Senin, 27 November 2017

Makalah Model Desain Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dan tata klola

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Peranan kurikulum dalam pembelajaran tidak dapat terlepas dari hubungan antara dua aspek, yakni kurikulum dan pembelajaran. Peranan tersebut memiliki implikasi dalam perkembangan pendidikan secara umum dan khusus. Melalui berbagai implikasi yang dihasilkan, bermunculan pula serangkaian model pengembangan yang disarankan sebagai peningkat keberhasilan mutu pendidikan.
Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran muncul dari adanya keterkaitan yang relative menurut beberapa ahli. Dengan berbagai teori yang dikemukakan, pengaruh kurikulum dan pembelajaran berdampak sangat relative berdasarkan teori yang digunakan. Meskipun demikian, terdapat benang merah antara kurikulum dan pembelajaran dalam model manapun, karena padahakikatnya kedua aspek tersebut tidak terpisahkan.
Berdasarkan pernyataan diatas, urgensi pengetahuan tentang model pengembangan kurikulum dan pembelajaran sangat tinggi terutama pada pelaku pendidikan mulai dari pejabat pembuat kurikulum hingga tenaga pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu, makalah dengan judul “Model Desain Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dan tata klola” ini diharapkan mampu menjadi reverensi tambahan dalam kajian telaah kurikulum kedepan bagi dunia pendidikan.
   Secara harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu “arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk menguasai satu atau lebih keahlian guna mencapai “Garis Finish” yang ditandai pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjaanaan (Zais, 1976: 6-7).
            Kurikulum memiliki banyak bentuk seperti kurikulum sebagai rencana pembelajaran, sebagai Mata Pelajaran, sebagai Konten, sebagai Hasil belajar, sebagai Reproduksi Struktural, sebagai Pengalaman Belajar, sebagai Sistem Produksi, sebagai Bidang Studi.
   Para ahli berbeda pendapat tentang makna kurikulum dan Pembelajaran. Johnson, (1968) misalnya memandang kurikulum sebagai panduan belajar, maka itu disebut pengajaran, bukan kurikulum. Selanjutnya, Beauchamp (1981) menganggap kurikulum dan pembelajaran sebagai dua hal yang berbeda. Menurut James Macdodonald (1965:5-6), bahwa kurikulum sebagai rencana implementasi pengajaran di kelas, karena kurikulum timbul lebih dulu dari pengajaran. Implikasi perbedaan pengertian kurikulum dan pengajaran seperti yang dikemukan Johnson dan Macdonald tersebut sangat signifikan (Zais, 1976: 9). Dengan membatasi pengertian kurikulum pada seperangkat hasil belajar trestruktur saja , lanjut Zais (1976), berarti perencanaan tradisional seperti seleksi konten kurikulum atau materi ajar dan penetapan kegiatan belajar, bukan termasuk perencanaan kurikulum.

1. 2  Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut.
      1.2. 1 Bagaimana Model Desain Kurikulum?
      1.2. 2 Bagaimana Tata Kelola Kurikulum?

1.3   Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penulis sebagai berikut
        1.3.1  Untuk mengetahui model desain kurikulum.
        1.3.2  Untuk mengetahui tata kelola kurikulum.

















BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1  Desain Kurikulum

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur – unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi  horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkupi isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut sekuens bahan berdasarkan urutan tingkatan kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudianmenuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lajutan ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:113).
Ada tiga pola desain kurikulum menurut, Nana Syaodih Sukmadinata (2010), yaitu:
·         Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
·         Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
·         Problems centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada masalah – masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
Walaupun bertolak dari hal yang sama, dalam suatu pola desain terdapat beberapa variasi desain kurikulum. Dalam subject centered design dikenal ada: the subject design, the disciplines design dan the broad fields design. Pada problem centered design dikenal pula the areas of living design dan the core design.
2.1.1        Subject centered design
Subject centered design merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata – mata pelajaran, dan mata – mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah – pisah.
Subject centered design berkembang dari kosep pendidikan klasik yang berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga Subject academic curriculum.
Model desain curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari kurikulum ini adalah:
·         Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
·         Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikanya
Adapun beberapa keritik juga merupakan kekurangan model desain ini adalah:
·         Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyatan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
·         Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
·         Pengajar lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Model subject centered design ini dapat dirinci menjadi model – model kurikulum sebagai berikut:
a.       The Subject Design
The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah dalam bentuk mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang Yunani dan kemudian Romawi mengembangkan Trivium dan Quadriuvium. Trivium meliputi gramatikal, logika dan retorika, sedangkan Quadrivium, matematika, geometri, astrinom, dan musik.
Desain kurikulum model ini memiliki kelemahan di antaranya:um ini adalah:
a)      Kurikulum meberikan pengetahuan terpisah – pisah
b)      Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian – kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang
c)      Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para peserta didik.
d)     Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dang menggunakannya
e)      Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperharikan cara menyampaikan. Cara penyampaian utama adala ekspositori yang menyebabkan peranan siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan – kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini mempunyai beberapa kelebihan. Karena kelebihan tersebut kurikulum ini lebih banyak dipakai.
a)      Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang tersusun secara sistematis logis, maka penyusunan cukup mudah.
b)      Bentuk ini sudah dikenal lama, baik oleh guru – guru maupun orang tua, sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
c)      Bentuk ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, sebab pada perguruan Tinggi umumnya digunakan bentuk ini.
d)     Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisiennya, karena metode utamanya adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
e)      Bentik ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya masa lalu. (Sukmadinata, 2000:114-115).
b.      The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, membedakan apakah satu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuanya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah disiplin – disiplin ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin – disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lainnya adalah dalam tingkat penugasan, disciplines design tidak seperti subject design yang menekankan penguasaan fakta – fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (undeestanding). Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep – konsep, ide – ide dan prinsip – prinsip penting, juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry dan discovery). Hanya dengan menguasai hal – hal itu, kata mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi mengunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan peserta didik lebih pasif, tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskeveri. Disciplines  design sudah mengintegrasikan unsu – unsur progresifme dari dewey. Bentuk ini memilik beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tapi juga dapat memelihara integrasi intelektual pengetahuan manusia. Kedua peserta didik tidak hanya menguasai sretan fakta, prinsip hasil hafalan tapi mengasai konsep, hubungan proses – proses intelektual yang berkembang pada siswa
Meskipun telah menunjukan kelebihan bentuk desain ini masih memiliki beberapa kelemahan. Pertama , belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
c.       The Broad Fields Design
Baik subject design  maupun disiplines design masih menunjukkan adanya pemisahan antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan the broad filed design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung menjandi Ilmu pengetahuan Sosial, aljabar, ilmu ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad filed adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk pertama, disekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini, pertama, karena dasarnya bahan yang terpisah – pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan – warisan budaya secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa matakuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini. Pertama kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasai bidang yang luas, tatapi untuntuk tingkat yang lebih tinggi, apa lagi perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak mengambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap menekankan tujuan penugasan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya efektif dan kognitif tingkat tinggi.
2.1.2        Learner – centered design
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan mencitakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensi untuk berbuat, berprilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Learner centered design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centred dan subject centered. Pertama, learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik bukan dari isi. Kedua, learner centered bersifat not – preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas – tugas pendidikan. Organisasi kurikulum didasarkan atas masalah – masalah atau topik – topik yang menarik perhatian dan ibutuhkan peserta didik dan sekuensnya disesuaikan dengan tingkat pengembangan mereka.
Ada beberapa variasi model ini yaitu the activity atau experience design, humanistic design, the open, free design, dan lain – lain. Pada tulisan ini akan dikemukakan sebagian saja.
a.       The Activity atau Experience Design
Model desain ini berawal pada 18, atas hasil karya dari Rousseau dan Pestalozzi, yang berkembangan pesat pada tahun 1920/1930-an pada masa kejayaan Pendidikan Progresif.
Ciri utama activity atau experience design:
1.      struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:
·         menentukan minat dan kebutuhan peserta didik
·         membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Hal ini cukup sulit, sebab herus dapat membedakan mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan mana yang hanya angan – angan. Untuk itu guru perlu menguasai benar perkembangan dan karakteristik peserta didik.
2.      Struktur kurikulum disasarkan atas minat dan kebutuhan dan minat peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang dicapai, sumber – sumber belajar, kegiatan belajar dan prosedur evaluasi, dirumuskan bersama siswa.
3.      Desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah. Di dalam proses menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan – kesulitan tertentu yang harus diatasi. Kesulitan –kesulitan tersebut menujukkan problem nyata yang dihadapi peserta didik menghadapi kesulitan tersebut menunjukkan problem nyata yang dihadapi peserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi masalah – masalah  tersebut, peserta didik melakukan proses belajar yang nyata, sungguh –sungguh bermakna, hidup dan relevan dengan kehidupanya.
Kelebihan dari desain ini. Pertama, karena kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, maka motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua, pengajar memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, kegiatan – kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Kelemahan dari desain ini. Pertama, penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Kehidupan dunia modern sangat kompleks, peserta didik belum tentu mampu melihat dan merasakan kebutuhan – kebutuhan esensial. Kedua, kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik, dasar apa yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum. Ketiga, dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat untuk menyusun sekuens, sebab minat mudah sekali berubah karena pengaruh perkembangan, kematangan dan faktor – faktor lingkungan. Keempat, model desain ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa. Model ini sulit menemukan buku – buku sumber, karena buku yang ada disusun berdasarkan subject atau discipline design.

2.1.3        Problem centered design  
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, sedangkan desain ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat.
Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama.
Ada 2 model variasi desain kurikulum ini, yaitu:
a.       The Areas of Living Design
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses dan yang bersifat isi diintegrasikan. Penguasaan informasi – informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang – bidang kehidupan.
b.      The Core Design
Mayoritas memandang core curriculum sebagai model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core curriculum diberikan guru – guru yang memiliki penugasan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Disamping memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.





BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Desain kurikulum terdiri dari tiga pola desain kurilukm, yaitu Subject Centered  Design (pusat pada bahan ajar), Learner Centered Design (mengutamakan peranan siswa) dan Problems Centered Design (berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat).
       Kelebihan dari model Subject Centered Design adalah :
·         Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
·         Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Kekurangan dari model Subject Centered Design adalah :
·      Karena pengetahuan diberikan seacara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
·      Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif.
·      Pengajar lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Ada dua ciri utama yang membedakan Laerner Centered Design dengan Subject Centered Design, yaitu
·         Learned Centered Design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik bukan dari isi.
·         Learned Centered Design bersifat not-preplaned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, sedangkan desain ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama.



DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.   
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ansyar, Mohamad. (2015). Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUISI CORONA

CORONA Karya Asep Perdiansyah Corona datang menyerang Dunia menjadi tak tenang Tempat keramaian seketika menghilang Matahari b...