“Tak Seperti Putri Salju”
Setiap
ku toreh kisah ku dalam lembar diary ini, itu artinya masa hidupku tak lagi
panjang, semakin banyak lembaran yang terisi maka semakin habislah lembaran
yang kosong dan begitulah hidupku, persis seperti lembaran yang masih kosong,
begitu sedikit dan singkat.. aku tak ingin dimasa masa terakhir dalam hidupku
ini, aku harus membuat orang lain kecewa, aku ingin semua orang merasakan
hangatnya suasana ketika aku hadir di dalamnya.. Meski umurku tak lagi panjang,
aku meminta permintaan untuk yang terakhir kali, aku minta agar aku segera
menemukan sosok orang yang sangat menyayangi aku dalam sisa hidupku, dan aku
ingin melihatnya bahagia meski suatu saat aku harus pergi. aku mohon dengan
segala kehendakMu Tuhan… aku tak menuntut apapun, aku hanya ingin bisa
merasakan semua itu di sisa hidupku yang hanya tinggal beberapa bulan ini.
****
Malam
seusai aku berkutat dan merenung di depan diaryku aku tak buru-buru tidur,
malam begitu larut sementara aku masih terjaga diatas tempat tidurku, sambil
mataku terus menatap monitor ponsel yang begitu terang, tiba-tiba mamahku
mengagetkanku dari balik pintu kamarku yang sudah gelap.
“ Icha,
kamu belum tidur? ini udah malem banget loh Icha, besok kamu terlambat ke
sekolah…” ucap mamahku.
“ Icha
gak mau tidur mah…” ucapku sembari menyembunyikan kepalaku di tumpukan bantal.
“kenapa Icha, kamu gak liat? ini udah hampir tengah malam, dan besok… besok
kelas kamu akan ada out bond dari sekolah kan? kalo kamu gak tidur mood kamu
besok akan drop Icha.” kata mamahku.
“ KALO AKU TIDUR, AKU TAKUT
KALO ESOK AKU UDAH GAK BISA BANGUN LAGI MAHH.. mamah kok gak pernah bisa
ngertiin Icha sih mah?” ucapku sembari terus memeluk guling dan membanjirinya
dengan titik-titik air mata yang perlahan mengenai sarung bantalku.
“Icha,
kamu jangan ngomong gitu sayang… semua akan baik-baik aja, kalau begitu,
sekarang kamu tidur dan mamah akan terus ada disampingmu, jadi nanti kalau ada
malaikat maut mengajakmu pergi, mamah akan usir dia dan bilang kepadanya kalau Icha
anak mamah yang paling cantik masih memiliki banyak harapan yang belum tercapai
dan seketika pasti malaikat itu akan pergi dari sini dan menjauhimu… percaya
Icha…” ucap mamahku menenangkan.
huhhhh apapun itu sebenernya aku tak percaya,
tapi karena mataku sudah tak mampu lagi menatap langit-langit kamar, akhirnya
mataku menutup pelan dan terpejam, aku tak mengingat apapun setelah itu.
****
Pagi-pagi sekitar pukul 05.30 mamahku
menggoyang-goyang tubuhku, namun aku tak merasakan apapun, mamah khawatir
kalau-kalau aku benar tak bangun lagi saat itu, berbagai cara untuk
mengejutkanku agar terbangun sia-sia, aku begitu lelah, mataku serasa enggan
untuk membuka, namun ketika aku tersadar dan bangun aku melihat mamahku
menangis di hadapanku lalu ia memelukku begitu erat seolah ia tak mau terpisah
dariku. Aku
yang tak tau apapun hanya cengo melihat mamah yang sudah membanjiri pundakku
dengan kristal beningnya. “Mamah kenapa?” tanyaku polos.
“Mamah takut kalau kamu
benar-benar gak akan bangun lagi… hiks hiks hiks…” kata mamah terisak.
“Siapa yang gak bisa bangun?
udah jelas-jelas aku sekarang lagi ngomong didepan mamah…” jawabku sambil
tersenyum tipis.
“Mamah inget kata-kata kamu
semalem Icha…” ucapnya. Kata-kata? semalem? astaga
aku bener-bener gak inget semalem aku ngomong apa ke mamahku ini sampai-sampai
sekarang mamah nangis di hadapan aku saat ini.
“ Maafin icha, mamah kan tau
kalau icha udah drop banget, ucapan Icha suka ngelantur mah. jarum
jam sudah berhimpit diangka 7, itu tandanya aku harus cepat-cepat tancap gas ke
sekolah. “mah, Icha berangkat!!” seruku dari ruang makan.
****
Langsung
aku bergegas menggoes sepedah yang ku kendarai... Kegiatan sekolah pun
berlangsung, dan tepat pukul 04.00 sore, aku mengikuti kegiatan out bond yang
sering diadakan di sekolah.. Aku sangat menikmati kegiatan tersebut, walau
melelahkan tapi sangat menyenangkan.. Tapi, tiba-tiba ku merasa pusing sekali..
Dan keluar darah di lubang hidungku.. aku semakin tak kuasa menahan beban
tubuhku, aku seketika ambruk di tempat itu juga, samar-samar sebelum aku
benar-benar pingsan aku melihat sosok pria lalu menggendongku ke clinic.
Setelah aku sadar di sampingku sudah ada orang-orang yang begitu sayang padaku,
ada ify, dan sivia.
“Icha, kamu gak apa-apa kan?” tanya ify yang
sedari tadi memegangi tanganku.
“Engga apa-apa kok fy, aku
baik.” balasku. aku berkata seperti ini karena aku gak mau mereka khawatir.
“Icha, kamu tau gak siapa orang yang bawa kamu
ke sini?” tanya ify.
“Engga fy, emang siapa?”
tanyaku polos.
“Kakak kelas si, aku kurang
tau siapa nama nya. pokoknya cowo yang gak pernah di gosipin orang-orang sih.
Dia itu mantan mu” ucap ify “haah, aku tak percaya.” Mana mungkin.. Tapi
entahlah, aku masih ragu. Dan ku putuskan untuk pulang ke rumah. Sampai di
rumah, aku rebahan dan mencoba mengingat-ingat lagi wajah pria itu. Nihil! aku
sama sekali tak ingat!
****
Malam
harinya, dikamar kepalaku kembali sakit seakan memberontak, tubuhku lemas dan
aku sangat ingin merasa terbaring di tempat tidurku, namun aku kembali takut
akan maut ku. aku takut kalau aku akan meninggalkan semuanya.
BLIPPPP…BLIPPP… ponselku berdering sebuah
pesan dari nomor tak dikenal mendarat di screen ku. aku tak semangat untuk
membukanya namun ketika aku membaca kata demi katanya aku tersentuh…
“Hay Icha… selamat malam, jam
segini udah tidur ya?”
From : Faitur.
Aku dengan semangat langsung mereply pesan
itu. dan terjadi beberapa percakapan. Dan dia pun menelpon sampai aku terdiam
malam itu karena aku udah ngantuk, dan terbaring indah di atas tempat tidur.
Dan saat itu kak Faitur mematikan telfonnya. *phone off* aku terdiam malam itu
karena aku udah ngantuk, dan terbaring indah di atas tempat tidur. dan saat itu
kak Faitur mematikan telfonnya.
Esok harinya, aku terbangun
pagi buta. Aku siap-siap untuk berangkat ke sekolah. yap! aku semakin
bersemangat untuk pergi ke sekolah, apalagi untuk bertemu kak Faitur.
****
Hari
demi hari kita semakin dekat, tapi suatu hari aku harus di rawat untuk
transfusi darah karena penyakit ku, ya.. anemia! penyakit yang membuat ku takut
dengan tidur. Saat
semua teman ku menjenguk ku, kak Faitur pun ikut menjenguk ku.. Dia mengenggam tanganku,
memberikan support kepadaku, aku sangat merasa nyaman di dekatnya, tapi
tiba-tiba seorang cewe mungil tersebut datang dan mencaci-maki aku.. Saat ada kak Lia dateng,
pikiranku langsung tersentak, aku gak tau harus berbuat apa, rasanya jalanku
untuk bisa bersama kak Faitur bener-bener udah usai dan gak akan bisa seperti
hari-hari lalu lagi.
Dan ternyata kak Faitur sudah mempunyai
kekasih.. Rasa nya kepala ku sangat sakit, di selingi isak tangis yang mengalir
di pipi.
“Kamu kenapa Icha?” tanya
Faitur. “Pusing
kak…” ucapku. dengan rasa cemas ia menggenggam tangan ku erat, aku merasakan
semuanya, aku mendengar isakan tangisnya, aku tau seberapa cepat jantungnya
berdebar, aku tau seberapa khawatirnya ia melihatku seperti ini, tiba tiba aku
kembali melihat setitik cahaya yang dulu kecil, sekarang berubah menjadi sebuah
lingkaran 3 dimensi yang penuh asap wangi disekelilingnya, mungkinkah ini
surga? begitu dekat? apa mungkin ini saatnya? saat aku harus meninggalkan
semuanya? aku menangis dalam alam bawah sadarku, dan air mataku keluar di alam
sadar.
****
Aku
merasa seseorang menghapus semua lukaku, mungkin itu Faitur, kenapa aku tak
bisa terbangun? mengapa mata ini sulit untuk membuka? apa jalanku sudah usai?
apa aku sudah jauh dari dunia nyata? apa aku sudah ada di surga? beberapa menit
akhirnya aku tersadar aku tersenyum melihat semua orang disekelilingku, ada
ify, sivia, mamah, papah dan juga Faitur, satu persatu dari mereka mnggenggam
tanganku. “Icha sayang kalian semua, dan kamu Faitur” ucapku. setelah aku
mengucapkan kata itu, aku merasa sekujur tubuhku dingin dan bergetar, aku tak
lagi merasakan sakit, justru yang aku rasakan itu adalah damai… dan semua orang
menangis akan kepergian Icha. Icha pergi dengan kata terakhirnya “Icha sayang
kalian semua, dan kamu Faitur. ”
Ciuman hangat Faitur mendarat
tepat di bibir Icha yang dingin membeku itu. “maafin aku Icha, aku lancang udah
cium kamu, aku tau kisah ini tak seindah putri salju yang ketika aku menciumu
lalu kau dapat terbangun kembali, namun kita hanyalah manusia biasa, maka
biarlah aku mendaratkan ciuman tadi pada ragamu yang sudah tak bernyawa ini
Icha, i’m always love you… Kamu akan tetap jadi little
princessku untuk selamanya…” ucap Faitur tetap dengan gaya calmnya. Dan
dilihatnya raga Icha yang sudah tak bernyawa itu tersenyum, senyuman itu adalah
senyuman terakhir bagi Faitur..
________The End________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar