BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pemberianadjektiva dalamkarya
Tata
Bahasa Indonesiatidaksebanding banyaknya dengan pemerian kelas kata verba dan nomina. Hal
itu disebabkanverba dannominatermasukkelaskata
yang paling banyak anggotanyajikadibandingkandenganadjektiva karena itulah,barangkali penelitiankedua
kelaskata tersebutselalumendapatporsiyang lebih banyak daripada kelas kata yang lain.Sisi lain yang perlumendapat perhatian adalah bahwaadjektiva sangatpotensial menduduki fungsi predikatdalamkalimat.
Seringkali timbul masalah sehubungan dengan perilaku sintaksis adjektiva didalamsebuahkalimat. Adjektivaituapakah hanya berfungsi sebagai predikat kalimat dan atribut suatu frasa ataukahdapat pula menduduki fungsi lain,seperti fungsi subjek,fungsi pelengkap,intisuatu frasa,dan
konstruksiadjektiva
yang menjadipewatasnomina dapatkahdisebut sebagai klausa relatif ataukahhanya sebagai frasa atribut
pewatasnomina?
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana mengidentifikasiadjektiva?
2. Bagaimanapembentukanadjektiva darikelas kata lain?
3. Bagaimana adjektiva dari segi perilaku
semantis, sintasksis, dan bentuknya?
4. BagaimanacontohadjektivabahasadaerahBatak
Toba?
5. Bagaimanaafiksasipembentukanadjektiva?
1.3 Tujuan
1.
Untukmendeskripsikanadjektiva.
2.
Untukmendeskripsikanpembentukanadjektiva
darikelas kata lain.
3.
Untukmendeskripsikanperilaku
adjektiva
darisegiperilaku semantis, sintaksis,danbentuknya.
4.
UntukmndeskripsikancontohadjektivabahasadaerahBatak
Toba.
5.
Untukmendeskripsikanafiksasipembentukanadjektiva.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan dan Ciri Adjektiva
MenurutChaer(2008:80)ciriadjektivaataukatakeadaandariadverbiayangmendampinginyaadalahbahwakata-katayangtermasukkelasadjektiva.
Batasan kata sifat menurut cara Aristoteles (dalamKeraf, 1984:65) adalahkata
yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari sesuatu benda: tinggi, rendah,
lama, baru, dan sebagainya. Terdapat batasan yang lain
pula menurut Keraf (1984: 65) yaitu kata sifat ialah kata yang member
keterangan atau yang menerangkan nama benda. Alwi (2003:177) menyatakan
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang
sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifatbiasanyaberadadi depandan di
belakang kata benda. Adjektiva yang
memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu
dapat dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu
golongan. Contoh kata pemeri kualitas
atau keanggotaan dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, ghaib, dan ganda.Perhatikan contoh berikut.
Contoh
|
|
anak kecil
|
meja bundar
|
alatberat
|
alam gaib
|
baju merah
|
pemain ganda
|
Selanjutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan
adverbial kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu
keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar.
Contoh
|
|
Agaknya dia
sudah mabuk.
|
Ia berhasil
dengan baik
|
Orang itu sakit
dan tidak tertolong lagi.
|
Hal itu
dikemukakannya secara sadar.
|
Bajunya basah
kena hujan.
|
|
Ditinjaudaribentuknya, adjektivadiedakanmejadidua, yaitu:
1. Adjektivadasaryaitu kata sifat yang dapatdiujidengan kata
sangatdanlebih.
2. Adjektivaturunanyaituadjektivaberafiksdanbereduplikasi.
Adjektiva juga
dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat banding
acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan
pemakaian kata seperti sangat dan agak di samping adjektiva.
a.
Anak itu sangat kuat.
b. Agak jauh juga rumahnya.
Tingkat
bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata lebih dan paling di muka adjektiva.
Contoh:
a.
Saya lebih senang di sini daripada di sana.
b. Anaknya yang paling besar lulus kemarin.
Menurut
Kridalaksana (1986: ) adjektiva mempunyai lima ciri, yaitu:
(1) dapat
bergabung dengan partikel tidak.
(2) dapat
mendampingi nomina.
(3) dapat
bergabung dengan bentuk seperti lebih, sangat, dan agak,
(4) mempunyai
ciri morfologis, seperti berakhir dengan –er, -if, dan
(5) dapat
dibentuk denagn nomina berkonfiks ke-, ...-an.
2.2 Adjektiva Dari Segi Perilaku Semantisnya
Karena dari segi bentuknya adjektiva
dasar sukar dibedakan dari verba dasar, atau nomina dasar, klasifikasi
adjektifa akan dipaparkan lebih dahulu berdasarkan ciri semantisnya.
Perinciannya menjadi beberapa tipe bertalian dengan korelasi antara ciri
semantisnya dengan proses pembentukan dan penurunan kata adjektiva secara
morfologis, serta dengan perilaku sintaktisnya.
Kelas adjektiva menunjukkan adanya
dua tipe pokok: adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan
adjektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.
Pembendaan adjektiva yang bertaraf dari adjektiva yang tak bertarafbertalian
dengan mungkin tindaknya adjektiva itu menyatakan berbagai tingkat kualitas dan
berbagai tingkat bandingan. Untuk maksud itu dapat dipakai kata seperti sangat,
agak, lebih, dan paling: sangat mudah, agak besar, lebih pendek, paling tua.
Adjektiva tak bertaraf, sebaliknya, tidak dapat diberi pewatas tersebut. Tidak
ada, misalnya, bentuk sangat buntu, agak genap, lebih kekal, paling tunggal.
2.2.1 Adjektiva Bertaraf
Adjektiva bertaraf dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau
intensitas dan berbagai tingkat bandingan. Pembendaan tingkat kualitas atau
intensitas dinyatakan dengan pewatas seperti benar, sangat, terlalu, agak, dan
makin. Pembendaan tingkat banding dinyatakan dengan pewatas seperti lebi, kurang,
dan paling.
2.2.1.1 Tingkat Kualitas
Berbagai tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat
intensitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ada enam tingkat kualitas atau
intensitas: (1) posistif, (2) intensif, (3) elatif, (4) augmentatif, dan (6)
atenuatif.
2.2.1.1.1 Tingkat Positif
Tingkat positif, yang memerikan
kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan, dinyatakan oleh
adjektivatanpa pewatas.
Contoh:
a. Indonesia kaya akan hutan.
b.
Suasana kini sudah tenang.
c. Meskipun baru dibuka, toko itu
sudah ramai.
2.2.1.1.2 Tingkat Intensif
Tingkat intensif, yang menekankan kadar kualitas atau intensitas,
dinyatakan dengan memakai pewatas benar, betul, atau sungguh.
Contoh:
a. Pak Asep setia benar dalam
pekerjaannya.
b. Mobil itu cepatbetul jalannya.
c. Gua di gunung itusungguh
mengerikan.
2.2.1.1.3 Tingkat Elatif
Tingkat elatif, yang menggambarkan
tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan memakai pewatas
amat, sangat, atau sekali. Untuk memberikan tekanan yang lebih dan pada tingkat
elatif, orang kadang-kadang menggunakan juga kombinasi dari pewatas itu: amat
sangat ... atau (amat) sangat ... sekali.
Contoh:
a. Sikapnya sangat angkuh ketika
menerima kami.
b. Gaya kerjanya amat lamban sekali.
c. Orang itu memang amat sangat
bodoh.
2.2.1.1.4 Tingkat Eksesif
Tingkat eksesif, yang mengacu ke
kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau yang melampaui batas
kewajaran, dinyatakan denganmemakai pewatas terlalu, terlampau, dan kelewat.
Contoh:
a. Mobil itu terlalu mahal.
b. Soal yang diberikan tadi
terlampau sukar.
c. Orang yang melamar sudah kelewat
banyak.
2.2.1.1.5 Tingkat Augmentatif
Tingkat augmentatif, yang menggambarkan naiknya atau bertambahnya
tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas makin ...,
makin ... makin ..., atau semakin ....
Contoh:
a. Sutarno menjadi makin kaya.
b. Makin banyak peserta makin baik
c. Makin lama udara di Jakarta makin
panas rasanya.
d. Perumahan rakyat menjadi semakin
penting.
2.2.1.1.6 Tingkat Atenuatif
Tingkat atenuatif, yang memerikan penurunan kadarkualitas atau
pelemahan intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas agak atau sedikit.
Contoh:
a. Gadis yang agak malu itu diterima
jadi pegawai.
b. Saya merasaagak tertarik membaca
novel itu.
c. Anto sedikit marah ketika
jatahnya diambil.
2.2.2 Tingkat Banding
Pada pembandingan dua maujud atau
lebih dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas atau intensitasnya dapat setara
atau tidak setara. Tingkat yang setara disebut tingkat ekuatif; tingkat yang
tak setara dibagi dua: tingkat komparatif dan tingkat superlatif. Tiap-tiap
tingkat itu secara sintaksis diungkapkan dengan bentuk yang khusus.
2.2.2.1 Tingkat Ekuatif
Tingkat ekuatif mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang sama
atau hampir sama. Peranti bahasa yang digunakan ialah bentuk klitik se-
yang di tempatkan di depan
adjektiva.
Contoh:
a. Tuti secantik ibunya.
b. Harga di Pasar Baru tidak semahal di
Pasar Elita.
c. Dokternya menemukan bisul sebesar
kelereng.
d. Toni tidak seberani adiknya.
e. Saya tidak serendah seperti yang
engkau sangka.
2.2.2.2 Tingkat Komparatif
Tingkat komparatif mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang
lebih atau yang kurang. Pewatas yang dipakai ialah lebih ... dari(pada) ...,
kurang ... dari (pada), dan kalah ... dengan/dari(pada). Dewasa ini dalam
struktur komparatif pemakaian kata daripada bersaing dengan kata dari.
Contoh:
a. Mangga arumanis lebih enak
dari(pada) mangga golek.
b. Dia lebih ilmiah dari(pada)
pakar asing.
c. Juned lebih keras kepala dari(pada)
Daud.
d. Restoran ini kurang bersih
dari(pada) restoran itu.
2.2.2.2.1 Penominalan Adjektiva Komparatif
Adjektiva komparatif dapat
dinominalkan menjadi subjek kalimat dengan penambahan yang sebelumnya dan
diikuti frasa nominal yang dibandingkan.
Contoh:
a. Kusnawanlah yang lebih pandai di
antarakeduanya.
b. Di antara dua kota itu Bandunglah
yang lebih ramai.
2.2.2.2.2 Kebermakahan Adjektiva Komparatif
Di dalam pemakaian tingkat komparatif hendaknya diperhatikan
pasangan antonim seperti besar : kecil, panas : dingin, berat : ringan, dan
mahal : murah. Pasangan itu bertalian dengan konsep pemarkahan. Pengertian
tentang markah bertalian dengan cara pandang manusia tentang alam sekitarnya.
Dalam kaitannya dengan bahasa, khususnya kelas adjektiva, orang biasanya
memakai bentuk yang dianggap netral, atau yang disenangi.
Contoh:
a. Saya minta batu yang lebih besar
dari ini.
b. Saya minta batu yang kurang kecil
dari ini.
2.2.3 Tingkat Superlatif
Tingkat superlatif mengacu ke tingkat kualitas atau intensitas yang
paling tinggi di antara semua acuan adjektiva yang dibandingkan. Tingkat itu
dalam kalimat dinyatakan dengan pemakaian afiks ter- atau pewatas paling di
muka adjektiva yang bersangkutan. Adjektiva superlatif dapat diikuti frasa yang
berpreposisi dari, antara, di antara, dari antara beserta nomina yang
dibandingkan.
Contoh:
a.Dari semuaanakku Kusnolah yang
terpandai.
b. Toni yang paling rajin di antara
semua mahasiswa.
c. Kamar ini yang termahal dari antara
yang pernah saya sewa.
d. Saya perlukan paling lama dua jam
untuk datang.
e. Dialah orang yang paling tidak
sombong.
f. Pekerjaan ini yang paling tidak
bermanfaat.
Adjektiva
bertaraf dapat dibagi atas:
(1) adjektiva
pemeri sifat
(2) adjektiva
ukuran
(3) adjektiva
warna
(4) adjektiva
waktu
(5)adjektiva
jarak
(6) adjektiva
sikap batin
(7) adjektiva
cerapan
Secarasemantis
batas antara tujuh kategori itu tidak selalu jelas, bahkan kadang-kadang
bertumpang tindih. Namun, secara morfologis akan tampak perbedaan potensi
penurunannya.
1. Adjektiva Pemeri Sifat
Adjektiva pemeri sifat jenis ini dapat memerikan kualitas dan
intensitas yang bercorak fisik atau mental.
Contoh
|
|
Aman
|
ganas
|
bersih
|
kebal
|
cocok
|
latah
|
dangkal
|
panas
|
Indah
|
dingin
|
2. Adjektiva Ukuran
Adjektiva ukuran mengacu ke kualitas
yang dapat diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif.
Contoh
|
|||
berat
|
pendek
|
tebal
|
lapang
|
ringan
|
kecil
|
tipis
|
sempit
|
tinggi
|
besar
|
renik
|
longgar
|
panjang
|
rendah
|
luas
|
|
3. Adjektiva Warna
Adjektiva warna mengacu ke berbagai
warna seperti:
Contoh
|
|
Merah
|
hitam
|
Kuning
|
putih
|
Hijau
|
jingga
|
Biru
|
lembayung
|
Nama warna lain
banyak yang diambil dari nama buah atau tumbuhan, seperti cokelat, sawo
(matang), kopi (susu). Di samping itu, ada beberapa unsur serapan dari
bahasaasing, seperti oranye dan krem.Corak warna merah, kuning,hijau, hitam,
dan putih dinyatakan sebagai berikut.
Contoh
|
|
merah bata
|
merah masak
|
merah bungur
|
merah menyala
|
merah dadu
|
merah merang
|
merah darah
|
merah murup
|
merah delima
|
merah padam
|
merah hati
|
merah saga
|
merah jambu
|
merah sepang
|
merah
lembayung
|
merah tedas
|
kuning gading
|
kuning emas
|
kuning
langsat
|
kuning telur
|
4. Adjektiva Waktu
Adjektiva waktu
mengacu ke masa proses,perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung sebagai
pewatas.
Contoh
|
|
lama
|
lambat
|
segera
|
larut
|
jarang
|
mendadak
|
sering
|
singkat
|
cepat
|
|
5. Adjektiva Jarak
Adjektiva jarak mengacu ke ruang
antara dua benda, tempat, atau maujud sebagai pewatas nomina.
Contoh
|
|
jauh
|
rapat
|
dekat
|
renggang
|
lebat
|
akrab
|
suntuk
|
|
6. Adjektiva Sikap Batin
Adjektiva sikap batin bertalian
dengan pengacuan suasana hati atau perasaan.
Contoh
|
|||
bahagia
|
kasih
|
bangga
|
ngeri
|
benci
|
pening
|
berahi
|
ragu- ragu
|
berani
|
rindu
|
cemas
|
risau
|
7. Adjektiva Cerapan
Adjektiva cerapan bertalian dengan
pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, dan pencitarasaan.
Contoh
|
|
Penglihatan:
|
gemerlap,
suram, terang
|
pendengaran :
|
bising,
garau, jelas, merdu
|
penciuman :
|
anyir, busuk,
hancing, harum, semerbak, tengik
|
perabaan :
|
basah, halus,
kasar, keras, kesat, lembab, lembut
|
pencitarasaan :
|
asam, enak,
kelat, lezat, lemak, manis, pahit, payau
|
2.2.2 Adjektiva Tak Bertaraf
Adjektiva tak bertaraf menempatkan acuan nomina yang diwatasinya di
dalam kelompok atau golongan tertentu.Kehadirannya di dalam lingkungan itu
tidak dapat bertaraf-taraf.Sesuatu ada di dalamnya atau di luarnya, yaituadjektiva yang
tidakdapatberdampingandengan kata agakdansangat.
Contoh
|
|||
abadi
|
lancing
|
buntu
|
mutlak
|
gaib
|
niskala
|
ganda
|
pelak
|
genap
|
sah
|
gasal
|
tentu
|
2.3 Adjektiva Dari Segi Perilaku Sintaksisnya
2.3.1 Fungsi Atributif
Adjektiva yang merupakan pewatas dalam frasa nominal yang nominanya
menjadi subjek,objek, atau pelengkap dikatakan dipakai secara atributif.
Tempatnya di sebelah kanan nomina.
Contoh
|
|
bukumerah
|
hargamahal
|
gadiskecil
|
suaralembut
|
bajuputih
|
|
2.3.2 Fungsi Predikatif
Adjektiva yang menjalankan fungsi predikat atau pelengkap dalam
klausa dikatakan dipakai secara predikatif.
Contoh:
a.Gedung yang baru itu sangat megah.
b. Setelah menerima rapor, mereka pun
gembira.
c. Sedihlah hatinya melihat anaknya
tidak naik kelas.
d. Yang dibelinya kemarin tidak mahal.
e. Hatinya tidak akan tenang sebelum
suaminya kembali.
2.3.3 Fungsi Adverbial atau Keterangan
Adjektiva yang mewatasi verba (atau
adjektiva) yang menjasi predikat klausa dikatakan dipakai secara adverbial atau
sebagi keterangan. Hal itu juga terjadi jika frasa adjektival menjadi menjadi
keterangan seluruh kalimat. Pola struktur adverbial itu dua macam: (1) ...
(dengan) + (se) + adjektiva + (-nya) yang dapat disertai reduplikasi dan (2)
perulangan adjektiva.
Contoh:
(bekerja) dengan baik
(berkata) dengan tegas
(pergi) dengan cepat
2.4 Adjektiva Dari Segi Bentuknya
Dari segi bentuknya, adjektiva
terdiri atas (a) adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan (b) adjektiva
turunan yang selalu polimorfemis.
2.4.1 Adjektiva Dasar (Monomorfemis)
Sebagian besar adjektiva dasar
merupakan bentuk monomorfemis, meskipun ada yang berbentuk perulangan semu.
Contoh
|
|||
Besar
|
pura- pura
|
mrah
|
sia- sia
|
Sakit
|
hati- hati
|
bundar
|
tiba- tiba
|
2.4.2 Adjektiva Turunan (Polimorfemis)
Adjektiva turunan polimorfemis dapat
merupakan
(1) hasil
pengafiksan sebagaimana dapat dilihat pada 2.4.2.1 tentang tingkat ekuatif
dengan prefik se-, dan pada 2.4.2.3 tentang tingkat superlatif dengan prefiks
ter-. Bentuk-bentuk itu tidak akan dibicarakan lagi di sini.
(2) hasil
pengafiksan dengan infiks atau sisipan -em- pada nomina, adjektiva yang
jumlahnya sangat terbatas.
Contoh
|
|
Adjektiva
|
Nomina
|
Gemetar
|
getar
|
Gemuruh
|
guruh
|
Kemilap
|
kilap
|
Kemilau
|
kilau
|
Contoh
|
|
Adjektiva
|
Adjektiva
|
Gemerlap
|
Gerlap
|
Gemilang
|
Gilang
|
Gemilap
|
Gilap
|
Semerbak
|
Serbak
|
Contoh
|
|
Adjektiva
|
Verba
|
Sinambung
|
sambung
|
2.4.2.1 Adjektiva Bersufik-i, -iah atau –wi, -wiah
Adjektiva yang bersufiks,-i, -iah
atau –wi,-wiah memiliki dasar nomina yang berasal dari bahasa Arab. Selain
itu,sufik-sufiks tersebut kini jugasering diterapkan pada nomina serapan yang
berasal dari bahasa lain.
Contoh
|
||
Nomina
|
Adjektiva
|
Adjektiva
|
alam
|
Alami
|
alamiah
|
insan
|
Insane
|
insaniah
|
dunia
|
Duniawi
|
|
manusia
|
Manusiawi
|
|
raga
|
Ragawi
|
|
a. Biarkan
anak-anak tumbuh secara alami.
b. Perlu
diingat bahwa jabatan itu tidak abadi.
c. Hal itu
terjadi karena kesalahan manusiawi saja.
2.5 Adjektiva dan Kelas Kata Lain
2.5.1 Adjektiva Deverbal
Ada sekelompok verba dalam bahasa Indonesia yangtanpa perubahan
bentuk dapat berfungsi sebagai adjektiva. Verba-verba ini pada mulanya
diturunkan dari kata dasar yang dibubuhi dengan afiks-afiks tertentu seperti
(i) me-
(ii) meng—kan
(iii) ter-
(iv) ber-.
Berikut adalah
contoh untuk keempat kelompok ini.
Contoh
|
|
me-
|
menarik, memukau
|
meng—kan
|
menggembirakan
|
ter-
|
terkenal, terharu
|
ber-.
|
beruntung, berbahaya
|
2.5.2 Adjektiva Denominal
Adjektiva denominal tidak terlalu banyak jumlahnya. Ada dua proses
morfologis yang dapat dikemukakan di sini. Yang pertama ialah nomina yang
berprefiks pe(r)- atau peng- seperti pemalas dan yang kedua ialah nomina
berkonfiks ke-an yang mengalami reduplikasi.
2.5.2.1 Adjektiva Bentuk pe(r)- atau peng-
Kelompok adjektiva ini berasal dari nomina yang mengandung makna
‘yang ber-...’atau’yang meng-...’
Contoh
|
|||
pelupa
|
pengampun
|
pemalas
|
pengasih
|
pemalu
|
penyayang
|
pemarah
|
Pendendam
|
a. Gadis yang
sangat pemalu itu selalu menunduk jika diajak berbicara.
b. Tuhan
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mencintai segalamakhlukNya.
2.5.2.1 Adjektiva Bentuk ke—an dengan Reduplikasi
Adjektiva yangberpola ke—an dengan
reduplikasi memerikan sifat ‘mirip dengan’ apa yang diungkapkan oleh nomina
yang menjadi dasar bentu itu. Proses penurunan ini adalah melalui pembentukan
nomina abstrak dengan konfiks ke—an yang kemudian direduplikasi secara parsial.
Contoh
|
||
Nomina
|
Nomina
|
Adjektiva
|
Ibu
|
keibuan
|
keibu- ibuan
|
Bapak
|
kabapakan
|
kebapak- bapakan
|
Kanak
|
kanak- kanak
|
kekanak- kanakan
|
a. Perangainya
yangkeibu-ibuan disenangi anak buahnya.
b. Walaupun
sudah dewasa, dia sering berprilaku kekanak-kanakan
2.6
Kata Sifat Bahasa Batak Toba
MenurutSitorus (1986:94- 96)Ciri kata sifat
bahasa Batak Toba seperti teetera di
bawah ini.
a. Ciri Sintaksis
Kata sifat
bahasa Batak Toba dapat didahului oleh kata tugas 'amat', tung,'amat', apala 'sangat', lam 'semakin'. Contoh kata sifat itu yaitu:
a. dengan
massai
/massai
balga/ 'amat besar'
b. dengan tung
/tung
malo/ 'amat pandai
b. Ciri
Semantik
Kata sifat
menerangkan benda atau memberi penjelasan tentang bentuk.
Contoh:
a. /maniak/ ' pedih,'
b. /manappir/ ‘keras’
c. /marnian/ ‘kurus’
2.7 AfiksasiPembentukanAdjektiva
Dalamsubbabberikutakandibicarakan kata- kata
berafiksbahasaIndonsiaolehbayakpakardigolongkansebagaikataberkelassdjektivadandalamsubbab
lain kata- kata berkelasadjektiva yang berasaldari unsure
serapandengankemungkinanpenggunaanafiksserapannyadalampembentukan kata
berkelasadjektiva (Chaer, 2008:168).
a. DasarAdjektivaBerprefikspe-
Ada duamacam proses pembubuhanprefikspe-padadasaradjektiva.
Yaitu, pertama yang
diimbuhkansecaralangsungdankeduadiimbuhkanmelaluiverbaberafiksme-kan.
1. Dasar + pe- = pe-dasar
2. Dasarme-dasar-kan + pe- = pe-dasar
Pemberianafikspe-secaralangsungdapatterjadikalaudasaradjektivaitumemilikikomponenmakna
(+ sikapbatin) danmemberimaknagramatikal ‘yang memilikisifat (dasar)’.Misalnya:
Maknagramatikal
‘yang memilikisifat (dasar)’.
|
Contoh
|
Pemalu
|
Wanita itu sangat pemalu saat bertemu banyak orang.
|
Pemarah
|
Dia sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol emosi.
|
Pengecut
|
Dika sangat pengecut karena tidak mempertanggungjawabkan perkataannya.
|
Pendendam
|
Orang itu terlihat seperti pendendam dari raut wajahnya
|
Pemberianprefikspe-melaluiverbaberklofiksme-kandapatterjadiapabiladasaradjektivaitumemilikikomponenmakna
(+keadaanfisik) danmemberimaknagramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.Misalnya:
Maknagramatikal
‘yang menjadikan (dasar)’.
|
Contoh
|
Penjinak
|
Dia adalah seorang penjinak ular yang sering disebut
dengan pawang ular.
|
Pengering
|
Tiba-tiba pengering mesin cuciku rusak.
|
Pemutih
|
Randi disuruh oleh ibunya untuk
membeli pemutih pakaian di warung.
|
Pendingin
|
Ibu sedang mengatur suhu pendingin ruangan di kamarnya.
|
Kedua kata
berprefikspe-dengandasaradjektivasesungguhnyaberkategorinomina,
sebabsemuanyadapatdiawali adverbial bukan;
tetapitidaksemuadapatdiawaliadverbiaagakdansangat.Bentukagakpemaluberterima;
tetapiagakpemudadansangatpembersihtidakberterima.
b. DasarAdjektivaBerprefiksse-
Pemberianprefiksse-padasemuadasaradjektivamemberimaaknagramatikal
‘sama (dasar)’ dengannomina yang mengikutinya.Contohnya :
maaknagramatikal
‘sama (dasar)’ AdjektivaBerprefiksse-
|
Contoh
|
Sepandai A, “sama pandai dengan A”
|
Roni sepandai Rina dalam hal menggambar.
|
Secantik B, “sama cantik dengan B”
|
Reni secantik bidadari meski dia tidak bersolek.
|
Setinggi C, “sama tinggi dengan C”
|
Tiang listrik itu setinggi tiang bendera di sana.
|
Dasaradjektivadenganprefiks
se-
bukanlahberkategoriadjektivasebabtidakdapatdiawaliadverbiaagakdansangat.Bentukagaksepintardansangatsepintar.Tidakberterima.Prefiks
se- padadasaradjektivabertugasmembentuktingkatperbandingan ‘sama’ atausederajatdalamsatu
system penderajatan.Contoh: Setinggi → samatinggi → tingkatsama. (tinggian)
→lebihtinggi → tingkatlebih.(tertinggi)
→ paling tinggi → tingkat paling
c. DasarAdjektivaBerprefikster-
Pengimbuhanprefikster-paasemuadasaradjektivamemberimaknagramatikal
‘paling (dasar)’.Misalnya:
maknagramatikal
‘paling (dasar)’ Berprefikster-
|
Contoh
|
Tercantik, “paling cantik”
|
Dian adalah wanita tercantik yang pernah Doni liat.
|
Terbodoh, “paling bodoh”
|
Randi adalah laki-laki terbodoh karena lebih mementingkan
pacarnya ketibang ibunya sendiri.
|
Terbesar, “paling besar”
|
Hotel Sahid merupakan salah satu
hotel terbesar yang berada di
Yogyakarta.
|
Prefiks ter- pada dasar ajektiva
bertugas membentuk tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem
penderajatan. Perhatikan : (setinggi) => sama tinggi =>
tinggi sama.
(tinggian) => lebih tinggi =>
tinggi lebih. Tertinggi => paling tinggi =>
tingkat paling (superlatif)
d. DasarAdjektivaBerkonfikske-an
Pengimbuhankonfikske-anpadadasaradjektivaakanmemberimaknagramatikal
‘agak (dasar)’ bilaadjektivaitumemilikikomponenmakna (+warna). Misalnya:
maknagramatikal
‘agak (dasar)’ AdjektivaBerkonfikske-an
|
Contoh
|
Kehitaman, “agak hitam”
|
Mobil itu agak sedikit kehitaman berada di bawah lampu jalan.
|
Kemerahan, “agak merah”
|
Warna kulit Sinta agak kemerahan pada saat baru
lahir.
|
Kebiruan, “agak biru”
|
Asri menyukai warna kamar yang
sedikit kebiruan.
|
Ada sejumlahmaknagramatikal yang
dimilikidasaradjektivabiladiberikonfikske-an.
Diantaranyaadalah:
Bermaknagramatikal
‘terlalu (dasar)’ apabilabentukdasarnyamemilikikomponenmakna (+ warna), (+
rasa) atau (+ukuran).
|
Contoh
|
Kekecilan, “terlalu kecil”
|
Mobil itu sangat kekecilan karena tidak bisa memuat
seluruh anggota keluarganya.
|
Kekenyangan, “terlalu kenyang”
|
Saya terlalu kekenyangan setelah memakan makanan yang telah dimasak oleh chef
Juna.
|
Bemaknagramatikal ‘hal (dasar)’
apabilabentukdasarnyamemilikikomponenmakna (+ sikapbatin). Misalnya:
|
Contoh
|
Ketakutan, “hal takut”
|
Laki-laki itu merasa ketakutan
saat berjalan di depan kuburan yang keramat tersebut.
|
Kesedihan, “hal sedih”
|
Kesedihan yang saya alami saat ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan pada saat saya kehilangan seorang ayah.
|
e. Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar
ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)”
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Misalnya:
o Memalukan, “menyebabkan malu”
Contoh dalam kalimat: Tim sepak bola itu sangat memalukan di lapangan saat bertanding
melawan PERSIJA.
o Mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
Contoh dalam kalimat: nilai rapor
Ana sangat mengecewakan
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan
sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori
ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba
dapat diikuti oleh sebuah objek.
f.
Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar
ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada”
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
o Mencintai, “merasa cinta pada”
Contoh dalam kalimat: Kedua pasangan
itu saling mencintai.
o Mengagumi, “merasa kagum pada”
*Contoh
dalam kalimat: Saya mengagumi laki-laki
yang rajin beribadah itu.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya
berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat
diikuti oleh sebuah objek.
g.
Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah
merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus
persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau
(+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+
bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk
bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga
memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen
makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan
tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak
rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut
berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba
juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
h. Pembentukan
Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI),
penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara
dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi
(-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita
menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektiv
Ka Kata serapan dari bahasa Inggris dan
Belanda
|
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang
berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”,
|
if, if misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif,konsultatif,
administratif,kolektif, primituf, dan konsumtif.
ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik,
kritik, dan heroik.
|
KaKata serapan dari bahasa Arab
|
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva
dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik”
|
- i,
misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
- iah,
misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
|
Tampaknya
“akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba,
tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari
dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah
pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi,
dan lelenisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata-kata berafiks bahasa Indonesia sebagai kata berkelas adjektiva yang
bertumpang tindih antara lain dasar adjektiva berprefiks pe-, dasaradjektiva
berprefiks se-, dasar adjektiva berprefiks ter-, dasar adjektiva berkonfiks
ke-an, dasar adjktiva berklofiks me-kan, dasar adektiva berklofiks me-i, dasar
lain berkomponen makna ( + keadaan), dan pembentukan adjektiva dengan “afiks”
serapan ( serapan dri bahasa Inggris, Belanda, dan Arab).
Adjektiva dari segi perilaku semantisnya terbagi atas adjektiva bertaraf
dan adjektiva tak bertaraf, adjektiva dari segi perilaku sintaksisnya dapat
berfungsi atributif dan predikatif, dan adjektiva dari segi bentuknya terdiri
atas adjektiva dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu
polimorfemis.
Pertarafan adjektiva dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atauintensitas dan berbagai
tingkat bandingan. Dan adjektiva dengan kelas kata lain ada golonga yang
dihasilkan dari verba dan nomina lewat proses transposisi, yang mengubah kelas
kata tanpa perubahan bentuk, dianggap penurunan dengan
afiksasi nol.
3.2 Saran
Mempelajari lebih banyak tentang bahasa kita sendiri yaitu Bahasa
Indonesia. Kitaharus bisa menciptakan suasana kelas yang pas dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,Hasandkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin,
Zaenal E. danJunaiyah. (2009). MorfologiBentuk, Makna, danFungsi.
Jakarta: Grasindo.
Chaer, Abdul. (2008). MorfologiBahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta:
PT RinekaCipta.
Keraf, Gorys. (1984). Tatabahasa Indonesia.
Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimukti. (2005). Kelas Kata
dalamBahasa Indonesia. Jakarta:
GramediaPustaka.
Sitorus, Mathias. (1986). Sistem Kata Benda dan
Kata SifatBahasaBatak Toba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar