BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki peran yang
baku untuk mengatur penggunanya. Setiap pengguna bahasa harus patuh dan taat
pada sistem tersebut. Dengan demikian akan terjadi keteraturan dalam penggunaan
bahasa.
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktivitas komunikasi
sehari-hari masih terdapat banyak problematika terutama yang berkaitan dengan
tata bahasa. Para pengguna bahasa kerap mengabaikan aturan baku dalam
penggunaan tata bahasa sehingga terjadi ketidakteraturan. Ketidakteraturan ini
menimbulkan kesalahan dalam praktik berbahasa, mulai dari upaya memahami ujaran
orang lain hingga kemampuan untuk mengutarakan gagasan oleh sang penutur.
Sebagai seorang makhluk sosial yang menggunakan bahasa
sebagai media untuk berkomunikasi sudah seharusnya kita memahami dan menguasai
tata bahasa secara komprehensif agar tercipta praktik komunikasi yang baik.
Sintaksis sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari tata kalimat
memiliki peran yang penting dalam upaya membangun konstruksi kemampuan
berbahasa seorang pengguna bahasa. Oleh sebab itu, menjadi sebuah keharusan
bagi kita, sebagai pengguna bahasa untuk mempelajari dan memahami sintaksis
secara komprehensif.
1.2
Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menjelaskan konsep dasar sintaksis.
b. Mendeskripsikan satuan gramatik dalam sintaksis.
c. Menguraikan hasil analisis mengenai frasa.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang
akan diurai dalam makalah ini meliputi:
a. Bagaimana konsep dasar sintaksis?
b. Apa saja satuan gramatik dalam sintaksis?
c. Apa pengertian, tipe, dan jenis frasa?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Sintaksis
Sintaksis
adalah cabang linguistik tentang
susunan kalimat dan bagiannya atau disebut juga sebagai ilmu tata kalimat.
Sintaksis memiliki peran vital dalam tata bahasa karena menjadi landasan bagi
pengguna untuk menyusun konsep guna mengutarakan gagasannya baik secara lisan
maupun tulis.
Secara umum struktur sintaksis itu
terdiri dari susunan subjek (s), predikat (p), objek (o), dan keterangan yang
disebut sebagai fungsi sintaksis. Sedangkan yang terdiri dari nomina, verba,
ajektiva, dan numeralia merupakan kategori sintaksis. Lalu, jika terdiri dari
pelaku, penderita, dan penerima merupakan peran sintaksis.
a. Fungsi
Sintaksis
Fungsi sintaksis terdiri atas unsur-unsur S,P,O, dan K. amatilah contoh
berikut.
“Nenek melirik kakek pagi tadi”
Susunan kalimat diatas yaitu
nenek sebagai subjek yang aktif. Melirik sebagai predikat. Kakek sebagai
penderita (objek) yang pasif. Pagi tadi sebagai keterangan waktu.
b. Kategori
Sintaksis
Kategori sintaksis terdiri atas nomina, verba, ajektiva,
dan numeralia. Dengan memperhatikan contoh yang terdapat diatas, maka dapat
dinyatakan bahwa kata nenek berkategori nomina, sedangkan kata melirik
berkategori verba. Lalu, kata kakek dan pagi tadi sama-sama berkategori nomina.
c. Peran
Sintaksis
Peran sintaksis terdiri atas pelaku, penderita, penerima. Berdasarkan
contoh sebelumnya, maka kata nenek berperan sebagai pelaku (agentif). Lalu,
kata melirik memiliki peran aktif, kakek sebagai sasaran, dan tadi pagi sebagai
peran waktu.
Dalam suatu
kalimat ataupuun wacana, keempat fungsi itu tidak harus selalu harus ada dalam
setiap struktur sintaksis. Namun, jika fungsi S dan P terdapat dalam suatu
kalimat, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai struktur kalimat. Oleh
karena itu, perlu di ingat bahwa suatu kalimat apabila tidak ditemukan fungsi
subjek dan predikat, maka belum dapat disebut sebagai sebuah struktur
sintaksis.
Perhatikan
kalimat berikut ini!
(1)
rambutan
ayah belum memerah
(2)
nenek
membersihkan dapur
Verba merah
merupakan verba intransitif. Verba intransitif yaitu verba yang tidak
memerlukan munculnya suatu objek. Sedangkan verba membersihkan pada kalimat (2)
adalah verba transitif, yang memang diharuskan munculnya sebuah objek.
Namun, dalam
bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif yang objeknya tidak perlu ada.
Perhatikan contoh berikut.
(1)
pembantu itu
sedang mengepel
(2)
pembalap itu
sangat mengecewakan
Verba pada kalimat (1) merupakan
sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang pembantu yaitu mengepel rumah
seorang majikan. Sedangkan verba pada kalimat (2) menyatakan bahwa pelakunya
atau orang yang mengalaminya adalah orang pertama, saya atau orang pada
umumnya. Suatu fungsi sintaksis menyatakan hadir tidaknya tergantung pada
konteks.
2.2
Satuan Gramatik dalam Sintaksis
Satuan gramatik atau
disingkat satuan saja adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti
leksikal maupun arti gramatikal (Ramlan, 2001:27). Satuan gramatik dalam
bahasa mencakup; morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Meski
begitu, yang menjadi objek kajian sintaksis hanyalah frasa, klausa, dan
kalimat. Sedangkan morfem dan kata merupakan objek kajian morfologi.
a. Frase
Frase adalah gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan
kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-subjek), atau frase lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Contoh: buku merah, rumah
besar, dll.
b. Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis
berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai
predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai
keterangan.
Klausa juga berpotensi menjadi
kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu
subjek dan predikat. Klausa belum bisa disebut kalimat karena belum memiliki
intonasi final. Contoh: kondisinya sudah membaik.
c. Kalimat
Kalimat adalah susunan sintaksis
yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Contoh:
Paman Benyamin akan berkunjung ke Lampung bulan depan.
2.3
Analisis Frasa
Frase
adalah gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-subjek), atau frase lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Frasa memiliki ciri-ciri berupa: (1) frasa terdiri atas minimal
dua kata atau lebih, (2) memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat, (3) bersifat
nonpredikatif.
2.3.1
Jenis Frasa
Berdasarkan kategori unsur-unsurnya, frasa dibedakan menjadi:
a. Frasa Endosentris
Frasa endosentris
adalah frasa yang salah satu unsur
atau keduanya merupakan unsur inti atau pusat. Frasa endosentris juga diartikan
sebagai frasa yang mempunyai distribusi sama dengan unsurnya, baik semua
unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan dalam Putrayasa,2006).
Contoh:
-
Dua orang mahasiswa
sedang membaca buku.
-
Dua orang – sedang
membaca buku.
-
- Mahasiswa sedang
membaca buku.
Frasa endosentris itu sendiri masih terbagi lagi ke
dalam tiga bagian, yaitu:
1) Frasa endosentris yang memiliki hubungan koordinatif
Hubungan koordinatif
adalah hubungan yang menyatakan bahwa konstituen-konstituen (unsur-unsur)
pembentuk satuan yang lebih besar memiliki kedudukan yang setara (keduanya
merupakan unsur inti). Hubungan koordinatif yang lazim ditemukan dalam
konstruksi frase adalah hubungan yang bersifat penambahan dan pemilihan.
Contoh:
-
Ibu dan bapak
-
Membaca dan menulis
-
Suami atau istri
2) Frasa endosentris yang memiliki hubungan atributif
Frasa golongan ini
memiliki unsur-unsur yang tidak setara (salah satu berupa unsur inti lainnya
unsur tambahan). Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan
kata penghubung “dan” atau “atau”.
Contoh:
-
Istri muda
-
Buku baru
-
Sekolah inpress
3) Frasa endosentris yang memiliki hubungan apositif
Hubungan apositif adalah
hubungan yang menjelaskan sekaligus dapat berperan sebagai pengganti bagian
yang dijelaskan (keduanya merupakan unsur inti tetapi saling menjelaskan).
Contoh:
-
Yogya, kota pelajar.
-
Walikota
Bandarlampung, Herman H.N.
b. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi sama
dengan frasanya (Ramlan dalam Putrayasa, 2006). Frasa eksosentris tidak
memiliki unsur pusat sebagaimana frasa endosentris. Contoh: di taman kota.
Dalam frasa tersebut tidak terdapat distribusi yang sama. Ketidaksamaan
distribusi itu dapat dilihat pada uraian berikut:
-
Mereka membaca buku di taman kota.
-
Mereka membaca buku di. (tidak gramatikal)
-
Mereka membaca buku taman kota. (tidak gramatikal)
2.3.2
Perluasan Frasa
Perluasan frasa adalah pemberian komponen baru sesuai dengan konsep atau
pengertian yang akan ditampilkan. Faktor yang mempengaruhi perluasan frasa
yaitu:
a.
Faktor Induktif
Merupakan rangkaian frase yang diawali dari kata umum
ke khusus.
Contoh:
Mobil
Mobil sedan
Mobil sedan berwarna biru
Mobil sedan berwarna biru yang masih baru
b.
Faktor Produktif
Terdiri atas kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah,
ingkar, dan pembatas.
Contoh:
-
Mereka tidak jadi berangkat (ingkar)
-
Ibu akan segera datang (kala)
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Sintaksis
adalah cabang linguistik tentang
susunan kalimat dan bagiannya atau disebut juga sebagai ilmu tata kalimat.
Sintaksis memiliki peran vital dalam tata bahasa karena menjadi landasan bagi
pengguna untuk menyusun konsep guna mengutarakan gagasannya baik secara lisan
maupun tulis.
Kajian
sintaksis mencakup frasa, klausa, dan kalimat. Frasa diartikan sebagai gabungan
kata yang bersifat nonpredikatof dan menduduki satu fungsi sintaksis dalam
kalimat. Berdasarkan kategori unsur-unsurnya, frasa dibagi menjadi dua yaitu
(1) frasa endosentris dan (2) frasa eksosentris.
Frasa dapat diperluas
dengan menggunakan dua teknik yaitu (1) induktif yaitu memberikan komponen baru
berupa kata khusus dari unsur utama frasa yang berupa kata umum dan (2)
produktif yaitu berupa penambahan unsur modalitas, ingkaran, dan kala.
3.2
Saran
Dalam mempelajari tata bahasa, perlu dilakukan secara cermat
karena terdapat banyak pengelompokan jenis satuan bahasa. Untuk itu, saran yang
dapat penulis berikan kepada pembaca adalah:
a.
Cermati setiap
jenis satuan bahasa sehingga dapat membedakan masing-masing satuan dengan
akurat.
b.
Mengaplikasikan
teori tata bahasa ke dalam kehidupan sehari-hari agar penggunaan tata bahasa
yang benar menjadi lebih bermakna dan melekat.
DAFTAR PUSTAKA
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Analisis Kalimat.
Singaraja. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar