BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Peranan kurikulum dalam pembelajaran tidak dapat terlepas dari hubungan antara dua aspek, yakni kurikulum dan pembelajaran. Peranan tersebut memiliki implikasi dalam perkembangan pendidikan secara umum dan khusus. Melalui berbagai implikasi
yang dihasilkan, bermunculan pula serangkaian model pengembangan yang
disarankan sebagai peningkat keberhasilan mutu pendidikan.
Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran muncul dari adanya keterkaitan
yang relative menurut beberapa ahli. Dengan berbagai teori yang dikemukakan, pengaruh kurikulum dan pembelajaran berdampak sangat relative berdasarkan teori
yang digunakan. Meskipun demikian, terdapat benang merah antara kurikulum dan pembelajaran dalam
model manapun, karena padahakikatnya kedua aspek tersebut tidak terpisahkan.
Berdasarkan pernyataan diatas,
urgensi pengetahuan tentang
model pengembangan kurikulum dan pembelajaran sangat tinggi terutama pada pelaku pendidikan mulai dari pejabat pembuat kurikulum hingga tenaga pengajar dan peserta didik.
Oleh karena itu, makalah dengan judul
“Model Desain Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dan tata klola” ini diharapkan mampu menjadi reverensi tambahan dalam kajian telaah kurikulum kedepan bagi dunia pendidikan.
Secara
harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti
berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini,
kurikulum adalah suatu “arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk
menguasai satu atau lebih keahlian guna mencapai “Garis Finish” yang ditandai
pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjaanaan (Zais, 1976: 6-7).
Kurikulum memiliki banyak bentuk
seperti kurikulum sebagai rencana pembelajaran, sebagai Mata Pelajaran, sebagai
Konten, sebagai Hasil belajar, sebagai Reproduksi Struktural, sebagai
Pengalaman Belajar, sebagai Sistem Produksi, sebagai Bidang Studi.
Para
ahli berbeda pendapat tentang makna kurikulum dan Pembelajaran. Johnson, (1968)
misalnya memandang kurikulum sebagai panduan belajar, maka itu disebut
pengajaran, bukan kurikulum. Selanjutnya, Beauchamp (1981) menganggap kurikulum
dan pembelajaran sebagai dua hal yang berbeda. Menurut James Macdodonald
(1965:5-6), bahwa kurikulum sebagai rencana implementasi pengajaran di kelas,
karena kurikulum timbul lebih dulu dari pengajaran. Implikasi perbedaan
pengertian kurikulum dan pengajaran seperti yang dikemukan Johnson dan
Macdonald tersebut sangat signifikan (Zais, 1976: 9). Dengan membatasi
pengertian kurikulum pada seperangkat hasil belajar trestruktur saja , lanjut
Zais (1976), berarti perencanaan tradisional seperti seleksi konten kurikulum
atau materi ajar dan penetapan kegiatan belajar, bukan termasuk perencanaan
kurikulum.
1. 2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
penulis merumuskan masalah sebagai
berikut.
1.2. 1 Bagaimana Model Desain Kurikulum?
1.2. 2 Bagaimana Tata Kelola Kurikulum?
1.3
Tujuan Penulisan
Dari
latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penulis sebagai berikut
1.3.1
Untuk mengetahui model desain kurikulum.
1.3.2
Untuk mengetahui tata kelola kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Desain Kurikulum
Desain kurikulum
menyangkut pola pengorganisasian unsur – unsur atau komponen kurikulum.
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
horisontal dan vertikal. Dimensi
horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkupi isi kurikulum.
Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya.
Dimensi vertikal menyangkut sekuens bahan berdasarkan urutan tingkatan
kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudianmenuju pada yang lebih
sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lajutan ( Nana
Syaodih Sukmadinata, 2010:113).
Ada tiga pola desain
kurikulum menurut, Nana Syaodih Sukmadinata (2010), yaitu:
·
Subject
centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat
pada bahan ajar.
·
Learner
centered design, suatu desain kurikulum yang
mengutamakan peranan siswa.
·
Problems
centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat
pada masalah – masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
Walaupun bertolak dari
hal yang sama, dalam suatu pola desain terdapat beberapa variasi desain
kurikulum. Dalam subject centered design
dikenal ada: the subject design, the disciplines design dan the broad fields design. Pada problem centered design dikenal pula the areas of living design dan the core design.
2.1.1
Subject centered design
Subject centered
design merupakan bentuk desain yang paling populer, paling
tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject
centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan
diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata – mata pelajaran, dan mata –
mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah – pisah.
Subject centered
design berkembang dari kosep pendidikan klasik yang
berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan
isi atau subject matter tersebut,
maka desain kurikulum ini disebut juga Subject
academic curriculum.
Model desain curriculum ini mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari kurikulum ini adalah:
·
Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi,
dan disempurnakan
·
Para pengajarnya tidak perlu
dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering
dipandang sudah dapat menyampaikanya
Adapun
beberapa keritik juga merupakan kekurangan model desain ini adalah:
·
Karena pengetahuan diberikan secara
terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyatan
pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
·
Karena mengutamakan bahan ajar maka
peran peserta didik sangat pasif
·
Pengajar lebih menekankan pengetahuan
dan kehidupan masa lalu dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis
dan kurang praktis.
Model
subject centered design ini dapat dirinci menjadi model – model kurikulum
sebagai berikut:
a. The Subject Design
The subject
design curriculum merupakan bentuk desain yang paling
murni dari subject centered design.
Materi pelajaran disajikan secara terpisah dalam bentuk mata pelajaran. Model
desain ini telah ada sejak lama. Orang Yunani dan kemudian Romawi mengembangkan
Trivium dan Quadriuvium. Trivium meliputi gramatikal, logika dan retorika,
sedangkan Quadrivium, matematika, geometri, astrinom, dan musik.
Desain
kurikulum model ini memiliki kelemahan di antaranya:um ini adalah:
a) Kurikulum
meberikan pengetahuan terpisah – pisah
b) Isi
kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian – kejadian yang
hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang
c) Kurikulum
ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para peserta didik.
d) Isi
kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di
dalam mempelajari dang menggunakannya
e) Kurikulum
lebih mengutamakan isi dan kurang memperharikan cara menyampaikan. Cara
penyampaian utama adala ekspositori yang menyebabkan peranan siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan – kelemahan di atas, bentuk
desain kurikulum ini mempunyai beberapa kelebihan. Karena kelebihan tersebut
kurikulum ini lebih banyak dipakai.
a) Karena
materi pelajaran diambil dari ilmu yang tersusun secara sistematis logis, maka
penyusunan cukup mudah.
b) Bentuk
ini sudah dikenal lama, baik oleh guru – guru maupun orang tua, sehingga lebih
mudah untuk dilaksanakan.
c) Bentuk
ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan
tinggi, sebab pada perguruan Tinggi umumnya digunakan bentuk ini.
d) Bentuk
ini dapat dilaksanakan secara efisiennya, karena metode utamanya adalah metode
ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
e) Bentik
ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya
masa lalu. (Sukmadinata, 2000:114-115).
b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih
menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang
sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang
disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan
teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, membedakan apakah
satu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh
keilmuanya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu
disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah
disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah
disiplin – disiplin ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari
dunia intelek, batu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para
pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin – disiplin
ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lainnya adalah dalam tingkat penugasan, disciplines design tidak seperti subject design yang menekankan
penguasaan fakta – fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (undeestanding). Para peserta didik
didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami
konsep – konsep, ide – ide dan prinsip – prinsip penting, juga didorong untuk
memahami cara mencari dan menemukannya (modes
of inquiry dan discovery). Hanya dengan menguasai hal – hal itu, kata
mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai
fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi mengunakan pendekatan
ekspositori yang menyebabkan peserta didik lebih pasif, tetapi menggunakan
pendekatan inkuiri dan diskeveri. Disciplines
design sudah mengintegrasikan unsu – unsur progresifme dari dewey.
Bentuk ini memilik beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama,
kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tapi
juga dapat memelihara integrasi intelektual pengetahuan manusia. Kedua peserta
didik tidak hanya menguasai sretan fakta, prinsip hasil hafalan tapi mengasai
konsep, hubungan proses – proses intelektual yang berkembang pada siswa
Meskipun telah menunjukan kelebihan bentuk desain
ini masih memiliki beberapa kelemahan. Pertama , belum dapat memberikan
pengetahuan yang terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan
masyarakat atau kehidupan. Ketiga belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau
pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk
kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima meskipun sudah lebih luas
dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih
cukup sempit.
c. The Broad Fields Design
Baik subject design
maupun disiplines design masih menunjukkan adanya pemisahan antara mata
pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah
mengembangkan the broad filed design. Dalam model ini mereka menyatukan
beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang
studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung menjandi Ilmu pengetahuan
Sosial, aljabar, ilmu ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad filed adalah
menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya
spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk pertama,
disekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi
sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini, pertama,
karena dasarnya bahan yang terpisah – pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan
beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan – warisan budaya
secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa
matakuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan
model kurikulum ini. Pertama kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru
mampu menguasai bidang yang luas, tatapi untuntuk tingkat yang lebih tinggi,
apa lagi perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari
itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya
permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak
mengambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi
siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun
kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini
tetap menekankan tujuan penugasan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya efektif dan kognitif tingkat tinggi.
2.1.2
Learner – centered design
Learner centered, memberi tempat utama kepada
peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang
adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan mencitakan
situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu
organisme yang punya potensi untuk berbuat, berprilaku, belajar dan juga
berkembang sendiri. Learner centered design bersumber dari konsep Rousseau
tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik.
Pengorganisasian kurikulum didasarkan minat, kebutuhan dan tujuan peserta
didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model
learner centred dan subject centered. Pertama, learner centered design
mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik bukan dari isi.
Kedua, learner centered bersifat not – preplanned (kurikulum tidak
diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan
siswa dalam penyelesaian tugas – tugas pendidikan. Organisasi kurikulum
didasarkan atas masalah – masalah atau topik – topik yang menarik perhatian dan
ibutuhkan peserta didik dan sekuensnya disesuaikan dengan tingkat pengembangan
mereka.
Ada beberapa variasi model ini yaitu the activity
atau experience design, humanistic design, the open, free design, dan lain –
lain. Pada tulisan ini akan dikemukakan sebagian saja.
a. The Activity atau Experience Design
Model
desain ini berawal pada 18, atas hasil karya dari Rousseau dan Pestalozzi, yang
berkembangan pesat pada tahun 1920/1930-an pada masa kejayaan Pendidikan
Progresif.
Ciri
utama activity atau experience design:
1. struktur
kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:
·
menentukan minat dan kebutuhan peserta
didik
·
membantu para siswa memilih mana yang
paling penting dan urgen. Hal ini cukup sulit, sebab herus dapat membedakan
mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan mana yang hanya angan – angan.
Untuk itu guru perlu menguasai benar perkembangan dan karakteristik peserta
didik.
2. Struktur
kurikulum disasarkan atas minat dan kebutuhan dan minat peserta didik, maka
kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru
dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang dicapai, sumber – sumber belajar,
kegiatan belajar dan prosedur evaluasi, dirumuskan bersama siswa.
3. Desain
kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah. Di dalam proses
menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan – kesulitan
tertentu yang harus diatasi. Kesulitan –kesulitan tersebut menujukkan problem
nyata yang dihadapi peserta didik menghadapi kesulitan tersebut menunjukkan
problem nyata yang dihadapi peserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi masalah
– masalah tersebut, peserta didik
melakukan proses belajar yang nyata, sungguh –sungguh bermakna, hidup dan
relevan dengan kehidupanya.
Kelebihan
dari desain ini. Pertama, karena kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan
dan minat peserta didik, maka motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak
perlu dirangsang dari luar. Kedua, pengajar memperhatikan perbedaan individual.
Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, kegiatan –
kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk
menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Kelemahan
dari desain ini. Pertama, penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik
belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
Kehidupan dunia modern sangat kompleks, peserta didik belum tentu mampu melihat
dan merasakan kebutuhan – kebutuhan esensial. Kedua, kalau kurikulum hanya
menekankan minat dan kebutuhan peserta didik, dasar apa yang digunakan untuk
menyusun struktur kurikulum. Ketiga, dasar minat peserta didik tidak memberikan
landasan yang kuat untuk menyusun sekuens, sebab minat mudah sekali berubah
karena pengaruh perkembangan, kematangan dan faktor – faktor lingkungan.
Keempat, model desain ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa. Model
ini sulit menemukan buku – buku sumber, karena buku yang ada disusun
berdasarkan subject atau discipline design.
2.1.3
Problem centered design
Problem centered design
berpangkalan pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan
learner centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara
individual, sedangkan desain ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok
yaitu kesejahteraan masyarakat.
Konsep
pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi manusia sebagai mahluk
sosial selalu hidup bersama.
Ada
2 model variasi desain kurikulum ini, yaitu:
a. The Areas of Living Design
Model
ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur
belajar ini tujuan yang bersifat proses dan yang bersifat isi diintegrasikan.
Penguasaan informasi – informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang.
Ciri lain model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi nyata dari
peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang – bidang
kehidupan.
b. The Core Design
Mayoritas
memandang core curriculum sebagai
model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core curriculum diberikan guru –
guru yang memiliki penugasan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Disamping
memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.
BAB
III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Desain
kurikulum terdiri dari tiga pola desain kurilukm, yaitu Subject Centered Design
(pusat pada bahan ajar), Learner Centered
Design (mengutamakan peranan siswa) dan Problems
Centered Design (berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam
masyarakat).
Kelebihan dari model Subject
Centered Design adalah :
·
Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi
dan disempurnakan.
·
Para pengajarnya tidak perlu
dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering
dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Kekurangan
dari model Subject Centered Design
adalah :
· Karena
pengetahuan diberikan seacara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
· Karena
mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif.
· Pengajar
lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu dengan demikian pengajaran
lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Ada
dua ciri utama yang membedakan Laerner Centered Design dengan Subject Centered
Design, yaitu
·
Learned Centered Design mengembangkan
kurikulum dengan bertolak dari peserta didik bukan dari isi.
·
Learned Centered Design bersifat
not-preplaned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya tetapi dikembangkan
bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
Problem
centered design berpangkalan pada filsafat yang
mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan
manusia atau peserta didik secara individual, sedangkan desain ini menekankan
manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep
pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi manusia sebagai mahluk
sosial selalu hidup bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ansyar, Mohamad. (2015). Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain &
Pengembangan.
Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar