KELAS KATA KATEGORI
ADVERBIA, PRONOMINA, DAN NUMERALIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelas
kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelas atau golongan (kategori)
kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya. Kelas kata terdiri dari
seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang
berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori
morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu
terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Proses morfologis adalah pembentukan kata secara
sinkronis. Sehingga secara singkat kelas
kata dapat diartikan sebagai golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang
baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi Kelas kata.
Ada beberapa fungsi kelas
kata antara lain, melambangkan
pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret, membentuk bermacam – macam struktur
kalimat, memperjeleas makna
gagasan kalimat, membentuk
satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat, membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan
karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain, mengungkapkan berbagai
jenis ekspresi, antara lain : berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato
– pidato dan diskusi, mengungkapkan berbagai sikap, misalnya : setuju, menolak,
dan menerima. Oleh karena itu dengan banyaknya fungsi kelas kata, pada makalah
ini penulis akan menjelaskan kelas kata kategori adverbia, pronomina,
numeralia.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang
akan diurai dalam makalah ini meliputi:
a. Bagaimana konsep konsep dasar adverbia, pronomina,
numeralia ?
b. Apa saja subkategori, adverbia, pronomina, numeralia?
c. Bagaimana pemakaian adverbia, pronomina, numeralia?
1.3
Tujuan
Makalah
Makalah ini dibuat
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menjelaskan konsep dasar adverbia, pronomina,
numeralia.
b. Mendeskripsikan subkategori, adverbia, pronomina,
numeralia.
c. Menguraikan pemakaian adverbia, pronomina,
numeralia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
ADVERBIA
Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan
kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Contoh adverbia adalah sangat,
amat, tidak.
Abdul Chaer (49:2009) Adverbia adalah kategori yang mendampingi
nomina, verba, dan ajektifa dalam pembentukan frase; atau dalam pembentukan
sebuah klausa. Menurut, Hasan Alwi dkk (197:2003) menyatakan bahwa dilihat dari
tatarannya perlu dibedakan adverbia dalam tataran frasa dari adverbia dalam
tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan
verba, ajektiva, atau adverbia lain. Pada contoh berikut terlihat bahwa advebia
sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih,
dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu,
dalam tataran klausa, adverbia membatasi atau menjelaskan fungsi – fungsi
sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu
berfungsi sebagai predikat. Sedangkan
menurut Kridalaksana, (1986 : 81), adverbia adalah kategori yang dapat
mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaktis.
Dalam kalimat “Ia sudah pergi”,
kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi,
tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva, misalnya dalam
kalimat “saatnya sudah dekat.” Jadi, sekalipun banyak adverbia dapat
mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan
menjadi ciri adverbia.
Adverbia
dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu
terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem.
1)
Adverbia dasar bebas
alangkah nian
agak niscaya
akan nggak (non-standar)
amat nun
banget (non-standar) paling
barangkali pernah
belaka pula
bisa rada
(non-standar)
belum saja
boleh saling
bukan sangat
cuma selalu
dapat senantiasa
gus serba
hampir sering
hanya sudah
kerap sungguh
lagi tak
masih telah
memang tidak
2)
Adverbia turunan terbagi
atas:
a) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari:
i.
Adverbia bereduplikasi,
misalnya agak – agak, belum – belum, bisa – bisa, jangan – jangan,
lagi – lagi, lebih – lebih, paling –
paling, rada – rada, dan sering – sering.
ii.
Adverbia gabungan: belum boleh, belum sering, tidak boleh,
tidak boleh tidak, tidak mungkin lagi, masih belum lagi, masih belum,
belum tentu, dan tidak mungkin.
b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, terdiri dari:
i.
Adverbia berafiks,
yaitu dengan prefiks ter-, misalnya
terlalu, dan terlampau dan dengan
prefiks se-, misalnya sekali
ii.
Adverbia dari kategori lain
karena reduplikasi:
a. denominal: akhir – akhir,
malam – malam, mula – mula, pagi – pagi,
tengah – tengah.
b. depronominal: sendiri –
sendiri
c) Adverbia de-ajektival: awas
– awas, baik – baik, hemat – hemat, benar – benar, keras – keras, jauh – jauh, lambat – lambat, sebentar –
sebentar.
d) Adverbia denumeralia: sedikit
– sedikit, dua – dua.
e) Adverbia deverbal: kira –
kira, tahu – tahu.
3)
Adverbia yang terjadi dari
gabungan kategori lain dan pronomina, misalnya:
A + -nya: agaknya, harusnya.
N + -nya: rasanya, rupanya.
V + -nya: hendaknya, kiranya.
Num + -nya: seluruhnya, semuanya.
pada + N + -nya: pada dasarnya, pada hakikatnya.
pada + A + -nya: pada hematnya, pada hematnya saya.
4)
Advebia deverbal gabungan:
Mau tidak mau, tidak
dapat tiada, tidak dapat jadi, masih belum juga, ingin benar, tidak terkatakan
lagi.
5)
Adverbia de-ajektival
gabungan:
Tidak jarang, tidak
lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali.
6)
Gabungan proses, misalnya:
se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
se- + V + -nya : seharusnya, sedapatnya.
se- + R A + -nya : selambat – lambatnya, secepat – cepatnya.
2.1.1
Subkategorisasi
Adverbia
Ada dua jenis adverbia,
yaitu
1. Adverbia
intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numeralia, atau
adverbia lain.
Contoh:
Alangkah
|
Gus
|
Pula
|
Agak
|
Hampir
|
Rada
|
agak – agak
|
Hanya
|
rada – rada
|
amat sangat
|
Harus
|
Saja
|
Baku
|
Jangan
|
Saling
|
Banget
|
Juga
|
Sangat
|
Belaka
|
Kerap
|
Selalu
|
Bisa
|
Lagi
|
Senantiasa
|
Belum
|
Masih
|
Sering
|
Boleh
|
masih belum
|
Sudah
|
belum boleh
|
Nian
|
Sungguh
|
beum sering
|
Niscaya
|
Tak
|
Cuma
|
Nun
|
Telah
|
Dapat
|
Paling
|
Tidak
|
Doang
|
Pernah
|
|
2. Adverbia
ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah –
pindah posisi dan secara semantis mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi
secara keseluruhan.
Contoh:
barangkali, bukan, justru, memang,
mungkin.
2.1.2
Pemakaian
Adverbia
Adverbia dalam bahasa
indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas
dari kategori verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Aspek
menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sedang
berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek).
Atau mulai berlangsung (inkoatif). Modalitas menerangkan sikap atau susunan
pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kuantitas
menerangkan frekuensi atau jumlah terjadinya suatu perbuatan, peristiwa,
keadaan atau sifat. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan,
peristiwa, keadaan, atau sifat.
- Adverbia
sebagai penanda aspek
Jenis Aspek
|
Penanda Aspek
|
Contoh Pemakaian
Aspek
|
Duratif
Imperfektif
Perfektif
Perfektif
perfektif
Inkoatif
|
Lagi
Masih
Pernah
Sudah
Telah
Mulai
|
Biarkan saja! Dia lagi jahil.
Suhunya masih tinggi.
Saya pernah gamang di sini.
Gunung itu sudah gundul.
Meraka telah cocok.
Rambutnya mulai ikal.
|
*beberapa
aspek tidak diungkapkan oleh adverbia
- Adverbia
sebagai penanda modalitas
Penanda
Modalitas
|
Contoh
Pemakaian Modalitas
|
Akan
Belum
Barangkali
Boleh
Dapat
Harus
Jangan
Kagak
Mungkin
Nggak
Tak
Tidak
|
Martha akan gemas melihat anak lucu ini.
Mereka belum harus
Coba
lihat dulu, barangkali dia sibuk
hari ini.
Pesta
boleh meriah.
Otot
dapat kejang karenanya.
Saya
harus lantang bersuara.
Ayo,
jangan malu – malu, kita kan sama –
sama teman
Ah,
gue sih kagak kasian sama dia.
Dia
mungkin khawatir atas nasib
anaknya.
Dia
nggak gesit sih, jadi kalah deh.
Dia
tak kecewa terhadapmu.
Orang
itu tidak lalai.
|
*adverbia
yang ekstraklausal merupakan penanda modalitas.
- Adverbia
sebagai penanda kuantitas
Penanda
Kuantitas
|
Contoh
Pemakaian Kuantitas
|
Gus
Sering
Saling
Kerap
|
Ahmad mengerjakan pekerjaanya sekaligus kemarin
Dia sering membolos dari pekerjaanya
Mereka saling mencintai
Dia kerap mengikuti seminar mengenai bahasa
|
- Adverbia
sebagai penanda kualitas
Penanda
Kualitas
|
Contoh
Pemakaian Kualitas
|
Alangkah
Agak
Amat
Banget
Belaka
Cuma
Doang
Hampir
Hanya
Juga
Justru
Kerap
Maha
Memang
Nian
Niscaya
Nun
Paling
Pula
Rada
Saja
Sangat
Selalu
Senantiasa
Serba
|
Alangkah
cantiknya wajah gadis itu.
Ia merasa agak letih sore ini.
Saya amat kecewa melihat hasil pekerjaan Anda.
Gua cinta banget ama elo.
Saya bosan menemani dia, kerjaanya
membual belaka.
Laki – laki itu cuma mengganggu saja.
Makan doang kerjaanya, mikirnya sih kagak.
Pakaiannya hampir tertinggal di belakang pintu.
Dia hanya berbicara tentang pekerjaannya
Saya juga hampir terkecoh.
Kesalahannya itu yang justru menjantuhkan martabatnya.
Kejadian itu kerap menimpanya.
Dia merasa dirinya maha mengetahui
Dia memang cantik, tetapi hatinya jahat.
Cantik nian anakmu itu!
Cobalah engkau bekerja keras, niscaya hasilnya memuaskan.
Perkampungan itu terlihat nun jauh di sanan.
Ia paling
membenci membaca perihal peperangan.
Perkawinan mereka tenteram dan bahagia pula.
Hati – hati, dia rada gila.
Kesal saja hatinya melihat orang – orang itu.
Ah, apa benar dia sangat cantik.
Anaknya selalu menolak menuju ke depan kelas.
Mereka senantiasa membantu pekerjaanku.
Gedung yang serba moderen itu kelihatannya megah.
|
2.1.3
Ciri-ciri
Adverbia
a.
Mendampingi ajektiva
Contoh: Anak itu terlalu kecil untuk mencari nafkah.
Saya paling
benci dengan orang yang suka berbohong.
b.
Mendampingi numeralia
Contoh: Dia sudah tiga kali ketahuan berbohong.
Milana hampir
dua minggu ini tidak masuk kantor.
c.
Mendampingi proposisi
Contoh: Dia akan ke Bali dalam minggu ini.
Saya sudah
di Jakarta ketika kamu menelepon.
d.
Kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia umumnya
berfungsi sebagai prediket.
Contoh: Ia selalu
sedih jika teringat ibunya.
e.
Sebagian ada adverbia yang menerangkan kata atau bagian kalimat
yang tidak berfungsi sebagai predikat.
Contoh: Anaknya saja
tidak mau mendengarkan perkataannya.
2.2
PRONOMINA
Pronomina adalah
kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikanya itu
disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar
bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di
antaranya bisa direduplikasikan, yakni kami – kami, dia – dia, beliau – beliau,
mereka – mereka, dengan pengertian meremehkna atau merendahkan. (kridalaksana,
1986:76)
2.2.1
Subkategorisasi
Pronomina
Subkategorisasi terdapat pronomina
didasarkan atas dua hal, yaitu:
- Dilihat
dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden dalam
wacana. Berdasarkan hal itu pronomina dibagi atas:
a. Pronomina intratekstual,
yang menggantikan nomina yang terdapat dalam wacana. Bila anteseden terdapat
sebelum pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat anaforis. Bila anteseden
muncul sesudah pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat kataforis.
Contoh:
Bersifat anaforis
Pak Karta supir kami. Rumahnya jauh.
Anteseden
Bersifat kataforis
Dengan gayanya yang berapi – api itu, Sukarno berhasil menarik massa.
Anteseden
(Nya
yang bersifat kataforis ini hanya bersifat intra kalimat.)
b. Pronomina ekstratekstual,
yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Ia bersifat deiktis.
Contoh:
Aku yang memilikinya
Itu yang kutulis
Engkau jangan pergi
- Dilihat
dari jelas atau tidaknya refrennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri
dari:
a.
Pronomina
takrif
Pronomina
ini menggantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas pada
pronomina persona.
Pronomina
persona terdiri dari:
Pronomina
persona
|
Singularis
|
Pluralis
|
Pronomina persona I
|
saya,
aku
|
kami,
kita
|
Pronomina persona II
|
kamu,
engkau, anda
|
kalian,
kamu sekalian
|
Pronomina persona III
|
ia,
dia, beliau
|
kereka,
mereka semua
|
b.
Pronomina
tak takrif
Pronomina
yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu.
Contoh:
sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa,
apa, apa – apa, anu, masing – masing, sendiri.
2.2.2
Pemakaian
Pronomina
- Dalam
ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar
tersebut, karena pemakaian non-standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
- Dalam
bahasa kuna juga terdapat pronomina, seperti patik dan baginda.
- Semua
pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau
hal-hal lain yang dipersonifikasikan. Oleh sebab itu, bentuk wacana
berikut tidak terterima: Alisjahbana
menulis beberapa buku.
*mereka
tebal-tebal.
Satu-satunya
kekecualian ialah nya yang merupakan alomorf dari ia:
Kita sudah kehabisan beras.
Biarlah saya membelinya.
Dalam
kalangan terbatas ia sering dipakai untuk menggantikan nomina tak bernyawa.
Contoh:
Masa taman kanak-kanak sering dianggap tidak penting oleh orang. Ia hanya dianggap sebagai tempat
anak-anak bermain-main saja.
2.3
NUMERALIA
Numeralia
adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
(2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung
dengan tidak atau sangat. ( Kridalaksana, 2008:79)
Kategori Kata bilangan (numeralia) adalah:
a. Mendampingi nomina dalam
konstruksi sintaksis.
Contoh:
1. Mereka
memotong dua puluh ekor sapi kurban.
2. Kami
membeli setengah lusin buku tulis.
b.
Mempunyai
potensi untuk mendampingi numeralia lain.
Contoh:
1.
Hanya lima atau enam orang saja
yang hadir pada rapat hari itu.
2.
Dua
tambah dua sama dengan empat.
c.
Tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Contoh:
tidak dua
atau sangat tiga
2.3.1
Subkatagorisasi
Numeralia
Dalam bahasa Indonesia,
Kata bilangan (numeralia) dikelompokkan menjadi dua jenis. Dua jenis kata
bilangan tersebut adalah kata bilangan takrif dan kata bilangan tak takrif.
Selengkapnya kita simak pada bahasan berikut :
- Kata Bilangan Takrif
Kata
bilangan takrif adalah kata bilangan yang digunakan untuk menyatakan jumlah.
Kata bilangan takrif sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Kata bilangan takrif sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Kata
Bilangan Utama (Kardinal)
Kata
bilangan utama masih dibagi lagi menjadi empat jenis, yaitu :
a) Kata bilangan penuh
Yaitu kata bilangan utama yang menyatakan jumlah
tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan kata lain.
Contoh: Satu, dua, tiga, tujuh, sepuluh, dua puluh, empat
puluh.
§ Satu
atau dua orang wajib mewakili kelas dalam perlombaan lompat karung dalam rangka
perayaan 17 Agustus.
§ Pemeriksaan
kesehatan itu membutuhkan waktu selama dua jam untuk mengetahui hasilnya.
b) Kata bilangan pecahan
Yaitu
kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut, dalam bahasa huruf kata
bilangan pecahan dibubuhi partikel (per-)
Contoh:
½ = satu perdua (setengah)
½ = satu perdua (setengah)
¼ = satu perempat (seperempat)
¾ = tiga perempat
§ Lely
membeli setengah kilogram gula di toko.
§ Tiga
per empat dari kue itu adalah milik Andi.
c) Kata bilangan gugus
Yaitu
kata bilangan yang digunakan untuk menyebutkan kelompok jumlah satuan (benda, hal,
dsb).
Contoh:
1 Gros = 144 (12 lusin)
1 Gros = 144 (12 lusin)
1
Lusin = 12
1
Kodi = 20
1
Tahun = 12 bulan (360 hari)
1
Abad = 100 tahun
1
Windu =
8 tahun
1
Milenium =
1000 tahun
§ Pakaian
itu dijual lebih murah jika pembeliannya satu kodi.
§ Dia
tidak bertemu Ayahnya selama 1 tahun.
2. Kata bilangan tingkat
Numeralia
tingkatan adalah kata bilangan yang melambangkan urutan dalam jumlah.
Contoh:
kesatu
kedua
ketiga keempat |
kelima
keenam kesepuluh keseratus |
§ Rian
berhasil meraih peringkat kedua di kelasnya.
§ Toko
roti itu memberikan kupon gratis untuk pembelian keseratus.
§ Sudah
yang keseribu kalinya pilot itu melanglang buana di angkasa.
3.
Numeralia pokok kolektif
Numeralia
pokok kolektif dibentuk dengan afiksasi yang ditempatkan di muka dan diakhir
nomina yang diterangkan.
Contoh:
ketiga,
keenam-enamnya, beratus-ratus, puluhan, ribuan, bertahun-tahun.
§ Beratus-beratus
penduduk desa Wonogiri bertransmigrasi ke Lampung.
- Kata Bilangan (numeralia) Tak Takrif
Kata
bilangan tak takrif adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah yang tak tentu
(tidak jelas).
Contoh:
beberapa
tiap-tiap sebagian separuh segala |
segenap
sekalian
semua seluruh
berbagai
|
§ Ayah
memasukan mangga pada tiap-tiap keranjang
§ Beberapa
siswa menuju ke lapangan sepak bola
§ Berbagai
peralatan rumah tangga di juah di pasar Klewer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan
kepada kata lain yang bukan nomina, misalnya untuk verba dan adjektiva. Ciri-ciri
adverbia mendampingi adjektiva, mendampingi numeralia, Mendampingi proposisi,
kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia umumnya berfungsi sebagai
prediket, Sebagian ada adverbia yang menerangkan kata atau bagian kalimat yang
tidak berfungsi sebagai predikat. Ada tiga jenis adverbia, dilihat dari cara,
tempat, waktu.
Pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina yang lain. Jika dilihat
dari fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya
diduduki nomina. Ciri lainnya adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah. Ada
tiga macam pronomina dalam bahasa Indoensia, yaitu pronomina persona, pronomina
penunjuk dan pronomina penanya.
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Ada beberapa jenis numeralia,
numeralia pokok, numeralia tingkat, numeralia pecahan, serta terdapat frasa
numeralia.
3.2 Saran
Dalam
mempelajari tata bahasa, perlu dilakukan secara cermat karena terdapat banyak
pengelompokan jenis satuan bahasa. Untuk itu, saran yang dapat penulis berikan
kepada pembaca adalah:
a. Cermati setiap jenis satuan bahasa sehingga dapat
membedakan masing-masing
satuan dengan akurat.
b. Mengaplikasikan teori tata bahasa ke dalam kehidupan
sehari-hari agar penggunaan tata bahasa yang benar menjadi lebih bermakna dan
melekat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti.
(1986). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Samsuri. (1985). Analisis
Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Tabel 1. Adverbia
DASAR
|
TURUNAN
|
TUNUNAN
PINDAH KELAS
|
||||
REDUPLIKASU
|
GABUNGAN
DASAR
|
BERAFIKS
|
BEREDUPLIKASI
|
GABUNGAN
PROSES
|
||
SE-NYA
|
SE-R-NYA
|
|||||
Akan
Alangkah
Bakal
Cuma
Doang
Hanya
|
Agak – agak
Jangan – jangan
|
Amat sangat
Tidak boleh tidak
Tidak mungkin lagi
Tidak pernah
Sekali
|
DENOMINAL
|
|||
|
Secepat – cepatnya
Selambat– lambatnya
|
|||||
DEVERBAL
|
||||||
Terlalu
Terlampau
|
Tahu – tahu
|
Seharusnya
Sedapatnya
|
|
|||
DIAJEKTIVAL
|
||||||
|
Lebih – lebih
|
Sebaiknya
Sebenarnya
|
|
|||
DEPRONOMINAL
|
||||||
|
Sendiri – sendiri
|
|
|
Tabel
2. Pronomina
INTRATEKSTUAL
|
EKSTRATEKSTUAL
|
|||||||
ANAFORIS
|
KATAFORIS
|
I
|
II
|
II
|
TIDAK
TAKTIF
|
|||
ia, dia, -nya
|
-nya
|
S
|
P
|
S
|
P
|
S
|
P
|
Sesuatu, seseorang, barang siapa,
apa-apa, anu, masing-masing, sendiri.
|
Saya
aku
|
Kamu
kita
|
Kamu
Engkau
anda
|
kamu kalian
kamu sekalian
|
Ia
Dia
beliau
|
Mereka
|
Tabel
3. Numeralia
DASAR
|
TURUNAN
|
||
BERAFIKS
|
BEREDUPLIKASI
|
GABUNGAN
|
|
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,
delapan, sembilan, esa, nol
|
Seperempat
Berlima
keseluruhan
|
Dua-dua
|
Dua ratus
Seribu lima ratus
Bertahun – tahun
Beratus – ratus
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar