentuk dasar kuning), makan-makan (bentuk dasar makan),
kalau-kalau (bentuk dasar kalau) dan sungguh-sungguh (bentuk
dasar sungguh).
(2) Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian artinya yang diulang dari bentuk
dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata)
disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Misalnya, leluhur (bentuk dasar luhur), tetangga (bentuk
dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk
dasar laki).
(3) Pengulangan dengan Perubahan Bunyi
Pengulangan dengan perubahan bunyi artinya bentuk dasar
itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi, yang berubah bisa bunyi
vokalnya dan bisa bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki
unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang
berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b)yang berubah unsur keduanya.
(a) bolak-balik
(b) larak-lirik
(c) langak-longok
(d) kelap-kelip
(e) corat-coret
(f) ramah-tamah
(g) lauk-pauk
(h) sayur-mayur
(i) serba-serbi
(j) tindak-tanduk
(4) Pengulangan dengan Infiks
Pengulangan dengan infiks maksudnya sebuah akar diulang
tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya. Perhatikan contoh berikut.
-
turun-temurun
-
tali-temali
-
sinar-seminar
2.5.2
Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi. Pertama,
sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau direduplikasi.
Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat,
kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-lihat.
Kedua, sebuah
akar direduplikasi dulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula
diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber-
menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah
akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi
prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
2.5.3
Reduplikasi Kompositum
Kompositum, gabungan kata, kata majemuk secara umum dapat
dibedakan atas (a) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam
itik dan tikar bantal; dan (b) yang kedua unsurnya tidak sederajat
seperti rumah sakit, surat kabar dan keras kepala. Reduplikasi
terhadap dasar kompositum dilakukan dalam dua cara: pertama, dilakukan
secara utuh dan kedua, dilakukan secara sebagian.
Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap (a) kompositum
yang kedua unsurnya sederajat dan (b) kompositum yang kedua unsurnya tidak
sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal. Berikut adalah contoh yang
direduplikasikan secara utuh.
a. ayam itik-ayam itik
b. kasur bantal-kasur bantal
c. tua muda-tua muda
d. tebal telinga-tebal telinga
e. buah bibir-buah bibir
Bentuk-bentuk di atas direduplikasikan secara utuh karena
kedua unsurnya membentuk satu kesatuan makna.
Reduplikasi
sebagian dilakukan terhadap kompositum yang kedua unsurnya tidak sederajat dan
tidak bermakna idiomatikal.
Contoh:
a. surat-surat kabar
b. rumah-rumah sakit
c. buku-buku bahasa Indonesia
d. jalan-jalan protokol
Bentuk-bentuk di atas hanya diulang sebagian karena kedua
unsurnya tidak memiliki makna idiomatikal. Kedua unsurnya membangun makna
gramatikal. Dalam hal ini sebenarnya ada tiga catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, dalam
tata bahasa tradisional gabungan kata (entah apa maknanya) harus
direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan
kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal, boleh
saja direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan
hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya
bentuk-bentuk kompositum tidak perlu direduplikasikan, kalau hanya bertujuan
mendapatkan makna plural. Untuk keperluan itu lebih baik digunakan adverbia
yang menyatakan plural, seperti semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan
sebagainya. Contoh:
a. banyak rumah sakit
b. beberapa surat kabar
c. semua jemaah haji
d. sejumlah jalan protokol
Selain yang dibicarakan di atas masih ada satu macam
reduplikasi yang tidak produktif, tetapi lazim dibicarakan orang. Reduplikasi
itu adalah reduplikasi yang dilakukan tiga kali disertai perubahan bunyi.
Misalnya:
a. dar-der-dor
b. dag-dig-dug
c. ngak-ngik-ngok
d. tak-tik-tuk
Reduplikasi
seperti ini lazim disebut dengan istilah trilingga.
2.6 Reduplikasi Dasar Nomina
Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan
melahirkan makna gramatikal yang menyatakan:
(1)
banyak
(2)
banyak dan
bermacam-macam
(3)
banyak dengan
ukuran tertentu
(4)
menyerupai atau
seperti
(5)
saat atau waktu
Bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna
gramatikal dibahas di bawah ini.
A. Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-,
bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks
per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks -an dan
berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘banyak’ kalau memiliki komponen makna (+ terhitung). Berikut ini
contoh-contohnya.
a. Pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu.
b. Ketua-ketua kelas
harus melapor kepada kepala sekolah.
c. Di sana terdapat pengumuman-pengumuman dari
berbagai instansi pemerintah.
d. Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.
e. Kami tidak takut dengan ancaman-ancaman itu.
f. Kalian harus kembali kepada kesatuan-kesatuan masing-masing.
g. Rumah-rumah sakit harus
menerima pasien keluarga miskin.
Dari contoh-contoh di atas dapat kita lihat semuanya
menggunakan ulangan utuh, kecuali contoh terakhir yang menggunakan ulangan
sebagian dari bentuk dasar gabungan kata rumah sakit. Di sini perlu
dicatat bahwa bentuk dasar nomina yang berafiks atau berupa gabungan kata bila
ingin ditampilkan bermakna ‘banyak’, sebaliknya tidak menggunakan bentuk
reduplikasi, sebagai gantinya lebih baik digunakan adverbia seperti semua,
banyak, para, sejumlah, dan sebagian yang diletakkan di muka nomina
itu. Jadi, misalnya, bukan peraturan-peraturan melainkan semua
peraturan; bukan bentuk rumah-rumah sakit melainkan banyak rumah
sakit.
B. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak’ dan ‘bermacam-macam’,
apabila memiliki komponen makna (+berjenis). Dalam hal ini perulangan itu
dilakukan disertai dengan pemberian sufiks -an. Berikut contoh-contohnya.
a. Dulu di daerah pasar minggu banyak buah-buahan.
b. Indonesia akan mengirim obat-obatan ke Libanon.
c. Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan.
d. Batu-batuan mahal
banyak terdapat di daerah kami.
e. Burung ini termasuk binatang pemakan biji-bijian.
C. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk dasar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan satuan ukuran
tertentu, apabila memiliki komponen makna (+ ukuran) atau (+ takaran). Dalam
hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-.
Berikut ini contoh-contoh dari pembahasan tersebut.
a. Kami sudah berhari-hari belum makan.
b. Berliter-liter bensin
terbuang percuma akibat kemacetan itu.
c. Berhektar-hektar hutan
di kalimantan terbakar hangus.
D. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘meyerupai’ atau ‘seperti’,
apabila memiliki komponen makna (+ bentuk tertentu) atau (+ sifat tertentu).
Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an.
Berikut ini contoh-contoh dari pembahasan tersebut.
a. Adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan.
b. Anak laki-laki suka bermain perang-perangan.
c. Anak perempuan senang bermain rumah-rumahan.
Ada sejumlah bentuk reduplikasi nomina bermakna
‘menyerupai’ atau ‘seperti’ dalam bentuk utuh. Hanya datanya tidak banyak.
a) Sebelum dipukul dia sudah memasang kuda-kuda.
b) Tangan-tangan kursi
itu patah ketika diduduki si gendut.
c) Tupa-tupai tiang
bendera itu sudah tak ada.
d) Roda sepeda itu hancur jari-jarinya akibat
tabrakan lari.
E. Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’, apabila
memiliki komponen makna (+ saat). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan dengan
perulangan utuh. Berikut ini contoh-contoh dari pembahasan tersebut.
a.
Malam-malam begini kamu mengapa datang ke sini?
b.
Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat kerja.
c.
Mau kemana
kamu siang-siang begini?
d.
Sejarah detik-detik
kehancuran Orde Baru ditulis oleh B.J. Habibi, mantan Presiden RI ketiga.
e.
Subuh-subuh kami sudah dibangunkan untuk bekerja.
2.7
Reduplikasi
Dasar Verba
Secara morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-,
berkonfiks ber-an,berprefiks me- inflektif dan derivatif,
berprefiks di- derivatif, berprefiks ter- inflektif dan
derivatif, berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif,
berklofiks ter-kan inflektif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivative,
berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an. Namun, tidak semua bentuk verba
itu dapat direduplikasikan.Tampaknya dapat tidaknya reduplikasi itu bergantung
pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi bentuk dasar itu.
Makna
gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba
ini, antara lain adalah menyatakan:
1) kejadian
berulang kali;
2) kejadian
berintensitas;
3) kejadian
berbalasan;
4) dilakukan
tanpa tujuan (dasar);
5) hal
tindakan;
6) begitu
(dasar).
Bagaimana
bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini
dibicarakan di bawah ini.
1)
Dasar verba apabila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian (tindakan) berulang
kali’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi).
Contoh:
3
Dari tadi beliau marah-marah terus.
4
Jangan menembak-nembak sembarangan.
5
Dia menendang-nendang apa saja yang ada di dekatnya.
6
Mereka berlompat-lompatan ke segala arah.
7
Siapa yang berjalan
sambil melirik-melirik itu?
Dari
data di atas dapat dilihat bahwa:
a. dasarnya
dapat berupa akar (marah), berupa
kata berprefiks me- (menembak, menendang, dan melirik) dan
berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan);
b. dasar
yang semula memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- durasi) setelah
direduplikasikan menjadi kata yang memiliki komponen makna
(+ tindakan) dan (+ durasi).
2)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘kejadian berintensitas’, apabila dasar itu memiliki
komponen makna(+ tindakan) dan (+ durasi).
Contoh:
a. Kami berjalan-jalan mengelilingi kebun raya
Bogor;
b. Mereka berlari-lari di halaman sekolah;
c. Anak-anak itu bermain-main di pinggir jalan;
d. Kami memang sedang menunggu-nunggu berita dari dia;
e. Orang tua itu bertanya-tanya, di mana kedua anaknya
itu kini berada.
3)
Dasar verba apabila
direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘berbalasan’, apabila dasar itu
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(- durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif.
Contoh:
a.
Terjadi
tembak-menembak antara gerilyawan
Palestina dan tentara Israel;
b.
Kecam-mengecam
terjadi di antara kedua pihak yang
bertikai;
c.
Kita
tidak boleh salah-menyalahkan dulu;
d.
Perkelahian
itu dimulai dengan ejek-mengejek di
antara keduanya;
e.
Sikut-menyikut
sesame mereka sudah biasa.
Catatan:
Verba
seperti berpelukan dan bersalaman yang sudah memiliki makna
gramatikal ‘saling me-’ lazim juga direduplikasikan menjadi berpeluk-pelukan dan bersalam-salaman dengan makna gramatikal
yang sama.
a. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘dilakukan tanpa
tujuan (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
durasi).
Contoh:
a.
Sehabis ujian kami makan-makan di restaurant itu;
b.
Mari kita duduk-duduk di taman depan;
c.
Sehabis mandi-mandi di laut kami masuk ke
restaurant.
b. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘hal me…’,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ durasi) serta dalam bentuk
reduplikasi berprefiks me- regresif.
Contoh:
a.
Menerima pekerjaan ketik-mengetik;
b.
Dalam soal tari-menari dia memang ahlinya;
c.
Contek-mencontek
sudah membudaya di kalangan pelajar.
c. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘begitu (dasar)’,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ saat).
Contoh:
a.
saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depanku;
b.
kami tidak tahu apa
sebabnya, dating-datang dia marah;
c.
rupanya dia lapar
sekali, pulang-pulang minta makan.
2.8 Reduplikasi Dasar
Ajektifa
Ajektifa sebagai
bentuk dasar dalam bentuk reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi, dapat berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan, dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur. Namun, yang lazim direduplikasikan adalah yang
berbentuk akar. Menurut Chaer, 2008: 197 bahwa Reduplikasi pada dasar ajektifa
dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal.
1.
Banyak yang (dasar)
2.
Se (dasar) mungkin
3.
Hanya yang (dasar)
4.
Sedikit bersifat
(dasar)
5.
Meskipun (dasar)
6.
Semua (dasar) dengan
7.
Intensitas
Namun, makna
gramatikal reduplikasi sangat bergantung pada konteks kalimatnya sehingga ada
kemungkinan ada bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki makna gramatikal yang beda
jika konteksnya berbeda.
1.
Dasar ajektifa bila
direduplikasi akanmenghasilkanmakna
gramatikal ‘banyak yang dasar’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+
keadaan) dan (+ ukuran).
Contoh:
a.
Ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu.
b.
Murid-murid di sekolah
itu memang nakal-nakal.
c. Pohon-pohon
di hutan itu besar-besar.
d.
Rumah di daerah itu bagus-bagus.
e.
Anak-anak itu memang sopan-sopan.
2.
Dasar ajektifa bila
direduplikasi akan menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contoh:
a. Bukalah
jendela itu lebar-lebar.
b.
Buang jauh-jauh pikiran seperti itu.
c.
Jangan duduk dekat-dekat dengan dia.
d.
Pikirkan dalam-dalam beru bertindak.
e.
Dengarkan baik-baik nasihat guru itu.
Di sini tampak makna gramatikal ‘se
(dasar) mungkin didapat bila digunakan dalam kalimat imperative.
3.
Dasar ajektifa bila
direduplikasi akan menghasilkan makna gramatikal ‘hanya yang (dasar)’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contoh:
a.
Ambil yang baik-baik, tinggalkan yang buruk-buruk.
b.
Kumpulkan buah itu yang
besar-besar saja.
c.
Murid yang nakal-nakal kumpulkan dalam satu kelas.
d.
Batu koral yang kecil-kecil kumpulkan dan masukkan dalam
kaleng ini.
e.
Petiklah daun tembakau
itu yang lebar-lebar, lalu jemur di
sini.
Di sini tampak makna gramatikal ‘hanya
yang (dasar)’ didapat bila digunakan dalam kalimat imperatif dan menyatakan
pilihan.
4.
Dasar ajektifa bila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘sedikit bersifat (dasar)’
jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ warna).
Contoh:
a.
Dari jauh air laut
tampak kebiru-biruan.
b.
Warna bajunya putih kehijau-hijauan.
c.
Siapa gadis yang
berbaju putih kekuning-kuningan itu?
d.
Air sungai yang sudah kecoklat-coklatan itu masih digunakan
untuk mandi.
e.
Batu cincinnya berwarna
putih kemerah-merahan.
5.
Dasar ajektifa bila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘meskipun (dasar)’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ sikap).
Contoh:
a.
Jauh-jauh
saya datang, tetapi orangnya
tidak ada.
b.
Kecil-kecil
berani dia melawan preman itu.
c.
Gelap-gelap
datang juga dia ke rumahku.
d.
Pintar-pintar,
tetapi bisa juga dia dibohongi orang.
e.
Bodoh-bodoh
begitu, bisa juga dia menipu orang lain.
6.
Dasar ajektifa bila
direduplikasian akan menghasilkan makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contoh:
a.
Truk sebesar-besar gajah merusak jalan
lingkungan di daerah kami.
b.
Sepandai-pandainya
tupai melompat adakalanya jatuh juga.
c.
Nyamuk di situ segede-gede lalat hijau.
d.
Anaknya memang secantik-cantik bidadari.
e.
Daunnya selebar-lebar telinga gajah.
7.
Dasar ajektifa bila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal‘intensitas’ jika bentuk
dasar memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ ukuran).
Contoh:
a.
Kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele
ini.
b.
Tidak baik kita mengecil-ngecilkan arti perjuangan
mereka.
c.
Dia memang sengaja menjelek-jelekannama kita.
d.
Janganlah kamu melemah-lemahkan semangat dia.
e.
Tidak baik
memburuk-burukkan nama orang yang sudah meninggal.
2.9 Reduplikasi Jadwal Kelas Tertutup
Kata-kata yang termasuk
kelas tertutup, seperti dalam kelas edverbia, pronominal, numerial, konjungsi,
artikulasi, dan interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas tertutup ini pun ada
yang mengalami proses reduplikasi.
Namun, makna-makna dari proses tersebut sukar dikaidahkan. Oelh karena
jumlahnya terbatas maka akan dibahas sebagai berikut.
2.9.2
Reduplikasi Dasar Adverbia Negasi
Kosakata
edverbia negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Dalam proses reduplikasi
yang terlibat hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat
dalam proses itu. Perhatikan contoh berikut.
a.
Di sini kamu jangan
bicara yang bukan-bukan.
b.
Di sini kamu jangan
bicara yang tidak-tidak.
c.
Anak itu selalu
menangis meminta yang bukan-bukan.
d. Anak
itu selalu menangis meminta yang tidak-tidak.
Dari keempat
contoh tersebut tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak
mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan. Padahal tanpa
reduplikasi negasi bukan berkaitan dengan nomina, sedangkan negasi tidak
berkaitan dengan verba atau ajektifa.Dari segi semantic kalimat (1) dan (2)
menyatakan sesuatu yang bukan harus dibicarakan atau yang tidak harus
dibicarakan.Sedangkan kalimat (3) dan (4) menyatakan sesuatu yang bukan dapat
diminta atau sesuatu yang tidak dapat diminta.
2.9.2 Reduplikasi
Dasar Adverbia Larangan
Kosakata
adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh.Kosakata yang berkenaan
dengan reduplikasi hanyalah akar jangan dan seperti tampak pada kalimat di
bawah ini.
1.
Hari ini dia tidak
masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk, jangan-jangan dia sakit.
2.
Mari kita segera
pulang, jangan-jangan ayah sudah
sampai di rumah.
Dari kedua
contoh di atas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan tidak lagi
berkenan dengan “larangan”, melainkan telah berubah menjadi konjungsi
intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan mkna menghubungkan
menyatakan rasa khawatir.
2.9.3
Reduplikasi
Dasar Adverbia Kala
Kosakata
adverbial kala adalah kata-kata sudah dan telah untuk menyatakan kala lampau; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini;akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang. Sebagai adverbial kala
yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah
dan akan, seperti tampak dalam
kalimat berikut.
1.
Kalau mengingat yang sudah-sudah kami memang kasihan kepadanya.
2.
Kerjanya hanya
mengumpulkan harta seakan-akan dia
bisa hidup selamanya.
Bentuk (yang)
sudah-sudah pada kalimat (1) memiliki makna segala peristiwa atau kejadian yang
pernah dialami; sedangkan makna
seakan-akan pada kalimat (2) sama dengan ‘seolah-olah’.
2.9.4 Reduplikasi Dasar
Adverbia Keharusan
Kosakata
adverbial keharusan adalah barangkali,
kali, dan mungkin yang menyatakan
kemungkinan; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan; dan boleh yang menyatakan kebolehan.
Sebagai adverbial keharusan yang terlibat daalm reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh.Seperti pada kalimat-kalimat berikut.
1. Mari kita singgah ke
rumah beliau, kali-kali saja beliau
ada di rumah.
2. Jangan
bekerja semau-maunya saja.
3. Boleh-boleh
saja kalau Anda mau mengajukan usul itu.
Kata kali-kali (yang sebenarnya bentuk
singkatan dari barangkali) memiliki makna yang sama dengan ‘barangkali’; kata
semau-maunya (memiliki makna semau kemauan sendiri); dan kata boleh-boleh
memiliki makna ‘boleh saja’. Sepanjang
data yang terkumpul tidak (belum)ditemukan adanya bentuk reduplikasi dengan
dasar barangkali, mungkin, meesti, harus,
wajib, ingin, dan hendak.
2.9.5 Reduplikasi Dasar Adverbia
Jumlah
Kosakata
adverbia jumlah adalah banyak, sedikit,
lebih, kurang, dan cukup.
Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Perhatikan contoh berikut.
1.
Setelah diberi gula
harus diberi air banyak-banyak.
2.
Jumlah peserta sebanyak-banyaknya hanya 100 orang.
3.
Kamu dapat membantu sebanyak-banyaknya.
4.
Beri dia minum sedikit-sedikit.
5.
Sumbangan sedikit-dikitnya sepuluh ribu rupiah.
6.
Hawa di sini sangat dingin, lebih-lebih pada pagi hari.
7.
Bantuan sembako yang
datang tidak kurang-kurang.
8.
Sekurang-kurangnya
kami bisa membantu sejuta rupiah.
9.
Kebutuhan mereka akan
kami penuhi secukup-cukupnya.
Makna banyak-banyak pada kalimat (1) adalah
banyak ‘sehingga tidak kekurangan’; dalam sebanyak-banyaknya
pada kalimat (2) adalah ‘sebanyak yang dapat diikutsertakan’; dan sebanyak-banyaknya pada kaliamt (3)
bermakna ‘sebanyak mungkin’.
Maknasedikit-sedikit
pada kalimat (4) adalah ‘sedikit demi sedikit’; dan sedkit-sedikitnya pada kalimat (5)
adalah ‘paling sedikit (sepuluh ribu rupiah)’.
Makna lebih-lebih pada kalimat (6) bermakna
‘menegaskan ‘ searti dengan konjungsi apalagi.Makna kurang-kurang pada kalimat (7) adalah ‘tidak pernah kurang’;
sedangkan makna sekurang-kurangnya
pada kalimat (8) adalah ‘paling kurang’.Makna secukup-cukupnya pada kalimat (9) adalah ‘secukupnya sampai tidak
berkekurangan’.
2.9.6
Reduplikasi
Dasar Adverbia Taraf
Kosakata
adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan
paling.Dalam reduplikasi yang terlibat hanya kata agak dan paling.Seperti
kalimat berikut.
1.
Harus dihitung yang
benar, jangan mengagak-agak saja.
2.
Harganya paling-paling seribu rupiah.
Makna mengagak-agak pada kalimat (1) adalah
‘mengira-ngira’; sedangkan katapaling-paling
pada kalimat (2)bermakna ‘yang paling’ mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah)’.
Kata sangat, amat, dan sekali sebenarnya sama dengan makna
paling. Namun, tidak terlibat dalam proses reduplikasi. Kata sedang dan kurang
sebagaikosakata adverbia taraf juga tidak terlibat dalam proses reduplikasi.
2.9.7
Reduplikasi
Dasar Adverbia Frekuensi
Kosakata
adverbia frekuensi adalah sekali, jarang,
sering, dan lagi.Semuanya
terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut.
1.
Sekali-kali
dia datang juga ke sini.
2.
Jangan sekali-kali kau langgar peraturan itu.
3.
Beliau memang sudah jarang-jarang datang ke sini.
4.
Sering-seringlah
kau singgah di situ.
5.
Lagi-lagi
dia yang tidak hadir.
Makna sekali-sekali pada kalimat (1) adalah
‘(datang) tetapi tidak sering ‘; sedangkan makna sekali-kali pada kalimat (2) adalah ‘tidak sama sekali’.
Makna jarang-jarang pada kalimat (3) adalah
‘(datang) tetapi jarang’. Jarang juga bisa menyatakan ‘durasi atau lamanya
waktu’, tetapi dapat juga berarti ‘ruang’ di antara satu “titik” dengan “titik”
lain.
Makna sering-sering pada kalimat (4) adalah
‘acapkali’ sebagai kosokbali dari makna ‘jarang-jarang’.Kata lagi-lagi pada kalimat (5) adalah
bermakna ‘pengulangan’ dalam arti sesuatu yang pernah terjadi lalu terjadi
lagi.
2.9.8 Reduplikasi
Dasar Adverbia Tanya
Kosakata adverbial tanya
adalah apa, siapa, berapa, mana, kenapa,
mengapa, dan bagaimana. Semuanya
terlibat dalam proses reduplikasi kecuali mengapa dan bagaimana. Perhatikan
kalimat-kalimat berikut.
1.
Kalau ada apa-apa dengan beliau, tolong beritahu
kami.
2.
Apa-apa
saja yang kamu perlukan ambil saja di gudang.
3.
Belum apa-apa dia sudah menangis.
4.
Bagi saya dia tidak ada
apa-apanya.
5.
Siapa-siapa
saja yang kamu undang.
6.
Dia bukan siapa-siapa, maka jangan takut.
7.
Barangnya memang bagus
dan beragam, tetapi berapa-berapa
harganya say tidak tahu.
8.
Mana-mana
yang tidak diperlukan sebaiknya dibuang saja.
9.
Hati-hati,
jangan sampai terjadi kenapa-kenapa
denagn dia.
10.
Semua kejadian di sana
sudah saya dengar, tetapi mengapa-mengapanya
saya belum tahu.
Makna apa-apa pada kalimat (1) adalah ‘(ada)
kejadian (apa saja)’, pada kalimat (2) apa-apa bermakna ‘barang apa saja’, pada
kalimat (3) apa-apa bermakna ‘(belum) terjadi sesuatu’ dan pada kalimat (4)
apa-apa tidak ada keunggulannya’.
Makna siapa-siapa pada kalimat (5) adalah
‘siapa saja dari sejumlah orang’ dan pada kalimat (6) siapa-siapa bermakna
‘(orang) yang tidak ada kelebihannya’.
Makna berapa-berapa pada kalimat (7) adalah
‘kepastian harganya;.Sedangkan kata mana-mana pada kalimat (8) bermakna
‘benda-benda atau hal-hal’.
Makna kenapa-kenapa pada kalimat (9) adalah
‘(terjadi) sesuatu’ sedangkan mengapa-mengapa pada kalimat (10) bermanka
‘sebab-sebabnya’.
2.9.9
Reduplikasi
Dasar Pronomina Persona
Kosakata
pronomina persona adalah saya dan aku sebagai orang pertama tunggal,; kami sebagai orang pertama jamak
eksklusif; kita sebagai orang pertama
jamak inklusif; kamu, engkau, dan anda sebagai orang kedua tunggal; kalian dan kamu sekalian sebagai orang kedua jamak; dia, ia, dan beliau
sebagaiorang ketiga tunggal; dan mereka
sebagai orang ketiga jamak. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti
terdapat dalam kalimat-kalimat berikut.
1.
Kalau ada masalah saya-saya juga yang dimintai
tolong.
2.
Teman lain yang
terlambat banyak, namu aku-aku saja
yang ditegur beliau.
3.
Kami-kami
ini sering membantu pekerjaan beliau.
4.
Yang diundang rapat
banyak, tetapi yang hadir hanya kita-kita
inilah.
5.
Hai, kamu-kamu
coba perhatikan sebentar!
6.
Apakah engkau-engkau tidak pernah belajar sopan
santun?
7.
Anda-anda
diminta datang untuk membantu kesulitan beliau.
8.
Kalian-kalianlah
yang diharapkan menjadi pemimpin kelak!
9.
Dari dulu yang sering
terlambat hanya dia-dialah
10.
Beliau-beliau
di ataslah yang mengerti masalah yang sebenarnya.
11.
Yang tidak setuju
ternyata mereka-mereka juga.
Makna
reduplikasi pada bentuk dasar dari pronomina persona adalah menyatakan
penegasan, bukan menyatakan makna jamak, sehingga penggunaan kata kami-kami,kita-kita, dan mereka-mereka adalah berterima.Banyak
guru dan penyuluh bahasa yang tidak membolehkan penggunaan kata kita-kita, mereka-mereka, dan kami-kami dengan alasan kata kita, kami,
dan merekasudah bermakna jamak.Jadi, tidak perlu reduplikasi.Pendapat ini tentu
berdasar pemikiran bahwa makna reduplikasi hanya menyatakan jamak.Padahal dalam
hal iini bukan bermakna jamak, melainkan bermakna penegasan.
2.9.10 Reduplikasi Dasar
Pronomina Demonstratifa
Kosa kata
pronomina demonstratifa adalah ini, itu,
begini, dan begitu. Keempat kata
ini terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti kalimat-kalimat berikut.
1.
Mengaap yang ini-ini saja yang kamu tuntut.
2.
Sejak dulu sampai
sekarang itu-itu saja yang
dibicarakan.
3.
Begini-begini
saya ini duluanya adalah anak orang kaya
4.
Keadaan dari dulu
sampai sekarang begitu-begitu saja,
tidak ada perubahan.
Makna ini-ini pada kalimat (1) adalah ‘hanya
yang ini’ sedangkan pada kalimat (2) ‘hanya yang itu’ saja.
Makna begini-begini pada kalimat (3) adalah
‘meskipun begini’ sedangkan kata begitu-begitu pada kalimat (4) memiliki makna
‘hanya begitu’ saja.
2.9.11 Reduplikasi Dasar Numeralia
Kosakata
numeralia yang terlibat dalam proses reduplikasi adalah nama-nama bilangan
bulat satu, dua, tiga, empat, lima, enam,
tujuh, delapan, sembilan,
sepuluh, sebelas, …, seratus, seribu.Juga
bilangan sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya.Perhatikan
contoh-contoh berikut.
1.
Anak-anak itu
dibariskan dua-dua.
2.
Isikan lima-lima ke dalam kantong-kantong ini.
3.
Mereka diberi uang seratus-seratus.
4.
Kasiakan anak-anak itu
uang seribu-seribu.
5.
Obat ini dimakan setengah-setengah saja.
Tampaknya makna
reduplikasi pada dasar bilangan adalah sama, kata dua-dua pada kalimat (1) bermakna ‘dua (orang) dua orang’, kata lima-lima pada kalimat (2) bermakna
‘setiap kntong lima (buah)’, kata seratus-seratus
pada kalimat (3) bermakna ‘setiap orang diberi seratus rupiah’, kata seribu-seribu pada kalimat (4) bermakna
setiap anak diberi seribu rupiah’ dan kata setengah-setengah
pada kalimat (5) bermakna ‘setiap kali makan (obat itu) setengah (tablet)’.
2.9.12 Reduplikasi Dasar
Konjungsi Koordinatif
Kosakata
konjungsi koordinatif adalah dan yang mengatakan ‘gabungan’ serta yang
menyatakan ‘kesertaan’ tetapi, namun, dan melainkan yang mengatakan ‘kebalikan’
bahkan dan malah (an) yang menagtakan ‘penguat’; kemudian, setelah, sesudah,
dan lalu mengatakan ‘hubungan waktu’. Semuanya tidak ada yang terlibat dalam
proses reduplikasi. Memang ada bentuk lalu-lalu
seperti kalimat berikut.
Kami
tidak perlu mengingatlagi kejadian yang lalu-lalu.
Namun,
lalu-lalu di sini bukan berasal dari konjungsi koordinatif lalu.
2.9.13 Reduplikasi Dasar
Konjungsi Subordinatif
Kosakata
konjungsi subordinatif adalah karena,
sebab, asal, dan lantaran yang
menghubungkan menyatakan ‘sebab’; kalau,
jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya
yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’; meski (pun), biar (pun), walau (pun), kendati (pun) yang
menghubungkan menyatakan ‘penguatan’; hingga,
sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan ‘batas’; dan kecuali yang menghubungkan menyatakan
‘pekecualian’. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai.
Seperti dalam kalimat-kalimat berikut.
1.
Mari kita ke kebun, kalau-kalau ada durian jatuh.
2.
Kami Cuma berandai-andai, tidak memikirkan yang
sebenarnya.
3.
Dia melakukan
penyamaran dengan
memakai kumis, rambut palsu dan pakaian aneh-aneh, sampai-sampai kami tidak mengenalinya.
Makna
kalau-kalau pada kalimat (1) menyatakan ‘kemungkinan yang diharapkan memberi
keuntungan’.Hal ini berbeda dengan bentuk jangan-jangan (lihat kembali 10.9.2)
yang menyatakan ‘kekhawatiran’.
Makna
berandai-andai pada kalimat (2) adalah ‘melakukan andai-andai’. Artinya,
mengharapkan sesuatu tetapi hanya dengan
andaikata, bukan dengan usaha kerja.
Makna sampai-sampai
pada kalimat (3) adalah menyatakan ‘akibat’ dari suatu perbuatan.
2.10
Prinsip-prinsip
Kata Ulang
2.10.1
Prinsip
Pertama, Bentuk Dasar Kata Ulang Merupakan Anggota Kosakata Bahasa Indonesia
Prinsip
tersebut berisi bahwa bentuk dasar kata ulang biasanya dipakai oleh penutur
bahasa Indonesia ketika mereka berbahasa Indonesia, misalnya kata ulang mobil-mobil, mencari-cari, dan kemerah-merahan. Kata-kata tersebut yang
diulang yaitu kata mobil, mencari, dan
kemerahan atau merah.Ketiganya biasa
dipakai oleh para penutur bahasa Indonesia, misalnya dalam kalimat-kalimat
berikut.
1. Harga
mobil tidak pernah turun, bahkan
cenderung naik.
2. Polisi
sedang mencari otak penyelundupan
bawang putih.
3. Kemerahan
pada kulit menandai bahwa tomat itu sudah siap dipanen.
4. Merah
dimaknai berani oleh bangsa Indonesia.
2.10.2
Prinsip
Kedua, Bentuk Dasar Kata Ulang Mempunyai Makna Leksikal
Makna
leksikal yaitu makna atau arti yang disepakati dan diberikan oleh pemilik
kosakata suatu bahasa dan biasanya dicatatkan dalam kamus.Dapat dikatakan, arti
leksikal yaitu arti kata suatu bahasa dalam kamus, misalnya kata ulang pulau-pulau, anak-anak, gedung-gedung, bentuk
dasar kata tersebut yaitu pulau, anak, dan
kata gedung. Ketiganya dimiliki oleh
penutur bahasa Indonesia dan tercatat dalam salah satu kamus bahasa Indonesia.
Adapun maknanya sebagai berikut.
Pulau ‘tempat atau daratan yang dikelilingi air’
(KBBI, 1990: 708).
Anak ‘keturunan kedua’, ‘manusia yang masih kecil’,
‘orang yang berasal dari atau dilahirkan di suatu negeri’ (KBBI, 1990: 30-31).
Gedung ‘rumah tembok terutama yang besar-besar’,
‘bangunan rumah untuk kantor, rapat, atau tempat pertunjukan’ (KBBI, 1990: 260).
2.10.3
Prinsip
Ketiga, Ada Kaitan Makna antara Bentuk Ulang dan Makna Bentuk Dasarnya
Pada
penjelasan prinsip kedua dari prinsip-prinsip kata ulang bahwa setiap kata ulang itu memiliki makna leksikal.Dalam
hal ini, apabila suatu kata itu diulang, maka antara makna leksikal bentuk
dasar kata ulang tersebut cukup terasa adanya hubungan makna dengan makna
ulangannya. Dapat dikatakan, secara lahiriah ada hubungan bentuk dan
secara batiniah ada hubungan makna, masih terasa ada hubungan isi
atau pesan yang terkandung dalam kata tersebut bagi pendengar atau
pembacanya. Kita ambil contoh kata ulang menambah-nambah, berlari-lari,
makan-makan, bungkus-bungkus rokok, dosen-dosen Unila, dan seterusnya.
Bentuk-bentuk tersebut apabila kita kembalikan ke bentuk-bentuk dasarnya yaitu:
kata menambah, berlari, makan, bungkus rokok, dan dosen Unila, akan
terasa adanya makna lain, makna tambahan, tetapi masih ada kaitannya atau
kemiripannya.
2.10.4
Prinsip
Keempat, Ulangan suatu Kata tidak Mengubah Jenis Kata Bentuk Dasarnya
Ulangan suatu kata
yang bentuk dasarnya berkategori kata benda (nominal) akan berkategori
kata benda juga, ulangan kata yang bentuk dasarnya berkategori kata kerja (verbal)
hasilnya akan berkategori kata kerja pula. Selanjutnya, ulangan kata yang
bentuk dasarnya berupa kata sifat (ajektiva) akan berkategori kata
sifat. Demikian seterusnya. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
Bentuk Ulangnya Bentuk
Dasarnya
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Simpulan
A. Pengulangan atau reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi
ialah pengulangan
gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun
tidak. Hasil pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupakan bentuk dasar. Peduplikasi
atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam
banyak bahasa di dunia ini, dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan
mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, kompisisi
dan akronimisasi, meskipun reduplikasi adalah masalah morfologi, masalah pembentukan
kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang mencangkup masalah fonologi,
masalah sintaksis, dan masalah semantik (Chaer, 2008: 178).
1. Reduplikasi Fonologi
Kuku, dada, pipi, cincin, sisi.Bentuk-bentuk tersebut ‘bukan’ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si.Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah
sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2. Reduplikasi Sintaksis (Jangan-jangan kau dekati pemuda itu).
3. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantik adalah pengulangan “makna” yang
sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama, dan cerdik cendekia.Kita lihat kata ilmu
dan kata pengetahuan memiliki
makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama.
Demikian juga kata cerdik dan kata cendekia.
4. Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar,
berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa
pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian.
5.
Reduplikasi Dasar Nomina
Dasar
nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang
menyatakan:
(1)
banyak
(2)
banyak dan
bermacam-macam
(3)
banyak dengan
ukuran tertentu
(4)
menyerupai atau
seperti
(5)
saat atau waktu
6.
Reduplikasi Dasar Verba
Secara
morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-, berkonfiks ber-an,berprefiks
me- inflektif dan derivatif, berprefiks di- derivatif, berprefiks
ter- inflektif dan derivatif, berkonfiks me-kan inflektif,
berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan inflektif,
berkonfiks me-i inflektif, berklofiks
di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivative,
berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an.
7.
Reduplikasi Dasar
Ajektifa
Menurut Chaer,
2008: 197 bahwa Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain
makna gramatikal.
1.
Banyak yang (dasar)
2.
Se (dasar) mungkin
3.
Hanya yang (dasar)
4.
Sedikit bersifat
(dasar)
5.
Meskipun (dasar)
6.
Semua (dasar) dengan
7.
Intensitas
8.
Reduplikasi Jadwal
Kelas Tertutup
Kata-kata yang
termasuk kelas tertutup, seperti dalam kelas edverbia, pronominal, numerial,
konjungsi, artikulasi, dan interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas tertutup
ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi.
B. Prinsip-prinsip
Kata Ulang
1. Prinsip
pertama, bentuk dasar kata ulang merupakan anggota kosakata bahasa indonesia. Prinsip tersebut berisi
bahwa bentuk dasar kata ulang biasanya dipakai oleh penutur bahasa Indonesia
ketika mereka berbahasa Indonesia, misalnya kata ulang mobil-mobil, mencari-cari, dan kemerah-merahan.
2. Prinsip
kedua, bentuk dasar kata ulang mempunyai makna leksikal. Makna leksikal yaitu
makna atau arti yang disepakati dan diberikan oleh pemilik kosakata suatu
bahasa dan biasanya dicatatkan dalam kamus. Dapat dikatakan, arti leksikal
yaitu arti kata suatu bahasa dalam kamus, misalnya kata ulang pulau-pulau, anak-anak, gedung-gedung, bentuk
dasar kata tersebut yaitu pulau, anak, dan
kata gedung.
3. Prinsip ketiga, ada kaitan
makna antara bentuk ulang dan makna bentuk dasarnya. Pada penjelasan prinsip
kedua dari prinsip-prinsip kata ulang
bahwa setiap kata ulang itu memiliki makna leksikal.
4. Prinsip keempat, ulangan suatu
kata tidak mengubah jenis kata bentuk dasarnya.Ulangan suatu kata yang bentuk dasarnya berkategori kata benda (nominal)
akan berkategori kata benda juga, ulangan kata yang bentuk dasarnya
berkategori kata kerja (verbal) hasilnya akan berkategori kata kerja
pula.
3.2
Saran
Sehubungan
dengan hasil pembahasan makalah ini, penulis berharap agar pembaca mau
mempelajari isi dari makalah untuk pengetahuan tentang pengulangan
atau reduplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Satuan
Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Perbedaan cara khusus antara bentuk, fungsi dan makna reduplikasi pak
BalasHapusPerbedaan cara khusus antara bentuk, fungsi dan makna reduplikasi pak
BalasHapus