Prinsip-Prinsip (Maksim)
Kesantunan Berbahasa
A.
Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesantunan merupakan kehalusan dan
baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Dengan demikian, konsep kesantunan
berkaitan dengan dua hal, yakni pada bahasa dan perilaku seseorang.
a.
Pada aspek bahasa, kesantunan tampak pada pilihan
kata, nada, intonasi, dan struktur kalimatnya.
b.
Pada tingkah laku, kesantunan dapat dilihat pada
ekspresi, sikap, dan gerak-gerik tubuh lainnya.
Kesantunan juga dapat diartikan sebagai cara berbahasa dengan tujuan
mendekatkan jarak sosial antara para penuturnya dalam peran mereka yang
berbeda-beda. Dalam kesantunan, ada sikap saling menghargai. Selain itu, ada
pula yang mengartikan kesantunan sebagai upaya untuk mewujudkan,
mempertahankan, serta menyelamatkan harga diri dan kehormatan mitra bicara selama
berlangsungnya suatu percakapan dalam suatu masyarakat tutur.
B.
Indikator Kesantunan
Indikator pembentuk kesantunan berbahasa dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Etika atau kaidah bahasa
Etika berbahasa antara lain mengatur hal-hal berikut.
a.
Apa yang harus kita katakana kepada seseorang
dalam waktu dan keadaan tertentu?
b.
Ragam bahasa apa yang paling sesuai kita
gunakan?
c.
Kapan dan bagaimana kita bergantian berbicara
serta menyela pembicaraan orang lain?
d.
Kapan kita harus diam?
e.
Bagaimana kualitas suar adan sikap kita selama
berbicara?
2.
Norma sosial
3.
Sistem budaya
Kesantunan juga
dipengaruhi oleh konteks serta peran yang terlibat dalam komunikasi itu
sendiri.
a.
Konteks berkaitan dengan tempat, waktu, atau
suasana yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi.
b.
Peran berkaitan dengan usia, kedudukan, atau
status sosial dari penutur dan mitra tutur selama berlangsungnya proses
komunikasi.
Kesantunan tidak
berarti harus membelah, baik penutur maupun mitra tuturnya harus memiliki sikap
bekerja sama dengan memenuhi prinsip-prinsip (maksim) berikut.
1.
Maksim kualitas
Maksim ini menuntut peserta percakapan untuk mengatakan hal
yang sebenarnya. Sebagai contoh, kalau mitra tutur meminta penjelasan tentang
keadaan kesehatan temannya, kita harus
memberikan informasi tersebut secara akurat dan tidak dibuat-buat kalau memang
tidak tahu.
2.
Maksim kuantitas
Maksim ini menuntut penutur untuk memberikan kontribusi yang
secukupnya kepada mitra tuturnya.
Contoh:
a.
Abang saya yang laki-laki sudah bekerja.
b.
Abang saya sudah bekerja.
Di dalam kalimat (a)
kata abang sudah mencakup makna `laki-laki’ sehingga kata laki-laki dalam
kalimat tersebut memberikan kontribusi berlebih.
3.
Maksim relevansi
Maksim ini menuntut peserta percakapan untuk memberikan
kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan.
Contoh:
a.
A: Kamu mau makan apa?
B: Nasi goring.
b.
A: Kamu mau makan apa?
B: saya sudah makan.
Di dalam percakapan
(a) kitta dapat melihat bahwa B sudah mengungkapkan jawaban yang relevan atas
pertanyaan A. Sebaliknya, jawaban yang tidak relevan terlihat di dalam
percakapan (b).
4.
Maksim cara
Maksim ini menuntut setiap peserta percakapan harus berbicara
langsung dan lugas serta tidak berleebihan.
Contoh:
a.
A: Mau yang mana, music pop atau rok?
B: Yang pop saja. Lebih santai didengar.
b.
E: Mau yang mana, music pop atau rok?
F: Sebetulnya music pop
enak karena santai didengar. Tapi music rok dapat membangkitkan semangat.
E: Jadi, kamu pilih
yang mana?
Di dalam kedua
penggalan percakapan di atas, kita dapat melihat bahwa jawaban B adalah jawaban
yang lugas dan tidak berlebih. Pelanggaran terhadap maksim cara dapat dilihat
dari jawaban F.
Kesantunan dalam berkomunikasi berkaitan dengan tiga unsure berikut.
1.
Tindak lokusi, berupa ujaran yang dihasilkan
oleh seorang penutur. Hal ini tampak pada pilihan kata atau struktur kalimatnya.
Contoh: Masih ada makanan?
2.
Tindak ilokusi, berupa maksud yang terdapat
dalam ujaran. Suatu maksud dapat disampaikan dalam pilihan kata ataupun
struktur kalimat yang tidak sama.
Contoh: Mau diberi makan.
3.
Tindak perlokusi, berupa efek yang ditimbulkan
oleh ujaran.
Contoh: Kasihan, menyiapkan makanan.
C.
Aspek-Aspek Kesantunan Berbahasa
Selain tampak pada penggunaan kata tertentu atau penggunaan kata sapaan,
ciri kesantunan berbahsa dapat dilihat pada jenis kalimat dan strukturnya.
1.
Jenis Kalimat
Kalimat berita dan kalimat tanya dipandang lebih santun
daripada kalimat perintah.
Contoh:
a.
Perut saya sudah semakin keroncongan. (Kalimat
berita)
b.
Bagaimana, sudah siap makanannya? (Kalimat
tanya)
c.
Saya minta makan. (Kalimat perintah)
Ketiga kalimat
tersebut sama-sama mengutarakan maksud ingin makan. Akan tetapi, dengan cara
pengungkapan yang berbeda, derajad kesantunannya pun berbeda pula.
2.
Struktur Kalimat
Kalimat yang berstruktur lebih lengkap akan menyebabkan lebih
santun daripada kalimat yang strukturnya pendek.
Contoh:
Santun
|
Tidak Santun
|
Kakak mau makan sekarang?
Kalau sudah siap, boleh juga.
|
Kakak mau makan sekarang?
Ya.
|
Bagaimana keadaan Ibu di rumah?
Alhamdulillah, baik. Berkat doa kalian.
|
Bagaimana keadaan Ibu di rumah?
Sehat.
|
Kesantunan tidak hanya ditentukan oleh unsure-unsur
kebahasaan, tetapi juga oleh konteks berkomunikasi atau faktor-faktor
nonkebahasaan, seperti mitra tutur, tempat, waktu, dan topic pembicaraan.
a.
Mitra Tutur
Usia dan statu sosial merupakan beberapa factor yang turut
berpengaruh pada kesantunan berbahasa. Bertutur kepada usianya lebih tua harus
lebih santun daripada bertutur kepada orang yang usianya lebih muda.
Contoh :
Keadaan Mitra Bicara
|
Contoh Tuturan
|
||
Usia
|
Tua
|
Bapak mau ke mana?
|
|
Muda
|
Kamu mau ke mana?
|
||
Status Sosial
|
Tokoh
|
Kapan Ibu bisa datang ke rumah saya?
|
|
Rakyat Biasa
|
Bisa datang ke rumah saya nanti?
|
b.
Tempat
Kita harus lebih santun sekalipun terhadap Adik, misalnya
kita harus dapat berbahasa lebih santun ditempat-tempat tersebut dibandingkan
dengan ketika dirumah.
Mitra Tutur
|
Tempat
|
Tuturan
|
Adik
|
Rumah
|
Ada kamus? Pinjamlah.
|
Sekolah
|
Kakak pinjam kamus, ya, De.
|
|
Teman
|
Di jalan
|
Kamu ternyata pintar ngeles, ya?
|
Rpat OSIS
|
Sebaiknya kita tidak mencari pembenaran
pembenaran dalam berpendapat.
|
c.
Waktu
Waktu atau situasi sering menuntut
perbedaan keragaman berbahasa pada pihak pihak yang terlibat didalamnya.
Walaupun tempat dan mitra tuturnya sama, situasinya dapat berbeda dan hal
tersebut berpengaruh pada cara kita berbahasa.
d.
Topik Pembicaraan
Beragam topic mungkin muncul dalam
berbagai peristiwa interaksi sosial, misalnya tentang persahabatan, hiburan,
kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, dan keagamaan. Semua yang berkaitan tentang
dunia hiburan berbeda dengan gaya bicara kita pada saat topic keagamaan, hal
itu harus disesuaikan pada tempatnya masing masing.
4.
Strategi Berbahasa Santun
Berbahasa
santun sangat penting dalam rangka tercapainya tujuan komunikasai atau
interaksi sosial, Untuk itu beragam cara dapat dilakukan, diantaranya dengan
memperhatikan skala atau ingkat kesantunan berikut.
a. Skala Untung Rugi (cost benefit scale)
Skala pembicaraan yang
semakin merugikan penutur akan semakin santnn tuturan tersebut. Sebaliknya.
1.
Tuturan yang merugikan penutur ditandai dengan
penggunaan kata kata yang membesarkan mitra tutur atau memuji orang lain.
Contoh, dengan penggunaan kata ganti bos, juragan, dan sejenisnya untuk mitra
tutur. Namun, dalam konteks komunikasi, cara seperti itu merupakan suatu bentuk
kesantunan berbahasa.
2.
Tuturan yang menguntungkan penutur ditandai oleh
penggunaan kata kata yang menempatkan status mitar tutur berada dalam posisi
lebih rendah. Contoh, digunakan kata ganti kamu dan kta kata lainnya yang
bernada merendahkan mitra tutur.
Berdasarkan
hal tersebut, satu prinsip ang harus diperhatikan dalam menciptakan kesantunan
berbhasa adalah memberikan keuntungan pada mitra tutur (tact maxim, maxim
kebijaksanaan).
b. Skala Pilihan (optionality scale)
Semakin banyak pilihan keputusan ynag diberikan penutur
kepada mitra tuturnya, dianggap semakin santun bahasanya. Sebaliknya.
Memberiakn banyak pilihan (santun)
|
Tidak memberikan banyak pilihan (tidak
santun)
|
1 Mau bayar sekarang atau besok?
|
Utang itu harus dibyar sekarang!
|
2 Terserah Ibu, mau ikut alhamdullillah,
tdak pun tidak apa-apa.
|
Ibu harus ikut supaya saya tidak
sendirian di jalan.
|
3 Mau yang mana: yang merah atau yang
ungu bajunya?
|
Pilih yang ungu saja karena pas
ukurannya.
|
c. Skala Tidak Langsung (idirectness scale)
Semakin langsung atau terbuka suatu maksud disampaikan,
semakin tidak santun tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak langsung, tuturan
itu dianggap semakin santun.
Tidak langsung (santun)
|
Langsung ( Tidak santun)
|
1 Waduh, sepertinya perut sudah kriuk- kriuk.
|
1 Minta makan dong!
|
2 Maaf, Adik sudah punya teman belum?
|
2 Mau’ kan jadi pacar saya?
|
3 Rumah ini tidak ada WC nya, ya?
|
3 Rumah ini jelek sekali.
|
d. Skala keakraban (authority scale)
Semakin akrab hubungan sosial antara pentur dengan mitar tuurnya,
bahsa yang digunakan cenderung kasar. Sebaliknya, semakin jauh hubungan
sosialnya, bahasa yang digunakan
cenderung lebih santun.
Akrab (Tidak Santun)
|
TIDAK Akrab ( santun)
|
1 Hai, mau kemana?
|
1 Maaf, bapak mau kemana?
|
2 Jadi, ini rumah kamu?
|
2 Rumah kakak yang ini?
|
3 Kamu yang ketuanya, mau kan?
|
3 Bila tidak keberatan, bagaimana kalau
anda jadi ketuanya?
|
Berdasarkan contoh tesebut. Kesantunan berbahasa tampak pada penggunaan
kata-katanya, seperti penggunaan kata tolong dan maaf.
1)
Gunakan kata”tolong” untuk meminta bantuan
kepada orang lain.
2)
Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang
menyinggung orang lain.
3)
Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang
ketiga yang dihormati.
Pilihan-pilihan tersebut tidak
lepas dari maksud untuk tidak meremehkan mitra tutur sehingga ia pun menjadi
senang. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan,yakni :
1)
Tidak memerlukan mitra tutur sebagai orang yang
merasa diatur.
2)
Tidak mengatakan hal-hal yang kurang baik
mengenai orang lain.
3)
Tidak menunjukkan rasa senang atas derita atau
kemarahan mitra tutur.
4)
Tidak mengeluarkan kta-kata yang bisa
menjatuhkan harga diri mitra tutur.
5)
Tidak memuji, membanggakan secara berlebihan.
Ø
Strategi kesantunan juga dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a)
Memberikan besarnya perhatian kepada mitra tutur
pada presentasi
Contoh: Wah,cantik sekali. Baru potong rambut ya?”
b)
Mengintensifkan perhatian mitra tutur dengan
mendramatisasi peristiwa
Contoh: “saya turun tangga dan kamu tahu apa yang aku lihat?
Semua berantakan.”
c)
Menggunakan penanda identitas kelompok dan mitra
tutur
Contoh: “ bagaimana, Sam? Jadi ikut tidak?”
d)
Menyatakan persetujuan denagn topik yang umum
yang sama-sama dirasakan
Contoh: “panasnya hari ini bukan main ya?”
e)
Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura
setuju
Contoh: A:”Kamu tidak menyukai dia ya?”
B:” ya,
disatu sisi.”
f)
Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai
kesamaan melalui basa basi
Contoh: “gimana, kemarin kamu nonton tinju kan?”
g)
Menggunakan lelucon
Contoh:”motormu yang sudah butut sebaiknya untuk aku saja.”
h)
menyatakan
paham akan keinginan mitra tutur
contoh:” aku tahu
kamu tidak menyukai pesta, tapi yang ini sangat luar biasa. datang ya?
i)
menunjukkan
keoptimisan
contoh:” tidak
masalah. semua ini akan dapat diatasi dengan baik.”
j)
memberikan
tawaran atau janji
contoh:” aku pasti
akan mengirimkannya minggu depan. jangan khawatir!”
k)
melibatkan
mitra tutur dalam suatu aktivitas
contoh:”
sebaiknya, kita beristirahat sebentar.”
l)
memberikan
pertanyaan atau meminta alasan
contoh:” mengapa
kamu tidak jadi datang kerumahku?”
m)
menyatakan
hubungan secara timbal balik
contoh:” aku akan
menyelesaikan ini untukmu, kalau kamu mau membuatkan aku masakan yang enak.”
n)
memberikan
hadiah kepada pendengar.
strategi
kesantunan bagian terakhir (N) merupakan strategi berwujud nonverbal. adapun
sikap yang dapat menimbulkan tidak santun sebagai berikut.
a)
penutur
menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur dengan kata-kata kasar.
b)
penutur
didorong emosi yang berlebihan ketika bertutur.
c)
penutur
protektif terhadap pendapatnya dengan maksud agar mitra tutur tidak dipercaya
oleh pihak lain.
d)
penutur
memojokkan mitra tuturnya sehingga tidak berdaya.
penutur menyampaikan tuduhan dan k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar