Kajian Kalimat Tunggal dan Majemuk
Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalimat
merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini di sebabkan antara lain karena
dengan perantara kalimat seseorang
dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang
sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah katadan frasa atau
kelompok kata.Kata
dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, Kecuali
jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat. Atau merupakan jawaban
suatu pernyataan. Untuk dapat berkalimat
dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu
kalimat.
Dalam
Bahasa Indonesia, kita mengenal satuan bahasa seperti kata, frasa, kalimat dan
lain-lain. Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki struktur yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis kalimatnya. Kalimat merupakan kumpulan kata dalam wujud
lisan atau tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau pendapat
kepada orang lain. Keberadaan unsur-unsur ini dalam sebuah kalimat inilah yang
menyebabkan perbedaan struktur tiap kalimatuntuk dapat disebut sebagai kalimat
sempurna, dalam sebuah kalimat harus memiliki subyek dan predikat. Kalimat merupakan satuan gramatikal
yang berada di bawah tataran wacana.
Fungsi-fungsi unsur kalimat juga ditentukan berdasarkan arti. Subjek
dijelaskan sebagai hal atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dan predikat
dijelaskan sebagai unsur kalimat yang membicarakan subjek. Objek dijelaskan
sebagai unsur kalimat yang menderita akibat tindakan yang tersebut pada
predikat, dan keterangan pada predikat. Hal ini berkaitan dengan
pembahasan tentang kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru
(!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalimat dapat dibagi menurut bentuk dan
maknanya.Menurut bentuknya, sebuah kalimat ada yang tunggal dan ada yang
majemuk.Menurut maknanya kalimat dapat dibagi menjadi kalimat berita atau
kalimat deklaratif, kalimat perintah, kalimat interogatif, dan kalimat emfatik. Oleh karena itu kami menulis makalah mengenai jenis-jenis kalimat tunggal
dan kalimat majemuk.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut.
1.
Apakah pengertian
kalimat?
2.
Apasaja jenis-jenis
kalimat tunggal?
3.
Apasaja jenis-jenis
kalimat majemuk?
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui
pengertian kalimat.
2.
Untuk mengetahui
apasaja jenis-jenis kalimat tunggal.
3.
Untuk mengetahui
apasaja jenis-jenis kalimat majemuk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kalimat
Bentuk
bahasa berdasarkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frasa,
dan morfem.Yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi
unsurnya, melainkan intonasinya.Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan dalam Putrayasa,
2010:20). Menurut Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2010:20), dalam wujud lisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) tanda
tanya (?) dan tanda seru (!). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.Kalimat merupakan
konstruksi besar yang terdiri atas satu kata, dua kata, atau lebih.
Menurut Alwi
(2014:317), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan naik turun, keras atau lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mecegah terjadinya perpaduan
atau asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya,
wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya
berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Antara “kalimat” dan “kata”
terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”.Klausa
merupakan merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih,
yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi.
Minimal dalam kalimat
terdiri atas unsur subjek dan predikat.Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur
yang kehadirannya selalu wajib (Suparman dalam Putrayasa, 2010:21).Unsur
kalimat dapat dibedakan atas unsur wajib dan unsur tidak wajib (manasuka).Unsur
wajib terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan
unsur tidak wajib terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan.Jenis
kalimat dapat ditinjau dari sudut jumlahnya, bentuk sintaksisnya, kelengkapan
unsurnya, dan susunan subjek predikatnya.Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat
dapat dibagi menjadi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
2.2
Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah
kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen, jadi nsur inti
kalimat tunggal adalah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri dalam
Putrayasa, 2010: 26).Hal ini berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur
kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu kesatuan.Dalam kalimat
tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur manasuka, seperti keterangan
waktu, tempat, dan alat.Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam
wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang (Alwi, 2014:345). Contoh
kalimat tunggal yang terdiri atas unsur-unsur yang wajib ada (bagian inti)
antara lain: (a) Ayah bekerja. (b) Mereka mahasiswa asing. (c) Mahasiswa
mendiskusikan soal ujian. Sedangkan contoh kalimat tunggal yang terdiri atas
unsur inti manasuka antara lain: (a) Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami.
(b) Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang. (c) Guru matematika kami akan
dikirim ke luar negeri besok pagi. Jenis-jenis kalimat tunggal antara lain
sebagai berikut:
2.2.1
Kalimat
Tunggal Berpredikat Nomina
Dalam
bahasa Indonesia terdapat kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina. Dua
nomina yang dijejerkan akan membentuk kalimat apabila
syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi dan apabila syarat untuk subjek
dan predikatnya tidak terpenuhi, jejeran nomina tersebut tidak akan membentuk
kalima, melainkan membentuk frasa. Perhatiakan contoh kalimat berikut.
(a) Buku
itucetakan Bandung. (Kalimat)
FN FN
S P
(b) Buku cetakan Bandung itu (Frasa)
FN
Kalimat
yang predikatnya nomina sering pula dinamakan kalimat persamaan atau kalimat
ekuatif. Jika frasa nomina pertama dibubuhi
partikel-lah, frasa nominal pertama menjadi predikat, sedangkan frasa
nominal yang kedua menjadi subjek (Alwi, 2014:358). Contoh: (a) Dia guru saya.
(b) Dialah guru saya. Kalimat berpredikat nomina kadang-kadang memanfaatkan
“adalah” untuk memisahkan subjek dari predikat. Contoh: (a) Mutasi jabatan
dalam sebuah institusi adalah masalah biasa. (b) Pernyataan Rektor Unila itu
adalah pernyataan untuk konsumsi publik.
2.2.2
Kalimat
Tunggal Berpredikat Verba
Kalimat tunggal
berpredikat verba dalam bahasa Indonesia bervariasi. Akan tetapi kalimat
tunggal yang berpredikat verbal hanya dibagi menjadi tiga macam, yaitu: kalimat
verba intransitif (taktransitif), kalimat verba ekatransitif, kalimat verba
dwitransitif. Kalimat berpredikat verba semitransitif yang objeknya hadir
disebut kalimat ekatransitif, dan yang objeknya tidak hadir disebut kalimat
taktransitif (intransitif).Di samping itu terdapat kalimat dengan verba pasif
yang masing-masing memengaruhi macam kalimat yang menggunakannya (Alwi
2014:345).Dengan demikian, berdasarkan penggolongan verba, kalimat yang
berpredikat verba pun ada bermacam-macam.Berikut adalah pembahasan untuk tiap
tipe-tipe kalimat.
a.
Kalimat
Taktransitif (Intransitif)
Kalimat yang
tidak berobjek dan tidak mempunyai pelengkap hanya memiliki dua unsur wajib,
yakni subjek dan predikat.Pada umumya, urutan katanya adalah
subjek-predikat.Kategori kata yang dapat mengisi fungsi predikat terbatas pada
verba taktransitif (intransitif). Seperti halnya dengan kalimat tunggal lain,
kalimat tunggal yang tidak berobjek dan tidak berperlengkap juga dapat diiringi
oleh unsur tak wajib, seperti keterangan tempat, waktu, cara, dan alat (Alwi,
2014:346). Berikut adalah beberapa contoh kalimat verbal yang tidak berobjek
dan tidak berpelengkap dengan unsur takwajib diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh:
(a) Pak
Lurah sedang berbelanja.
(b) Mereka
mendarat (di tanah yang tidak datar).
(c) Dia
berjalan (dengan tongkat).
(d) Padinya
menguning.
(e) Perbuatannya
ketahuan ayahnya.
b.
Kalimat
Ekatransitif
Kalimat yang
berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek,
predikat, dan objek.Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang
digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif.Karena itu, kalimat seperti itu
disebut pula kalimat ekatransitif (Alwi, 2014:348). Dari segi makna, semua
verba ekatransitif memiliki makna inheren perbuatan. Berikut ini adalah beberapa contoh
kalimat ekatransitif.
(a)
Pemerintah akanmemasok semua
kebutuhan lebaran.
(b)
Presiden merestui pembentukan
panitia pemilihan umum.
Verba predikat pada tiap-tiap kalimat tersebut adalah akan
memasak, merestui.Disebelah kiri tiap-tiap verba itu berdiri subjeknya dan
di sebelah kanan objeknya.Dalam kalimat aktif urutan kata dalam kalimat
ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek.
c. Kalimat Dwitransitif
Verba transitif dalam bahasa Indonesia yang secara semantis mengungkapkan hubungan
tiga maujud. Dalam bentuk aktif, tiap-tiap maujud itu merupakan subjek, objek,
dan pelengkap.Verba itu dinamakan verba dwitransitif (Alwi, 2014:249).Perhatikan
kalimat berikut.
(a)
Ida sedang mencari pekerjaan.
(b)
Ida sedang mencarikan
pekerjaan.
(c)
Ida sedang mencarikan adiknya
pekerjaan.
Dari kalimat(a)kita ketahui bahwa yang memerlukan
pekerjaan adalah Ida. Dengan ditambahkannya sufiks-kan pada verba dalam kalimat (b), kita rasakan adanya
perbedaan makna, yaitu yang melakukan perbuatan “mencari” memang Ida,
tetapi pekerjaan itu bukan untuk dia sendiri, meskipun tidak disebut siapa
orangnya. Pada kalimat (c),orang
itu secara eksplisitdisebutkan, yakni adiknya.Pada kalimat (c), kita lihat ada dua nomina yang terletak di
belakang verba dalam predikat.kedua nomina itu berfungsi sebagai objek dan
pelengkap.
d. Kalimat Pasif
Pengertian aktif dan pasif dalam
kalimat menyangkut beberapa hal: (1) macam verba yang menjadi predikat, (2)
subjek dan objek, dan (3) bentuk verba yang dipakai. Kalimat aktif adalah
kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku/aktor, sedangkan kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita (Cook dalam Putrayasa,
2010:33). Perhatikan kalimat berikut:
(a)
Pak Toha mengangkat seorang asisten
baru.
(b)
Ibu Gubernur akan membuka pameran
itu
(c)
Kamu dan saya harus menyelesaikan
tugas ini.
(d)
Saya sudah mencuci mobil itu.
(e)
Kamu mencium pipi anak itu.
Contoh
diatas menunjukan verba yang terdapat dalam tiap kalimat adalah verba transitif
yang mengandung tiga unsur yakni subjek, predikat, objek.Verba transitif yang
dipakai adalah dalam betuk aktif (menggunakan prefiks meng-). Penafsiran dalam
bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara: 1) menggunakan verba berprefiks di-
dan 2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Kaidah umum untuk pembentukan
kalimat pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Pemasifan Cara Pertama
(a)
Pertukarkanlah S dengan
O (Paman mengangkat Pak Toha)
(b)
Gantilah prefiks meng-
dengan di- pada P (Pak Toha diangkat Paman)
(c)
Tambahkan kata oleh di
muka unsur yang tadinya S (Paman diangkat oleh Pak Toha).
2.
Pemasifan Cara Kedua
(a)
Pindahkan O ke awal
kalimat (*Mobil itu saya sudah mencuci).
(b)
Tanggalkan prefiks meng-
pada P (*Mobil itu saya sudah cuci).
(c) Pindahkan
S ketempat yang tepat sebelum verba (Mobil itu sudah saya cuci).
2.2.3
Kalimat Tunggal Berpredikat
Adjektiva
Predikat
kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau frasa
adjektival seperti terlihat pada contoh berikut.
(a)
Ayahnya sakit.
(b)
Pernyataan orang itu benar.
(c)
Alasan para pengunjuk rasa agak aneh.
Pada ketiga
contoh tersebut, tiap-tiap subjek kalimatnya adalah ayahnya, pernyataan
orang itu, dan para pengunjuk rasa, sedangkan predikatnya adalah sakit,
benar, dan agak aneh.Kalimat yang predikatnya adjektiva sering juga
dinamakan kalimat statif.Kalimat
statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek
dan predikatnya.Hal itu dilakukan apabila subjek, predikat, atau kedua-duanya
panjang.Perhatikan contoh berikut.
(a)
Pernyataan kedua gabungan koperasi
itu adalah tidak benar.
(b)
Gerakan badannya pada tarian yang
pertama adalah anggun dan mempesona.
2.2.4
Kalimat Tunggal Berpredikat Numeral
Selain
macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frasa verbal, adjektiva, dan
nominal yang telah dibicarakan, ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya berupa frasa numeral, seperti yang tampak contoh berikut.
A. 1) Anaknya banyak.
2)Uangnya hanya sedikit.
B 1) Istrinya dua (orang)
2)
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
Pada contoh
tersebut tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) tidak
tentu (banyak dansedikit)
tidak dapat diikuti kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa numeralia
tentu dapat diikuti penggolong, seperti orang pada contoh (A2)dan wajib diikuti ukuran
seperti meter contoh (B2).
2.2.5
Kalimat Berpredikat Frasa
Preposisional
Predikat kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional. perhatikan contoh
berikut.
A. 1) Ibu sedang ke pasar.
2) Mereka ke rumah kemarin.
B. 1) Ayah di dalam kamar.
2) Anak itu sedang
di sekolah.
Perlu
dicatat, bahwa tidak semua preposisi dapat menjadi predikat
kalimat.Kalimat-kalimat berikut terasa janggal bila tidak disertai verba.
(a)
Ia dengan ibunya. (harusnya ditambah
pergi).
(b)
Rumah makan sepanjang malam.
(harusnya ditambah buka).
(c)
Pembicaraan mengenai reformasi.
(harusnya ditambah membahas).
(d)
Buku itu kepada saya. (harusnya
ditambah berikan).
2.2.6
Unsur-Unsur
Kalimat Tunggal
Kalimat
terdiri atas unsur-unsur fungsional yang disebut S (Subjek), P (Predikat), O
(Objek), Pel.(Pelengkap), dan K (Keterangan).Kelima unsur kalimat tersebut
memang tidak selalu bersama-sama ada dalam kalimat.Kadang-kadang, satu kalimat
hanya terdiri atas S dan P, kadang-kadang terdiri atas S-P-O, terkadang
S-P-Pel-Ket., juga terkadang S-P-O-Ket.dan sebagainya. Perhatikan
kalimat-kalimat berikut.
a.
Semua pesertadatang.
S P
b. Diatinggaldi Jakarta.
S P Ket.
c.
Pamannyaberjualanrokok.
S
P Pel.
d.
Diamembuatkantemannyaproposal kegiatan.
S
P O Pel.
e.
Dianmengirimuangkepada adiknya.
S P O
Ket.
2.2.7
Perluasan
Kalimat Tunggal
Pada
kenyataanya, suatu kalimat sering kali terdiri bukan hanya satu unsur wajib
saja, tetapi juga atas unsur tak wajib.Dan segi struktur, kehadiran unsur
takwajib itu memperluas kalimat dan segi makna unsur takwajib itu membuat
informasi yang terkandung dalam kalimat menjadi lebih lengkap.Perluasan kalimat
tunggal itu dapat dilakukan dengan penambahan (1) unsur keterangan, (2) unsur
vokatif, dan (3) konstruksi aposisi.
1) Keterangan
Pada umumnya
kehadiran keterangan dalam kalimat tidak wajib sehingga keterangan diperlakukan
sebagai unsur takwajib dalam arti bahwa tanpa keterangan pun kalimat telah
mempunyai makna mandiri.Perhatikan contoh berikut.
A a. Mereka membunuh binatang buas itu.
b.
Mereka membunuh binatang buas itu di
pinggir hutan.
B a. Usul penelitian itu akan dikirimkan.
b.
Usul penelitian itu akan dikirimkan minggu
depan
Meskipun
kalimat (a) hanya terdiri atas unsur wajib saja, dan segi makna kalimat itu
telah dapat memberikan makna yang utuh. Untuk (Aa) kita dapati sekelompok orang
yang melakukan perbuatan pembunuhan atas binatang buas. Namun, ada keterangan
lain yang dapat ditambahkan agar berita yang disampaikan itu mengandung makna
yang lebih lengkap. Pada (Ab) kita telah menambah tempat peristiwa pembunuhan
itu, yakni di pinggirhutan. Pada (Bb)
keterangan yang ditambahkan bertalian dengan waktu pengiriman usul itu akan
dilakukan, yakni minggu depan.
Jumalah
keterangan yang dapat ditambahkan pada kalinmat secara teoritis tidak terbatas,
namun dalam kenyataan orang akan menghindari jumlah yang berlebihan. Berikut
adalah contoh yang memuat beberapa keterangan waktu, tempat, dan alat.
Seperti
yang dikemukakan pada dalam bahasa indonesia lazim dibedakan sembilan macam
keterangan, yakni keterangan (1) waktu, (2) tempat, (3) tujuan, (4) cara, (5)
penyerta, (6) alat, (7) pembandingan/kemiripan, (8) sebab, dan (9) kesalingan.
Kesembilan keterangan itu dapat berupa kata atau frasa, sebagian dapat pula
berupa klausa.Peluasan kalimat tunggal dengan penambahan keterangan berikut
terbatas pada penambahan keterangan yang berupa kata atau frasa.
1.
Keterangan
Waktu
Keterangan waktu
dapat memberikan informasi mengenai saat terjadinya peristiwa. Fungsi
keterangan itu diisi oleh berbagai macam bentuk: (a) kata tunggal, (b) frasa
nominal, dan (c) frasa proposisional. Pada umumnya keterangan waktu diletakkan
di bagian belakang kalimat, tetapi dapat pula di bagian tengah atau depan.
Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata seperti pernah, sering, selalu, kadang-kadang,
biasanya, kemarin, sekarang besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu
yang berbentuk frasa nominal dapat berupa pengulangan kata seperti pagi-pagi, malam-malam, siang-siang, dan
sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu dan tidak lama kemudian.Perhatikan
contoh berikut.
a. Pemerintah
mengumumkan desentralisasi itu kemarin.
b. Saatnya
telah tiba untuk lepas landa sekarang.
c. Tadi
dia menanyakan lagi soal itu.
d. Dia
biasanya datang ke kantor pagi-pagi.
e. Ada
apa kamu datang malam-malam begini?
f. Sebentar
lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.
Keterangan
waktu yang berbentuk frasa proposisional diawali dengan preposisi dean kemudian
diikuti oleh nomina tersebut.Preposisi yang dipakai, anatar lain, di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum,
ketika, sejak, dan untuk.Frasa nominal yang mengikutinya buaknlah sebara
frasa nominal, melainkan frasa nominal yang memiliki ciri waktu. Dengan
demikian, frasa nominal seperti pukul,
tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa, senin, kamis, januari, malam,
permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan natal dapat digabungkan dengan
preposisi di atas untuk mengisi keterangan waktu. Sebaliknya, frasa nominal
yang dapat memiliki ciri waktu seperti itu, misalnya jembatan, tidak akan dapat
dipakai sebagai keterangan waktu seperti terlihat pada contoh (260) di bawah
ini.
a. Di
saat itu itu kita belum memiliki teknologi canggih.
b. Mereka
menunggu anda sampai pukul lima sore.
c. Haji
Dahlan meninggal sebelum subuh.
d. Jatah
ini harus dipakai untuk bulan depan.
e. Kebijaksanaan
ini berlaku sejak tahun1985.
f. Semua
hadirin berdiri pada akhir pertunjukan itu.
g. Para
penumpang turun pada akhir jembatan itu.
2.
Keterangan
Tempat
Keterangan
tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau
keadaan.Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan tempat hanya dapat di isi
oleh frasa preposisional.Preposisi yang dipakai, antara lain, di, ke, dari,
sampai, dan pada. Sesudah preposisi itu terdapat kata yang mempunmyai ciri
tempat: di sini, di sana, di situ, dari sana, dari sini, ke mana, dari situ,
dan sebagainya. Di samping bentuk di atas preposisi dapat pula bergabung dengan
nomina lain untuk membentuk keterangan tempat asalkan nomina itu memilki ciri
semantis yang mengdung makna tempat. Kata seperti jembatan, rumah, jakarta, nomor memiliki ciri semantis tempat, tetapi pukul, tanggal dan tahun tidak.
a. Kita
meletakkan batu pertama ini di sana.
b. Dari
sini kita harus melancarakn serangan kita.
c. Bom
itu di letakkan di jembatan kereta api.
d. Kami
berangkat dari rumah pukul enam.
e. Keluarganya
akan pindah ke jakarta.
f. Keluarganya
akan pindah ke tahun..
Frasa
preposisional yang wujudnya mirip dapat menyatakan keterangan yang
berbeda.Preposisi sampai, misalnya, dapat dipakai dengan kata yang berciri
semantis tempat maupun waktu.Perhatikan kalimat yang berikut.
A a. Dia mengerjakan soal itu sampai pukul
lima.
b. Dia mengerjakan soal itu sampai nomor lima.
B. a. Saya akan menemanimu sampai hari miggu
b. Saya akan menemanimu sampai jembatan gantung.
Pukul
lima dan hari minggu pada (Aa) dan (Ba) mempunyai ciri semantis yang menyatakan
waktu, sedangkan minor lima dan jembatan gantung pada (Ab) dan (B) mengandung
ciri tempat. Karena ciri itulah, penambahan prposisi sampai menimbulkan
keterangan yang berbeda-beda. Tidak mustahil bahwa kedua makna itu terdapat
dalam satu frasa yang sama.
Ada
sekelompok nomina seperti atas, bawah, dalam, dan belakang yang dapat membentuk
keterangan tempat.Perhatikan contoh berikut.
(a)
Soal itu sudah sampai di atas.
(b)
Dokumen itu ada di bawah sekali.
(c)
Pencurian itu pasti dilakukan dari dalam.
(d)
Waktu itu mereka memang berjalan di belakang.
Di
samping kedudukanya sebagai nomina biasa, nomina seperti itu sering pula
dipakai dengan nomina atau frasa nominal lain. Dalam konteks tertentu
pemakaiannya ternyata menasuka.Perhatikan contoh berikut.
(A) a. Paspor itu ada di meja.
b. Paspor itu ada di atas meja.
(B)a. Uangnya di simpan di lemari.
b. Uangnya di simpan di dalam lemari.
(C)a. Paspor
itu ada di lemri.
b. Paspor itu ada di atas lemari.
(D)a. Uangnya
di meja.
b. Uangnya ada di bawah meja.
Kalimat (Aa) dan
(Ab) mempunyai tefsiran yang sama meskipun pada (Ab) telah di tambahkan kata
atas. Demikian pula (Ba) dan (Bb) yang telah ditambahi kata dalam. Akan tetapi,
kalau kita perhatikan kalimat (D) akan tampak bahwa ada tidaknya kata atas
mempengaruhi kalimat. Pada (Ca) kita tahu bahwa paspor yang dimaksud tentulah
ada di dalam lemari; pada (Cb) secara jelas dinyatakan bahwa paspor tersebut
tidak di dalam, tetapi di atas lemari. Kalimat (D1) dan (Db) juga mempunyai
makna yang berbeda, selaras dengan penjelasan untuk kalimat (Aa,b).
Adanya kesamaan
dan perbedaan makna dan tefsiran seperti digambarkan di atas ditentukan oleh
ciri semantis kata yang berdiri di belakang dan di depan kata seperti atas,
bawah, dan dalam. Tampaknya, tiap kata mempunyai kodrat semantis yang membawa
pengaruh dalam hubungan dengan kata lain. Kata seperti meja mengandung makna
suatu permukaan yang datar sehingga, jika kata itu berfungsi sebagai tempat
letak sesuatu, tafsiran di dan di atas tidak berbeda.Namun, jika dibicarakan
kegiatan duduk, di meja dan di atas meja jelas berbeda.Kata sperti lemari
berbeda dengan meja karena kodrat semantia kata itu menunjukan adanya ruang
untuk menempatkan atau menyimpan barang. Masalah kodrat semantis itu agak
ru,mit karena semua aspek kehidupan ikut menentukan ruang lingkup makna tiap
kata. Di atas telah kita katakan bahwa di lemari dan di dalam lemari tidak
mempunyai perbedaan tafsiran karena kodrat semantis kata lemari yang mengandung
makna ruang.Hal itu ternyata tidak seratus persen benar karena di rumah dan di
dalam tidak mengikuti kaidah itu seperti pada contoh berikut.
(A)a.
Ayah ada di rumah.
b.
Ayah ada di dalam rumah.
Tampaknya makna
“ruang” saja belum cukup dan harus diperinci lagi menjdai semacam ruang yang
relatif besar, kecil, dan seterusnya.
3.
Keterangan
Tujuan
Wujud keterangan
tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dalam preposisi yang dipakai
adalah demi bagi, guna, untuk, dan buat.Keenam preposisi itu dapat diikuti oleh
nomina atau frasa nominal seperti dalam contoh yng berikut.
(a)
Dia bersedia berkorban demi kepentingan negara.
(b) Marilah kita menghiningkap cipta bagi
pahlawan yang telah gugur.
(c) Guna kerjasama yang baik kita
memerlukan pengendalian diri.
(d) Satu asa diperlukan untuk kesatuan dan
persatuan bangsa.
(e) Syair ini kutulis buat seorang teman
yang pernah berarti dala hidupku.
Kata atau frasa
yang berdiri di belakang preposisi yang juga dapat berupa verba atau
verbal.Perhatikan kalimat yang berikut.
(a) Diamemang mempunyai tekad besar untuk
merantau.
(b) Guna menurunkan inflasi kita perlu
mengencangkan ikat pinggang.
Pada umumnya
preposisi yang dapat dipakai dengan verba hanyalah untuk dan guna. Dari segi
maknanya, keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan itu mempunyai makna
yang sama atau mirip.
4.
Keterangan
Cara
Keterangan cara
adalah keterangan yang menyatakan jalanya suatu peristiwa berlangsung. Seperti
halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau
frasa preposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (sebagaian menyatakan
kekerapan) adalah, misalnya, seenaknya, semaumu, secepetnya, sepenuhnya, dan
sebaliknya. Letak keterangan itu umumnya sesudah predikat atau objek (kalau
ada), tetapi ada juga yang muncul di awal atau di akhir kalimat.Perhatikan
contoh berikut.
(a) Dia berbicara seenaknya dengan
atasannya.
(b) Kamu boleh mengambil kue semaumu.
(c) Masalah itu harus diselesaikan
secepatnya.
(d)
Kami percayakan soal ini sepenuhnya kapada anda.
(e)
Dia berpikir sebaliknya.
Frasa
preposisional yang menyatakan cara biasanya terdiri atas preposisi dengan,
secara, atau tanpa dan adjektiva (frasa adjektiva) atau nomina (frasa nominal)
sebagai kompelemen. Preposisi tanpa biasanya hanya bisa diikuti nomina (frasa
nominal) sebagai komplemennya.Jika komplemen preposisi itu berupa bentuk ulang
adjektiiva, maka preposisi yang mendahuluinya dapat dilesapkan.Perhatikan
contoh berikut.
(1)a.
Kereta itu pun meninggalkan stasiun dengan pelan-pelan.
b.
Kereta itu pun meninggalkan stasiuan pelan-pelan.
(2)a.
Beri tahu kepada adikmu secara baik-baik.
b.
Beri tahu kepada daikmu baik-baik.
(3)a.
Dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas/tegas-tegas.
b. Dia menjawab
pertanyaan itu tegas.
(4)a. Dia menerangkan soal itu dengan
jelas/jelas-jelas.
b. Dia menjelaskan soal itu jelas.
(5)a.
Dia mati dengan tenang.
b.
Dia mati tenang.
Jika komplemen
preposisi adalah nomia, preposisi dengan, secara, atau tanpa dapat dipakai
meskipun tidak selamanya dapat dipertukarkan.
(a) Marilah kita selesaikan sengketa ini
secara jantan.
(b) Tanpa kemauan besar anda tidak akan
berhasil.
(c) Dengan perhatian penuh kamu akan
mencapai cita-citamu.
(d) Kita lebih baik menyelesaikan masalah
ini secara kekeluargaan.
(e) Dia bekerja secara kemauan besar.
Keterangan cara
dapat juga dibentuk dengan menambahkan se- dan –nya pada bentuk ulang kata tertentu.
Perhatikan contoh berikut, contoh:
(a)
Kami sudah mencoba sekeras-kerasnya.
(b) carinya contoh sebanyak-banyaknya.
(c) Kita harus menyelesaikan maslah ini
sepadat-padatnya.
Bentuk ualng
dengan se—nya mnyatakan makna elatif.Makna elatif itu dapat pula dinyatakan
dengan se-... mungkin.Bentuk keterangan cara yang ketiga berwujud pengulangan
kata tertentu dan kemudian diikuti oleh aifks –an.
5.
Keterangan Penyerta
Keterangan
penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang menyertai orang
lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali untuk kata sendiri yang dapat
berdiri sendiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk
dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama kata atau frasa
tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi itu harus
merupakan maujud yang bernyawa atau dianggap benyawa.Perhatikan contoh berikut.
(a) Ibu ke pasar dengan saya.
(b) Dia merumuskan konsep itu dengan
pembantunya.
(c) Pak Badri berangkat ke mekkah tanpa
istrinya.
(d) Pasukan itu menyerbu kota bersama
rakyat.
6.
Keterangan
alat
Keterangan alat
adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai untuk
melakukan suatu perbuatan.Pengertian alat dalam hal itu tidak harus selalu
dalam bentuk benda konkret.Keterangan alat selalu berwujud frasa presosisional
dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.Perhatikan contoh berikut.
(a) Kami biasanya pergi ke kantor dengan
bus
(b) Janganlah kita menilai mereka dengan
ukuran barat,
(c) Kita akan gagal tanpa bantuan mereka.
7.
Keterangan
Pembandingan
Keterangan
pembandingan (atau kemiripan) adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau
kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan,
kejadian, atau perbuatan yang lain. Wujud keterangan itu selalu berbentuk frasa
dengan preposisi seperti laksna, seperti, atau sebagai.Perhatikan contoh
berikut.
(a) Tekadnya untuk merantau teguhlaksana
gunung karang.
(b) Apakah selamanya kita akan hidup
sebagai objek sejarah?
(c) Berpikierlah seperti orang dewasa.
8.
Keterangan
Sebab
Keterangan sebab
adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya seuatu keadaan,
kejadian, atau perbuatan.Wujud keterangan itu selalu frasa dengan preposisi
karena, sebab, atau akibat.Perhatikan contoh berikut.
(a) Banyak pemimpin dunia jatuh karena
wanita.
(b) Sebab kelkuan anaknya, keluarga itu
dijauhi para tetangganya.
(c) Gaji terasa kurang terus akibat
inflasi.
(d) Mereka terjerumus karena masalah ini.
9.
Keterangan
Kesalingan
Keterangan
kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan
secara berbalas. Wujud keterangan kesalingan, yakni satu sama lain atau saling
adalah tegar dan pada umumnya diletakkan disebelah kiri verba atau di bagian
akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut.
a. Kedua
delgasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.
b. Ketua
dan sekretaris organisasi itu saling membenci satu sama lain.
3.
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Verhaar dalam
Putrayasa, 2010:55).Kridalaksana dalam Putrayasa (2010:55) mengatakan bahwa
kalimat majemuk adalalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa
bebas.Macam-macam kalimat majemuk dapat dibedakan atas tiga bagian besar, yaitu
kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk
bertingkat.
1.
Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat majemuk
setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak
ada yang dihilangkan (Putrayasa, 2010:55).Dapat juga dikatakan bahwa antara
unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukanya setara. Kalimat
mejemuk setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara
kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, kalimat majemuk setara
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk setara berlawanan,
kalimat majemuk setara penunjukan. KMS sejalan adalah kalimat-kalimat yang
digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan. KMS berlawanan
adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu mengandung makna pertentangan, dan
KMS penunjukan adalah bagian kalimat satu menunjuk kembali pada bagian kalimat
lain.
a. KMS
Sejalan:
KMS Sejalan
dapat diperinci lagi menjadi tiga bagian, yakni KMS sejalan biasa, KMS sejalan
mengatur, dan KMS sejalan menguatkan.
b. KMS
Berlawanan:
KMS Berlawanan
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu KMS berlawanan biasa, KMS berlawanan
mengganti, dan KMS berlawanan mewatasi.
c. KMS
Penunjukan
KMS Penunjukan
memiliki pengertian bermacam-macam diantaranya adalah KMS Penunjukan Sebab-Akibat,
KMS Penunjukan Perlawanan, KMS Penunjukan Waktu, KMS Penunjukan Tempat, dan KMS
Penunjukan Syarat.
2.
Kalimat
Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk
rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari penggabungan beberapa kalimat
tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja
(Putrayasa, 2010:57). Kalimat majemuk rapatan terdiri atas empat macam, yaitu:
KMS sama Subjek, KMS sama Predikat, KMR sama Objek, dan KMR sama Keterangan.
Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.
a. KMR
sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan.
Benteng
ituditembaki, dibom bertubi-tubi, dan diratakan dengan
tanah.
S P1 P2 P3
b. KMP
sama P, artinya predikat-predikat dirapatkan.
Sawahnya, pekarangannya,
dan rumahnyadigadaikan.
S1 S2 S3
P
c. KMR
sama O, artinya objek-objek dirapatkan. Objek dapat dibedakan atas empat
bagian, yaitu objek penderita, objek pelaku, objek berkepentingan, dan objek
berkata depan.
3.
Kalimat
Majemuk Bertingkat
Jika sebuah
unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat,
dan jika kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka
akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2010:59). Dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sisa
kalimat sumber disebut induk kalimat.
2. Kalimat
bentukan disebut anak kalimat.
3. Anak
kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya.
Contoh:
Kedatangannya
disambut oleh rakyat, ketika matahari mulai condong ke barat.
IK AK
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah:
1.
Kalimat adalah satuan gramatikal
yang berada di bawah tataran wacana.
2.
Setiap satuan kalimat lisan dibatasi
oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhit turun naik. Dalam wujud
tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru, tanda
tanya, dan tanda seru.
3.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa. Unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan
predikat. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur wajib dan juga unsur
manasuka. Seperti keterangan waktu, tempat, dan alat.
4.
Kalimat tunggal memiliki
bermacam-macam jenis predikat seperti, berpredikat nomina, berpredikat
adjektiva, berpredikat verba, berpredikat frasa preposisional dan frasa
numeralia.
5.
Kalimat majemuk terjadi
dari beberapa klausa bebas. Macam-macam kalimat majemuk dapat dibedakan atas
tiga bagian besar, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan
kalimat majemuk bertingkat.
3.2 Saran
Dalam
pelajaran Tata Bahasa Indonesia telah dipelajari macam-macam
kalimat.Diantaranya kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Untuk lebih
memahami kalimat tunggal dan majemuk perlu diadakan latihan menganalisis
kalimat tunggal dan majemuk tersebut.Seperti analisis predikat, analis fungsi,
dan analisis kategori.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk. 2014. Tata Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Putrayasa,
Ida Bagus. 2010. Analisis kalimat
(Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung : Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar