1.
PENGERTIAN
Novel berasal dari Bahasa Italia novella yang
berarti sebuah barang baru yang kecil. Lalu kata itu diartikan sebagai sebuah
karya sastra dalam bentuk prosa.
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas
problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
Hal-hal yang menarik yang terdapat dalam suatu novel dapat berupa:
1.
Tema cerita yang khas dan baru.
2.
Konflik yang menegangkan.
3.
Alur yang penuh kejutan.
4.
Watak tokoh yang dapat membuat kita
terkagum-kagum.
5.
Perjuangan tokoh yang membuat kita terharu.
6.
Pesan-pesan dalam cerita yang menggertarkan dan
menyerap.
1.
UNSUR-UNSUR NOVEL
No
|
Cerpen
|
Novel
|
1
|
Alur lebih sederhana.
|
Alur lebih rumit dan lebih panjang
dengan ditandai adanya perubahan nasib pada diri sang tokoh.
|
2
|
Tokoh dimunculkan hanya beberapa
orang.
|
Tokohnya lebih banyak dalam berbagai
karakter.
|
3
|
Latar yang dilukiskan hanya sebentar
dan sangat terbatas.
|
Latar meliputi wilayah geografi yang
luas dan dalam waktu yang lebih lama.
|
4
|
Tema mengupas masalah yang relatif
sederhana.
|
Tema lebih kompleks ditandai dengan
adanya tema-tema bawahan.
|
Berikut gambaran unsur-unsur dalam novel:
a.
Tema
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar
pengembangan dari suatu novel. Tema novel biasanya menyangkut segala persoalan
seperti masalah manusia, kekuasaan, kasih sayang, dansebagainya. Pada umumnya,
tema tersimpan secara tersirat dan ditemukan setelah membaca novel secara
keseluruhan.
Tema sebuah novel dapat diketahui melalu ialur. Hal ini
dapat dilihat antara hubungan antarperistiwa atau konflik yang satu dengan yang
lainnya. Selain itu, dapat dipahami melalui peran-peran pada tiap tokoh.
Tema novel dapat diketahui dari tuturan pengarangnya.
Dengan melihat kata-kata tertentu yang sering diungkapkan pengarangnya kita
dapat menentukan atau dapat mengetahui tema umum dari novel tersebut.
b.
Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk
oleh hubungan sebab akibat. Jalan ceita suatu novel terkadang penuh kejutan,
berbelit-belit dan juga sederhana. Hanyasaja, sesederhananya alur suatu novel
tidak akan sesederhana alur dalamcerpen.
Bagian-bagian alur tidaklah serupa, kadang-kadang
susunannya langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan.
Adapula yang diawali dari pengungkapan peristiwa, lalu pengenalan, penyelesaian
peristiwa, dan puncak konflik.
Konflik merupakan inti dari alur sebuah cerita.
Konflik dalam cerpen bentuknya bermacam-macam, yakni:
1.
Konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik
batin).
2.
Konflik manusia dengan sesamanya.
3.
Konflik manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan, ekonomi, politik, social maupun budaya.
4.
Konflik manusia dengan Tuhan atau keyakinan-Nya.
c.
Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan
budaya yang digunakan dalam suatuc erita. Latar dalam suatu cerita dapat
bersifat factual atau imajiner. Latar
befungsi mempertegas atau memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu
cerita.
d.
Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam novel. Terdapat lima cara penggambaran
karakter tokoh, yakni:
1.
Penggambaran tokoh secara langsung.
2.
Penamaan, pemerian, dan pernyataan oleh tokoh
lain.
3.
Tindakan atau reaksi tokoh lain.
4.
Percakapan dialog dan monolog.
5.
Perilaku tokoh yang bersangkutan.
e.
Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan
cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam yakni:
a.
Berperan langsung sebagai orang pertama, yakni
sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan.
b.
Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai
pengamat.
f.
Amanat
Amanat merupakan ajaran moral yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui novelnya. Oleh karena itu, untuk menemukan
amanat, kita harus membacanya hingga tuntas.
g.
Gaya bahasa
Penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu
nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antartokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat
guna bagi adegan yang seram, cinta, peperangan, harapan, atau keputusan.
2.
PENGARUH BUDAYA DALAM NOVEL
Pengaruh budaya
merupakan unsur ekstrinsik di samping latar belakang pengarangnya. Novel tidak
dapat lepas dari pengaruh adat dan kebiasaan masyarakat. Budaya suatu
masyarakat akan tergambar di dalamnya.
Tema
suatu novel dipengaruhi oleh kebudayan tempat dan zamannya. Novel-novel yang
lahir sebelum kemerdekaan menceritakan lebih banyak persoalan adat. Sementara
itu novel-novel pada zaman kemerdekaan menceritakan masalah kebebasan. Sekarang
pada era reformasi, menceritakan kecenderungan masalah sosial, materialisme,
dan Hak Asasi Manusia (HAM).
3.
MEMAHAMI NOVEL-NOVEL TAHUN ’20-’30AN
Novel tidak
dapat lepas dari kehidupan zamannya. Adat, kebiasaan serta pola kehidupan
lainnya sedikit banyak akan tergambar di dalamnya. Adat dan kebiasaan merupakan
salah satu unsur ekstrinsik suatu karya sastra. Unsur tersebut akan tampak pada
kebiasaan para tokoh, tema atau penggambaran latar. Novel-novel yang lahir pada
zaman ’20-‘30an, misalnya lebih banyak bercerita tentang kawin paksa dan
berbagai budaya feodal. Sementara itu pada zaman kemerdekaan karya-karyanya
lebih mempersoalkan kehidupan yang bersifat pemberontakan atau indivualisme
sosial. Kini budaya materialism banyak mempengaruhi karya-karya modern.
Novel tahun 1920-1930’an termasuk sastra modern alasannya sebagai
berikut.
1.
Temanya tentang kehidupan sehari-hari. Misalnya
tentang adat, pekerjaan, dan persoalan rumah tangga.
2.
Pendapat pengaruh kesusastraan. Misalnya pada
novel Siti Nurbaya yang bertokohkan Samsul Bakhri atau Letnan Mas sebagai
serdadu Belanda.
Karya sastra
yang lahir pada periode 1920-1930’an sering disebut sebagai karya sastra
Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka . Sebab novel yang pertama
kali terbit adalah pada tahun 1920 dan banyak diterbitkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Selain disebut sebagai Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai
Pustaka, karya sastra periode ini disebut dengan Angkatan Siti Nurbaya karena
novel Siti Nurbaya merupakan novel yang paling laris yang digemari oleh
masyarakat karangan Marah Rusli.
Balai pustaka
didirikan pada tahun 1917. Pemimpinnya Dr. Rinkes dibantu oleh Dr. Hidding dan
Dr. Drewes. Syarat buku yang dapat diterbitkan oleh Balai Pustaka sebagai
berikut.
-
Isinya harus bersifat mendidik.
-
Tidak boleh memihak agama tertentu dan tidak
boleh memecah belah masyarakat.
-
Tidak boleh berpolitik dan menghasut.
4.
MENGANALISI NOVEL TERJEMAHAN
Membandingkan dua novel yang berasal dari budaya yang
berbeda tentu sangat menarik. Setidaknya kita dapat memperoleh wawasan tentang
berbagai cara penyajian novel disamping pengetahuan tentang sikap atau nilai
kehidupan yang berlaku dalam bangsa lain.
Setiap masyarakat Indonesia memiliki budaya yang berbeda-beda antara
lain, Amerika, Tiongkok, Arab, Inggris, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan
tersebut terdapat pada bahasa, adat istiadat serta budayanya.
5.
MENULIS NOVEL YANG BERSUMBER DARI FILM
a.
Menentukan film dan topik yang baik.
Penulis yang baika dalah orang yang dapat menjadikan
topik yang sederhana dan tidak begitu berarti menjadi suatu karya yang menarik
dan bermanfaat bagi pembacanya.
b.
Mempertimbangkan pembaca dengan baik.
Pembaca sangatlah beragam berdasarkan usia ada pembaca
anak-anak, remaja, dan dewasa. Belum lagi mempertimbangkan profesi, jenis
kelamin, hobi, pendidikan, dan sebagainya. Namun, yang paling mudah dan lazim
dipertimbangkan adalah faktor usia.
Faktor usia pembaca akan berpengaruh pada pemilihan topik dan gaya
penyajian bahasanya. Topik novel untuk anak-anak berkenaan dengan
permainansekolah, persahabatan dan petualangan. Sementara itu novel untuk
remaja berkenaan dengan persahabatan dan percintaan, sedangkan novel dewasa
berkenaan dengan permasalahan keluarga, perjuangan, dan falsafah kehidupan.
Usia pembaca juga berpengaruh pada gaya bahasa yang harus kita gunakan
dalam cerpen.
a.)
Novel anak-anak menggunakan pilihan kata yang
sederhana dan kalimat yang pendek.
b.)
Novel remaja cukup kompleks (pilihan kata dan
kalimatnya). Sering pula muncul kata
prokem (bahasa gaul) di dalamnya.
c.)
Novel dewasa lebih kompleks. Banyak digunakan
istilah yang memerlukan penalaran yang lebih tinggi (bergaya filsafat).
c.
Menulis dengan emosi.
Unsur emosi memang penting dalam menulis novel atau
karya sastra lainnya.Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana emosi
sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun, kata-kata
tersebut tidak harus dibuat-buat melainkan mengalir apa adanya. Dengan begitu,
akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik dan alamiah. Memilih
kata-kata memerlukan kreativitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar