PROSES
PEMAJEMUKAN/ KOMPOSISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses
morfologis merupakan proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan morfem
yang satu dengan morfem lain sehingga menghasilkan kata. Proses gramatikal akan
memunculkan adanya makna gramatikal atau makna gramatis, yaitu makna yang
timbul akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata yang
mengalami morfologis itu mempunyai dua
ciri yaitu (1) polimorfemis terdiri atas lebih dari satu morfem, dan (2)
mempunyai makna gramatis atau makna gramatikal. Ada tiga cara yang bisa
dilakukan dalam proses morfologi bahasa Indonesia. ketiga cara itu antara lain
(1) afiksasi, yaitu proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk
dasar dengan afiks sehingga menghasilkan kata berimbuhan, (2) reduplikasi,
yaitu proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar dengan
morfem ulang sehingga menghasilkan kata ulang, dan (3) pemajemukkan, yaitu
proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar yang satu
dengan yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk yang memilki makna baru.
Dalam
kegiatan berkomunikasi yang kita lakukan, baik secara langsung (tatap muka atu
pun secara tidak langsung) menggunakan media kerap kita sering menemukan
gabungan dua kata tetapi memiliki satu makna. Kata-kata yang dimaksud seperti kata
rumah sakit, rumah makan, besar kepala, dan tangan panjang. Kata rumah sakit
memiliki makna gedung merawat orang sakit, rumah makan berarti rumah untuk
makan, besar kepala berarti orang sombong dan kata tangan panjang yang berarti
suka mencuri.
Di
dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut disebut dengan kata majemuk. Kata
majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya (Ramlan, 2009
:76). Kata rumah sakit yang terdiri dari kata “rumah” dan ”sakit” begitu juga
dengan tangan panjang yang terdiri dari kata “tangan” dan “panjang”.
Di
samping itu kata majemuk juga ada yang terdiri dari satu kata dan satu pokok
kata. Pokok kata adalah satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan
biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas (Ramlan, 2009:31). Kata
majemuk yang tergolong dalam hal ini misalnya daya juang, daya tahan serta
ruang baca dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua misalnya lomba lari,
jual beli, dan simpan pinjam.
Dalam pemajemukan sering terjadi permasalahan baik
dalam perlakuan terhadap kata mejemuk maupun kerancuannya dengan bentuk lain
(dalam hal ini adalah frasa, idiom, dan reduplikasi beubah bunyi). Oleh karena
itu, penulis menyusun makalah yang membahas perlakuan terhadap pemajemukan
(komposisi) yaitu proses penggabungan dua kata atau lebih.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka
dirumuskan beberapa rumusan masalah yang ada diantaranya
1.
Apakah pengertian pemajemukan/ Komposisi?
2. Apa
saja ciri-ciri kata majemuk/ komposisi?
3. Apa saja jenis-jenis kata
majemuk/ komposisi?
1.3
Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu
pemajemukan/ komposisi?
2. Untuk mengetahui apa
saja ciri-ciri kata majemuk/ komposisi?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis
kata majemuk/ komposisi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komposisi
Komposisi adalah proses
pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya
berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik
yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti
Kridalaksana, 2010: 65 ).
Komposisi
adalah proses penggabungan morfem dasardengan morfem dasar baik yang bebas
maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstrusi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda. Dalam istilah tata bahasa tradisional istilah pemaduan lebih
dikennal dengan nama pemajjemukan. Dalam behasaIndonesia pemaduan satuan-satuan
kata umtuk membentuk satu kata sangat produktif, khususnya dalam pembentukan
istilah-istilah baru. (Ramlan, 2009 : 59) menyatakan bahwa kata majemuk ialah kata
yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya. Di samping itu, ada
juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai
unsurnya misalnya daya tahan, daya jual, kamar tunggu, ruang baca, tenaga
kerja, kolam renang. Dan ada pula yang
terdir dari pokok kat semuanya seperti lomba lari, jual beli, simpan pinjam,
dan masih banyak lagi.
2.2 Ciri-Ciri Komposisi/ Kata
Majemuk
Menurut Harimurti Kridalaksana (2010: 75) ada 3 ciri-ciri yang dapat membedakan kata
majemuk dari frase. Ciri-ciri itu ialah :
1. Ketatersisipan
Ketaktersisipan artinya di antara
komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya : Buta
warna, alih nama, diam diri, dll. Sedangkan alat negaramerupakan
frase karena dapat disisipi partikel dari, menjadi alat dari negara.
2.Ketakterluasan
Ketakterluasan artinya komponen
kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan.
Perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus.
Misalnya komponen kereta api dapat dimodifikasikan
menjadi perkeretaapian.
3. Ketakterbalikan
Ketakterbalikan artinya komponen
kompositum tidak dapat dipertukarkan. Gabungan seperti bapak ibu, pulang
pergi, danlebih kurang bukanlah kompositum, melainkan
frase koordinatif karena dapat dibalikkan (gabungan kata semacam ini memberi
kesempatan kepada penutur untuk memilih mana yang akan didahulukan). Konstruksi
seperti arif bijaksana,hutan belantara, bujuk rayu bukanlah
frase melainkan kompositum karena tidak dapat dibalik menjadi bijaksana
arif, belantara hutan, rayu bujuk.
Sedangkan menurut Ramlan (2009: 62)
ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut :
a. Salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata.
Yang
dimaksud dengan istilah pokok kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat
bebas, yang dapat di jadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang,
temu, lomba, tempur, tahan, dan masih banyak lagi.
Satuan
gramatik yang unsurnya berupa kata dan pokok kata, atau kata semua, berdasarkan
ciri ini, merupakan kata majemuk. Unsur yang berupa kata dan pokok kata
misalnya :kolam renang, pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur,
brigade tempur, daya tempur, lomba lari, tenaga kerjadan masih banyak lagi.
Sedangkan unsur yang berupa kata yaitu kolam, pasukan, barisan, medan,
brigade, daya, lari, kamar, jam, waktu, tenaga dan masa. Dan untuk kata
majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba
tari, lomba rias, lomba nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam,
jual beli, dan sebagainya.
b. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak
mungkin diubah strukturnya.
Misalnya :
Ia menjadi kaki tangan musuh.
Ia menjadi kaki dan tangan musuh.
Kaki dan tangannya sudah
tidak ada.
Dari kalimat di atas terlihat
bahwa kaki tangan merupakan kata majemuk karena kedua
unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak buah berbeda
dengan anak orangsekalipun unsurnya sama, berupa kata nominal
semua. Padaanak orang unsur anak dan orang dapat
dipisahkan, atau dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak
buahtidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak buahadalah kata majemuk,
sedangkan anak orang adalah frase. Berikut beberapa contoh
kata majemuk berdasar ciri ini :ruang makan, baju dalam, daun pintu, mata
pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan lain-lain.
c. Salah satu atau semua unsurnya berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya
mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Ada beberapa
kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unik. Misalnya simpang
siur. Kata majemuk ini terdiri dari unsursimpang yang bukan
merupakan morfem unik karena di samping simpang siur terdapat
pula kata menyimpang, persimpangan, simpang lima dan
unsur siur yang merupakan morfem unik karena satuan ini tidak
dapat berkombinasi dengan satuan lain kecuali simpang. Contoh lain,
misalnyasunyi senyap, gelap gulita, terang benderang, dengan senyap,
gulita, dan benderang sebagai morfem
unik.
2.3
Jenis-Jenis Komposisi
2.3.1
Komposisi Nominal
Komposisi
nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya
komposisi kakek nenek dan baju baru pada kalimat berikut:
Ø Kakek
nenek pergi berlebaran
Ø Mereka
memakai baju baru.
Sebagai
pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina; dan sebagai
pengisi objek komposisi baju baru juga berjategori nomina.
Komposisi
nominal juga dapat di bentuk dari dasar:
a,
Nomina + nomina, seperti kakek nenek, meja kayu dan sate kambing
b.
Nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar dan ruang tunggu.
c.
Nomina + adjektifa, seperti guru muda, mobil kecil dan meja hijau.
d.
Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak buaya dan beberapa murid.
Dalam
kaitannya dengan semantik dapat dibedakan adanya lima macam komposisi
nominasebagai berikut:
a.
Komposisi
Nominal Bermakna Gramatikal
Makna
Gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan
dasar dalam pembentukkan sebuah komposisi. Makna grmatikal yang muncul dalam
proses pembentukkan komposisi nominal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1. Gabungan
biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal “gabungan biasa”
ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna:
a. (+
Pasangan antonim relasional). Misalnya ayah ibu,guru murid, suami istri, adik
kakak, penjual pembeli dan pembaca penulis.
b. (+
Aanggota dari satu medan makna). Misalnya topan badai, sawah ladang, kampung
halaman, dan piring mangkuk.
2. Bagian,
sehingga di antara unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal “bagian” ini akan terjadi apabila unsur
pertama memilki komponen makna (+ keseluruhan yang mencakup unsur pertama).
Misalnya awal tahun, tengah semester, akhir bulan, ujung jalan, pagi hari dan
suku bangsa.
3. Kepunyaan
atau pemiliki, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata milik. Makna gramatikal ‘kepunyaan’ ini
akan terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ benda termilik)
dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ insan), (+ yang diinsankan) atau
(+pemilik). Misalnya, sepatu adik, rumah nenek, tanah negara, mobil direktur,
tongkat kakek, dan sebagainya.
4. Asal
Bahan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’ dapat terjadi apabila unsur pertamanya
memiliki komponen makna (+ bahan pembuat unsur pertama). Misalnya cincin emas,
sate ayam, kursi rotan, jaket kulit, lemari besi, jendela kaca, map plastik,
dan lain sebagainya.
5. Asal
tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari. Makna gramatikal ‘asal
tempat’ dapat terjadi apabila unsur
kedua memiliki makna (+ tempat
berasalnya unsur pertama). Misalnya sate padang, dodol garut, jambu bangkok,
putri solo, lenong betawi, dan lain sebagainya.
6. Bercampur
atau di campur dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata bercampur. Makna gramatikal ‘bercampur’
dapat terjadi apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+ pencampur pada
unsur pertama). Misalnya teh susu,roti keju, lontong sayur, sate lontong, semen
pasir, gula mentega, dan sebagainya.
7. Hasil
Buatan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipi kata buatan. Makna gramatikal ‘hasil buatan’
ini dapat etrjadi apabila unsur kedua memiliki komponen makna (+ pembuat unsur
pertama). Misalnya puisi Chairil, lukisan Afandi, Novel Idrus, buku Gramedia,
sate pak Kumis, soto bang Nawi, motor Cina, dan sebagainya.
8. Tempat
Melakukan Sesuatu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Makna gramatikal ‘tempat
melakukan sesuatu’ dapat terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna
(+ ruang) dan unsurkedua memiliki komponen makna (+ tindakan). Misalnya kamar
periksa, meja tulis, ruang tunggu, kamar mandi, ruang tunggu, halaman parkir,
ruang sidang, meja makan, dan sebagainya.
9. Kegunaan
Tertentu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipakan kata untuk. Makna gramatikal ‘kegunaan’ ini
dapat terjadi apabila unsur pertama memilki komponen makna (+ kegunaan) dan unsur kedua memiliki komponen
makna (+ tindakan). Misalnya uang belanja,mobil dinas, kapal perang, kendaraan
angkutan, pintu masuk, pensil alis, kapur tulis, pisau cukur, dan sebagainya.
10.
Bentuk, sehingga di antra kedua unsurnya
dapat disisipkan kata berbentuk.
Makna gramatikal ‘bentuk’ dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+benda) dan unsur kedua meiliki komponen makna (+ bentuk) atau (+
wujud). Misalnya meja bundar, rumah mungil,karet gelang, kotak persegi, paku
payung, besi bulat, dan sebagainya.
11.
Jenis, sehingga di anatara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata jenis.
Makna gramatikal, ‘jenis’ dapat etrjadi apabila unsur pertama meiliki komponen
makna (+ benda generik) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda
spesifik). Misalnya mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur, bunga anggrek,
rokok kretek, ikap kakap, burung merpati, dan sebagainya.
12.
Keadaan, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata dalam
keadaan. Makna gramatikal ‘keadaan’ ini dapat terjadi apabila unsur pertama
meiliki komponen makna (+ benda) dan unsur kedua memiliki kmponen makna (+
keadaan). Misalnya mobil rusak, daerah kumuh, gubuk reyot, ban kempes, radio
antik, bangku baru, anak malas, buku tipis, dan sebagainya.
13.
Seperti atau menyerupai. sehingga di
anatara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa.
Makna gramatikal ‘seperti’ ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki
komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua memiliki koponen makna (+ ciri
khas benda). Misalnya gula pasir, jembatan semanggi, rem cakram, akar rambut,
kopi bubuk, garam bata , dan sebagainya.
14.
Jender atau jenis kelamin, sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin.
Makna gramatikal ‘gender’ ini dapat diperoleh apabila unusr pertama meimilki
komponen makna (+ makhluk) dan unsur kedua meimilki komponen makna (+ gender).
Misalnya atlet putra, anak lali-laki, guru pria, sapi betina,polisi wanita,
ayam jantan, anak perempuan, dan sebagainya.
15.
Model, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata model. Makna
gramatikal ‘model’ ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memilki komponen
makna (+ benda buatan) dan unsur kedua meimiliki komponen makna (+ ciri khas
dari sesuatu). Misalnya celana jengki, topi koboi, rambut
prajurit, sarapan amerika, rumah eropa, kebaya encim, kebaya kartini, topi
haji, dan sebagainya.
16.
Memakai atau Menggunakan, sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai.
Makna gramatikal ‘memakai’ dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki
komponen makna (+ benda alat) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ bahan
yang digunakan ). Misalnya kapal layar, mesin uap, rem angin, mesin diesel,
kapal apai, kereta listrik, lampu kabel, dan sebagainya.
17.
Yang di..., sehinga di anatara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata yangdi....
Makna gramatikal ‘yang di...’ ini dapat diperoleh apabila unsur kedua meimiliki
komponen makna (+ perlakuan terhadap unsur pertama). Misalnya anak angkat, ayam
goreng, nasi bakar, ikan pepes, tempe bacem, ketan panggang, dan sebagainya.
18.
Ada di..., sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata di.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ kegiatan), dan unsur kedua komponen makna (+ ruang) atau (+ tempat).
Misalnya kapal udara, uang muka, arung jeram, voli pantai, angkatan darat,
kapal udara, bajak laut, kapal udara, dan sebagainya.
19.
Yang (biasa) melakukan, sehingga antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang
melakukan atau yang mengerjakan.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memilki komponen
makna (+ pelaku) dan unsur kedua memiliki komponen makna (tindakan) atau (+
kegaiatan). Misalnya jago balap, juru bayar, juru parkir, juru tik, tukang
copet, tukang todong. tukang pukul, juru bicara, dan sebagainya.
20.
Wadah atau Tempat, sehingga di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah
atau tempat. Makna gramatikal ini
dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ wadah) dan
unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwadah). Misalnya kaleng susu,
amplop surat, botol tinta, kamar mayat, kotak surat, mangkuk bubur, botol
kecap, kaleng cat, tabung gas, dan sebagainya.
21.
Letak atau Posisi, sehingga diantara
kedua unsurnya dapat disisiipakan kata yang berada di.... Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama
memiliki komponen makna (+ benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+
posisi). Misalnya pintu depan, kamar tengah, pintu samping, jendela belakang,
laci atas, rak tengah, ruang dalam, dan sebagainya.
22.
Mempunyai atau dilengkapi dengan,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi
dengan.Makna gramatikal ini dpat diperoleh apabila unsur pertamanya
memiliki komponen makna (+ benda alat) dan unsur kedua memiliki komponen makna
(+ pelengkap). Misalnya kursi roda, truk gandengan, rumah tingkat, amplop berjendela,
sepeda motor, kamar AC, dan sebagainya.
23.
Jenjang, Tahap atau Tingkat, sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap
atau tingkat. Makna gramatikal ini
dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ kegiatan)
dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tahap) atau (+tingkatan). Misalnya
sekolah dasar, pendidikan awal, perwira pertama, pemain pemula, bagian
pengantar, penelitian lanjut, sekolah tinggi, dan sebagainya.
24.
Rasa atau Bau, sehingga kedua unsurnya
dapat disisipkan kata yang rasanya
atau yang baunya. Makna gramatikal
ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memilki komponen makna (+ benda
rasa) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ rasa) atau (+ bau). Misalnya
kacang asin, gulai pedas, air tawar, sayur asem, kopi pahit, minyak wangi,
kecap manis, dan sebagainya.
b.
Komposisi
Nominal Bermakna Idiomatik
Ada
sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh
maupun berupa idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya, seluruh koposisi
itu memilki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun
gramatikal. Misalnya;
· orang
tua, dalam arti ‘ayah ibu’.
· kambing
hitam, dalam arti ‘ orang yang dipersalahkan dalam satu perkara’.
· buah
bibir, dalam arti ‘ bahan pembicaraan orang ramai’.
· meja
hijau, dalam arti ‘ pengadilan’.
· kupu-kupu
malam, dalam arti ‘wanita tuna susila’.
Namun
perlu diketahui makna idiomatik ini baru jelas apabila berada dalam konteks
kalimatnya. Misalnya, komposisi orang tua pada kalimat;
· Semua
orang tua murid sudah hadir di aula.
Adalah
bermakna idiomatik sedangkan komposisi orang tua dalam kalimat;
· Siapa
nama orang taua yang duduk di sana itu?
Bukanlah
bermakna idiomatik.
Komposisi
yang berupa idiom sebagian adalah yang
salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya. seperti komposisi daerah
hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta. Kata daerah pada
kompoisisi daerah hitam, kata pakaian pada komposisi pakaian kebesaran, kata
koran pada komposisi koran kuning, dan kata gaji pada komposisi gaji buta masih
memilki makna leksikalnya. Sedangkan yang bermakna idiomatik adalah kata kata
hitam, kebesaran, kuning dan buta pada setiap koposisi tersebut.
c.
Komposisi
Nominal Bermakna Metaforis
Ada
sejumlah kompsisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis,
yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki unsur tersebut.
Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari
komponen makna kaki yaitu (+ terletak pada bagian bawah). sedangkan pada komposisi
kaki meja diberi makna metaforis dari komponen
makna kaki, yaitu (+ penunjang berdirinya tubuh).
Contoh
komposisi nominal metaforis lainnya adalah;
· kaki
mobil
· catatan
kaki
· kapala
surat
· kepala
kantor
· daun
jendela
· daun
pintu
· daun
telinga
· mulut
gua
· badan
jalan
· mulut
sumur
· perut
kapal
· mata
kail
· mata
rantai
· perut
bumi
d.
Komposisi
Nominal Nama dan Istilah
Ada
sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagai nama atau
istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga
tidak bermakna metaforis. Beberapa nama dan istilah diberikan sebgai contoh di
bawah ini;
Nama
· Hotel
Indonesia
· IKIP
Jakarta
· Apotik
Rini
· Kampung
Bali
· Tanah
Abang
· Kota
Bekasi
· Abdul
Rahman
· Jakarta
Timur
Istilah
·
buku ajar
·
lepas tandas
·
suku cadang
·
anak angkat
·
rumah tetangga
·
polisi tidur
·
pagar ayu
·
pintu darurat
e.
Komposisi
Nominal dengan Advebia
Ada
sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas adverbal dan kelas nominal.
Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna leksikal dari kata adverbia
itu. Adverbia yang mendampingi nomina adalah, adverbia yang menyatakan negasi,
yaitu bukan, tiada dan tanpa; dan adverbia yang menyatakan
jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang,
dan kurang. Berikut contohnya.
·
bukan anjing
·
tanpa uang
·
banyak hujan
·
beberapa siswa
·
sedikit air
·
sejumlah orang
·
jarang penduduk
·
kurang semen
Kedalam kelompok ini bisa juga
dimasukkan komposisi dengan unsur preposisi, seperti;
·
di pasar
·
dari kampus
·
ke hutan
·
suatu saat
2.3.2 Komposisi Verbal
Komposisi Verbal adalah komposisi
yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menaridan datang mengahadap pada kedua kalimat berikut:
·
Mereka menyanyi menari sepanjang malam.
·
Dia datang menghadap kepala sekolah.
Sebagai pengisi fungsi predikat
komposisi menyanyi menari dan datang menghadap berkategori verba.
Komposisi
verbal dapat dibentuk dari dasar;
·
Verba + verba, seperti menyanyi menari,
datang menghadap, duduk termenung, dan lari bersembunyi.
·
Verba + nomina, seperti gigit jari,
membanting tulang, makan tangan, dan lompat galah.
·
Verba + adjektifa, seperti lompat
tinggi, lari cepat, berkata keras, dan makan besar.
·
Adverbia + verba, seperti sudah makan,
tidak datang, belum jumpa, dan masih tidur.
a. Komposisi verbal Bermakna
Gramatikal
Dalam proses pembentukkan komposisi verbal
muncul beberapa makna gramatikal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
1.
Gabungan Biasa, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata dan.
Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila;
·
kedua unsurnya memiliki komponen makna
yang sama, sebagai dua buah kata bersinonim. Misalnya bimbang ragu, bujuk rayu,
caci maki, gelak tawa, hilang lenyap, ikut serta, kasih sayang, tegur sapa,
turut serta, dan sebagainya.
·
kedua unsurnya merupakan anggota dari
satu medan makna. Misalnya belajar mengajar, makan minum, menyanyi menari, baca
tulis, tanya jawab, tingkah laku, dan sebagainya.
·
kedua unsurnya merupakan pasangan
berantonim. Misalnya jual beli, jatuh bangun, mundur maju, tanya jawab, tingkah
laku, dan sebagainya.
Namun makna gramatikal sekelompok dari
komposisi (poin kedua) sangat bergantung pada kalimatnya. Pada satu konteks
bermakna ‘dan’ , pada konteks lain bermakna ‘atau’, seperti pada nomor (2)
berikut.
2.
Gabungan mempertentangkan,sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya merupakan pasangan
berantonim. Misalnya hidup mati, gerak diam, rebah bangun, jual beli, maju
mundur, pulang pergi, bongkar pasang, dan sebagainya.
3.
Sambil, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata sambil. Makna gramatikal ini dapat diperoleh
apabila kedua unsur itu merupakan dua tindakkan yang dapat dilakukan bersamaan;
hanya unsur pertama harus memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+ gerak);
sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (- gerak).
Misalnya datang membawa, datang menangis, datang menggendong, datang meringis,
duduk berbicara, duduk membaca, duduk bersiul, lari tertawa tawa, dan
sebagainya.
4.
Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata lalu. Makna
gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (tindakan) dan (-
gerak). Misalnya datang berteriak teriak, datang marah marah, pulang menangis,
menerkam menggigit, melompat menendang, dan sebagainya.
5.
Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur
pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+gerak) unsur kedua
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan ( + sasaran). Misalnya datang
menagih (hutang) , pergi membayar (pajak), datang menghadap (beliau), lari
bersembunyi, duduk berunding, datang meminta (maaf), dan sebagainya.
6.
Dengan, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata dengan.
Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ gerak) dan unsur kedua memiliki komponen makna
(+tindakan) dan ( + keadaan). Misalnya datang merangkak, ngesot, pulang
terpincang pincang, menangis tersedu sedu, pulang menggendong (adik), dan
sebagainya.
7.
Secara, sehingga di antara unsur
keduanya dapat disisipkan kata secara.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna ( + tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + cara). Misalnya
makan besar besaran, lari beranting, jalan pintas, cetak ulang, lari cepat,
kerja paksa, terjun bebas, dan sebagainya.
8.
Alat, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata menggunakan.
Makna gramtikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + alat) atau ( +
yang digunakan). Misalnya balap mobil, balap sepeda, lompat galah, terjun
payung, lari gawang, lempar cakram, lempar lembing, dan sebagainya.
9.
Waktu, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata waktu. Makna
gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen makna (
+ kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + saat) atau ( + ketika).
Misalnya ronda malam, jaga malam, apel pagi, tidur siang, makan siang, doa
makan, shalat subuh, dan sebagainya.
10.
Karena, sehingga di antara kedua
unsurnya dpat disisipkan kata karena.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ kejadian) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + penyebab).
Misalnya cerai mati, mabuk laut, mabuk udara, mabuk asmara, mandi darah, mandi
keringat, dan sebagainya.
11.
Terhadap, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata terhadap
atau akan. Makna gramatikal ini dapat
diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + peristiwa) dan
unsur kedua emiliki komponen makna ( + bahaya). Misalnya kedap air, kedap
suara, tahan panas, tahan banting, tahan lapar, tahan uji, dan sebagainya.
12.
Menjadi, sehingga di antara kedua
unsurnya dpat disisipkan kata menjadi.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen
makna ( + penyebab) dan unsur kedua memiliki komponen makna ( + akibat).
Misalnya jatuh cinta, jatuh sakit, masuk tentara, naik haji, bagi rata, jatuh
miskin, masuk islam, dan sebagainya
13.
Sehingga, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata sehingga
atau sampai. Makna gramatikal ini
dapat diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan unsur keduanya memiliki komponen
makna (+ kesudahan). Misalnya tembak mati, tembak jauh, buang habis, beri tahu,
pukul mundur, sebar luas, lempar jauh, dan sebagainya.
14.
Menuju, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila
unsur pertama memiliki komponen makna (+ gerak arah)dan unsur kedua memiliki
komponen makna (+ arah tujuan). Misalnya belok kiri, belok kanan, masuk desa,
naik darat, lirik kanan, masuk sekolah, dan sebagainya.
15.
Arah kedatangan, sehingga di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tempat
kegiatan). Misalnya pulang kantor, pulang kerja, usai sekolah, habis mandi, bubar rapat dan
sebagainya.
16.
Seperti, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata seperti atau sebagai. Makna gramatikal ini dapat
diperoleh apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan
unsur kedua memiliki komponen makna (perbandingan). Misalnya lurus tabung,
kawin ayam, mati kutu, lari-lari anjing dan sebagainya.
b. Komposisi Verbal Bermakna
Idiomatikal
Ada sejumlah komposisi verbal yang
bermakna idiomatikal, makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik
secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya makan garm dalam arti ‘pengalaman’
, makan krawat dalam arti ‘sangat miskin’ gigit jari dalam arti ‘tidak mendapat
apa-apa’, mengukir langit dalam arti ‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘
meninggal di tempat lain’.
Bila diperhatikan hampir semua
komposisi verba bermakna idiomatikal ini berstruktur verba + nomina atau berupa
klausa predikat + objek + pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau
makna sintaktikal melainkan makna idiomatikal tersebut.
Berkenaan dengan konstruksi predikat
+ objek ini, maka makna verba menjadi predikat itu sangat bergantung pada
nomina, sebagai objek yang mengikutinya. Sebagai contoh kita ambil verba makan,
mengambil dan menjual. Pada daftar (a) ketiga verba itu bermakna gramatikal,
pada daftar (b) bermakna idiomatikal dan daftar (c) bermakna polisemi.
a.
makan tempe
makan kacang
makan tahu
mengambil uang
mengambil buku
mengambil pensil
menjual sepeda
menjual rumah
menjual sepatu
b.
makan tangan
makan hati
makan krawat
mengambil muka
mengambil hati
mengambil angin
menjual gigi
menjual diri
menjual aksi
c.
makan ongkos
makan waktu
makan diri
mengambil istri
mengambil
pegawai baru
mengambil mata
menjual rumah
menjual paksa
menjual semua
c. Komposisi Verbal dengan Adverbia
Verba sebagai pengsisi fungsi
predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbia atau
lebih. Adverbia pendamping verba adalah;
a. Adverbia
negasi: tidak, tak, dan tanpa.
b. Adverbia
kala : sudah, sedang, tengah lagi, dan akan.
c. Adverbia
keselesaian : sudah, sedang, tengah lagi, dan belum.
d. Adverbia
aspektual : boleh, wajib, harus, dapat, ingin, dan mau.
e. Adverbia
frekuensi: sering, jarang, pernah, dan acapkali.
f. Adverbia
kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, dan boleh jadi.
Sebuah verba dalam statusnya sebagai
pengsisi fungsi predikat dalam sebuah klausa bisa didampingi oleh sebuah
adverbia tertentu, tetapi bisa juga didampingi oleh dua verba adverbia atau
lebih.Berikut adalah contoh komposisi dengan kelas verba;
·
tidak makan
·
sudah tidak makan
·
tidak akan makan
·
sudah tidak akan makan
·
harus datang
·
tidak harus datang
·
boleh jadi tidak datang
·
sudah tidak sering datang
·
pesti belum datang
·
belum pasti datang
2.3.3 Komposisi Ajektival
Komposisi ajektival adalah komposisi
yang pada satuan klausa, berkategori ajektiva. Misalnya komposisi cantik molek
dan kaya miskin dalam klausa berikut;
·
Gadis yang cantik molek itu duduk
termenung.
·
Kaya miskin di hadapan Allah sama aja.
Komposisi
ajektival dapat dibentuk dari dasar;
·
ajektifa + ajektifa, seperti tua muda,
besar kecil dan putih baru.
·
ajektifa + nomina, seperti merah darah,
keras hati dan biru laut.
·
ajektifa + verba, seperti takut pulang,
malu bertanya dan berani pulang.
·
adverbia + ajektifa, seperti tidak
berani, sangat indah dan agak nakal.
a. Komposisi Ajektival Bernakna
Gramatikal
Dalam proses pembentukannya muncul
sejumlah makna gramatikal, antara lain, adalah makna yang menyatakan:
1.
Gabungan biasa, sehingga di antara kedua
unsurunya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila
kedua unsurnya:
a.
memiliki komponen makna yang sama
sebagai pasangan bersinonim. Misalnya cantik molek, gagah berani, gagah
perkasa, kering mersik, dan sebagainya.
b.
memiliki komponen makna yang berkebalikan
sebagai pasangan berantonim atau beroposisi. Misalnya tua muda, besar kecil,
baik buruk, atas bawah, timur barat, desa kota, tinggi rendah, jauh dekat, dan
sebagainya.
c.
memiliki komponen makna yang sejalan
atau tidak bertentangan. Misalnya bulat panjang, gemuk pendek, tinggi kurus,
putih bersih, kecil mungil, dan sebagainya. Ada sejumlah pasangan secara
eksplisit disisipi kata dan. Misalnya baik dan rajin, ramah dan sopan, murah
dan bagus, nakal dan jelek, dan sebagainya.
2.
Alternatif atau pilihan, sehingga di
antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen
makna yang bertentangan sebagai pasangan berantonim. Misalnya buruk baik,
panjang pendek, kalah menang, halal haram, besar kecil, kaya miskin dan
sebagainya. Dalam hal ini ada 2 catatan pertama,
untuk kata yang tidak memiliki pasangan antonim, maka digunakan adverbia negasi
tidaknya.Misalnya jujur tidaknya, dusta tidaknya, suka tidaknya dan sabagainya.
Kedua, untuk komposisi dari dua buah
unsur yang komponen maknanya berbalikan, tetapi bukan merupakan antonim,
disisipi kata tetapi di antara kedua unusrnya. Misalnya nakal tetapi pandai,
bodoh tetapi rajin, kaya tetapi kikir, murah tetapi bagus, mahal tetapi jelek,
dan sebagainya.
3.
Seperti, sehingga di antara kedua
unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur pertama memiliki komponen
makna (+ warna) sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwarna).
Misalnya merah jambu, merah darah, biru laut, kuning gading, kuning emas, hijau
lumut, biru telur asin, dan sebagainya.
4.
Serba, makna gramatikal ini dapat
diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen
makna yang sama. Struktur komposisi ini sama dengan struktur reduplikasi utuh.
Oleh karena itu, untuk membedakan maknanya, perlu contoh dalam bentuk kalimat.
Berikit ini contohnya:
a.
Komposisi dan kalimat
Mereka memakai
pakaian putih-putih.
Warna seragam
mereka biru-biru.
Senjatanya hanya pentungan bulat-bulat.
b.
Reduplikasi
Putih-putih
haris dibawanya.
Kumpulkan yang biru-biru, yang lainnya buang saja.
Bulat-bulat
ditelannya anak ikan itu.
5.
Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal
ini dapat diperoleh apabila unsur pertama meiliki komponen makna (+sikap batin)
dan unsur kedua memiliki komponen makna (+kejadian) atau (+ peristiwa).
Misalnya takut mati, takut pulang, berani mati, berani dtang, malu datang, malu
bertanya, malu bertemu, dan sebagainya.
6.
Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya
dapat disisipkan kata kalau. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila unsur
pertamanya memiliki komponen makna (+ perasaan batin) dan unsur kedua memiliki
komponen makna (+ tindakan). Misalnya sedih mendengar, senang melihat, kecewa
mengetahui, curiga melihat, khawatir mendengar, dan sebagainya.
b. Komposisi Ajektival Bermakna
Idiomatikal
Ada sejumlah komposisi ajektival
bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal
maupun gramatikal. Misalnya;
tinggi
hati : angkuh
keras
hati : bersungguh-sungguh
keras
hat : tidak mau mendengar
nasihat
bengkok
akal :
licik
panjang
usus :
sabar
c.
Komposisi
Ajektival dengan Adverbial
Hanya
ada dua macam adverbia yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi
ajektival, yaitu:
a. Adverbia
negasi : tidak.
b. Adverbia
derajat : sama, lebih, kurang, amat, sekali.
contoh
pemakaian :
a. Tidak
bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik.
b. Sama
tinggi, lebih jauh, lebih muda, kurang indah, kurang rapat, sangat panjang,
sangat lurus, amat baik, amat nakal, merah sekali dan tua sekali.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemajemukan kata adalah
proses penggabungan antara kata dengan kata, kata denggan pokok katadan pokok
kata dengan pokok kata yang menghasilkan makna baru. Hasil dari proses pemajemukan
adalah kata majemuk atau kompositom. Kata majemuk adalah gabungan dari kata dan
kata, kata dan pokok kataatau pokok kata dan pokok kata yang keduanya tidak dapat
dipisahhkan satu sama lain. Apabila masih dapat dipisahkan dengann kata lain,
maka bukan merupakan kata majemuk. Pokok kata adalah satuan gramatik yang tidak
dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa serta dalam proses gramatik tidak
memiliki sifat bebas.
Cirri-ciri
kata majemuk yaitu :
1.
Salah satu unsurnya merupaakan pokok
kata atau pokok kata semua
2.
kedua unsurnya berupa kata tetapi kedua
unsurnya tidak dapat dipisahkan dengan unsur kata lain.
3.
Salah satu unsur unsurnya berupa morfem unik.
3.2 Saran
Untuk
pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Perlunya pemahaman yang lebih mendalam terhadap proses pembentukan
kata.
2. Perlu adanya batasan-batasan yang jelas mengenai materi yang
termasuk dalam pembentukan kata dan kalimat.
3. Dibutuhkan banyak referensi, baik dari buku, internet, maupun surat
kabar.
Kepada seluruh member setia BOLAVITA, jika Anda mengalami kendala saat mengakses situs BOLAVITA, silahkan akses melalui link alternatif kami dengan Link IP : http://159.89.197.59/
BalasHapusAgen BOLAVITA menyediakan permainan yang sangat lengkap, berikut permainan yang disediakan:
• Bola Tangkas (Tangkasnet, Tangkas88 dan Tangkas1)
• Casino Online (WM Casino, Green Dragon dan SBOBET Casino)
• Sabung Ayam (S128, SV388 dan Kungfu Chicken)
• Taruhan Bola (SBOBET, MAXBET/ICB Bet dan 368 Bet)
• Togel Online (KLIK4D dan ISIN4D)
• Poker Online (POKERVITA)
• Games Virtual / Slot Games (Joker dan Play1628)
Bonus yang diberikan Agen BOLAVITA juga sangat banyak dan menguntungkan, baik member baru maupun member setia:
�� Bonus Welcome Back Rp 200.000
�� Bonus 10% untuk new member (SPORTSBOOK & SABUNG AYAM)
�� Bonus 5% Deposit Harian (SPORTSBOOK & SABUNG AYAM)
�� Bonus Deposit Harian 10% untuk permainan BOLA TANGKAS
�� Bonus Referral 7% + 2%
�� Bonus Rollingan 0.5% + 0.7%
�� Diskon Togel KLIK4D & ISIN4D up to 66%
�� Bonus Cashback 5% - 10%
�� Bonus Cashback Bola Tangkas 10%
�� Bonus Flash Deposit Setiap Jumat 10%
�� Bonus Extra BIG MATCH 20%
�� Bonus FREECHIPS Promo Lebaran Ketupat
Daftar, main dan raih kemenangan Anda bersama kami di http://159.89.197.59/
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
LINE : cs_bolavita
TELEGRAM : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam
Daftar Rujukannya dimana?
BalasHapus