TUNAS
BANGSA DI HAMPARAN KEBUN TEBU
Karya
Asep Perdiansyah
Embun pagi berkilau seperti berlian,
hamparan kebun tebu nan hijau yang sangat menyejukkan mata, sang surya
menampakkan cahaya berwarna kuning menghangatkan tubuh ini yang diselimuti
kabut putih yang tebal. Farrel begitulah teman-teman sekolah memanggilku,
dengan penuh semangat ia melangkahkan kaki melewati hamparan kebun tebu untuk
menuju ke sekolah. Farrel mempunyai cita-cita sebagai seorang dokter. Mengapa
ia ingin menjadi seorang dokter cita-cita ini bermula dari pengalaman
kehidupannya yang sangat pahit. Farrel hidup sangat susah ayahnya telah
meninggal dunia waktu ia masih usia 5 tahun, ayahnya meninggal dunia karena
serangan jantung. Farrel hidup berdua dengan ibunya setelah ayah yang ia cintai
tiada. Ketika ia berumur 5 tahun ayahnya tiba-tiba terkena serangan jantung
nyawa ayahnya tidak dapat tertolong karena untuk menuju ke rumah sakit butuh
waktu dan jarak tempuh yang lama sehingga di tengah perjalanan beliau
mengembuskan nafas terakhir. Andai saja waktu itu jarak rumah sakit dari
rumahnya dekat ayahnya mungkin dapat tertolong karena segera dapat perawatan
dari dokter. Tetapi kita tidak dapat mengetahui takdir yang telah ditetapkan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu ia bercita-cita menjadi seorang
dokter untuk menolong orang-orang yang sedang sakit. Ia tidak ingin pengalaman buruknya
terjadi oleh orang lain. Tiara adalah nama ibunya ia adalah pelita yang selalu
menerangi dalam kehidupannya. Ia bekerja sebagai buruh tebang di perusahaan
perkebunan tebu.
Dengan
penuh semangat Farrel menuju ke sekolah bersama teman-temannya. Ia mempunyai
teman dekat namanya Ferdi, Alvaro, dan Yoni. Mereka mempunyai cita-cita yang
berbeda Ferdi bercita-cita sebagai tentara, Alvaro bercita-cita sebagai Pilot,
dan Yoni bercita-cita sebagai Master Chef terkenal. Mereka terlahir dengan
keluarga yang masih utuh dan dari keluarga yang mampu sedangkan Farrel hanyalah
tunas yang tumbuh tanpa pupuk dan air dipenuhi dengan rumput liar. Ia anak
orang tidak mampu dia hidup sebatang kara ayahnya telah tiada ia hanya hidup
berdua dengan seorang ibu yang penuh kasih sayang selalu menemaninya. Farrel
selalu bermimpi kelak ia akan menjadi seorang dokter yang sukses tetapi itu
hanya mimpi ia hanya anak buruh tebang harian di perkebunan tebu mana mungkin
mempunyai biaya kuliah untuk dapat mengenyam bangku pendidikan kuliah di
Fakultas Kedokteran jangankan untuk biaya kuliah kedokteran yang ratusan juta
untuk makan sehari-hari saja harus berjuang keras. Tetapi bukan Farrel jika
tidak semangat dan optimis dalam menggapai cita-citanya. Ia selalu rajin dan
semangat dalam belajar di sekolah ia juga tidak pernah lupa untuk menjalankan
ibadah dan selalu berdoa untuk ayahnya yang telah tiada dan ibunya yang sangat
dicintai.
Farrel
kini telah tumbuh menjadi anak yang dewasa ia kini duduk di bangku sekolah
kelas 3 SMA. Hari itu pun telah tiba, hati Farrel berdebar-debar dengan sangat
kencang karena hari ini adalah hari pengumuman kelulusan di sekolah. Farrel
sangat bahagia karena lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia mendapatkan
nilai UN tertinggi di sekolahnya. Ada berita yang sangat membahagiakan karena
ia mendapatkan nilai tertinggi Farrel mendapatkan beasiswa kuliah kedokteran
Universitas Indonesia. Farrel merupakan mahasiswa kedokteran termuda karena ia
waktu SMA masuk kelas akselerasi walaupun termuda ia anak yang sangat cerdas.
Farrel sangat bersemangat dalam menuntut ilmu di kampus. Ia ingin sekali
mewujudkan cita-citanya sebagai seorang dokter. Beberapa tahun kemudian akhirya
dia lulus sebagai S1 Kedokteran Universitas Indonesia. Ia kini telah menjadi
seorang dokter cita-cita yang dulu hanyalah sebuah mimpi kini menjadi
kenyataan. Farrel mengabdikan dirinya sebagai tenaga medis di daerah-daerah
terpencil, daerah yang sangat sulit untuk mendapatkan akses kesehatan yang
memadai. Ia juga telah mendirikan beberapa rumah sakit di daerah-daerah
terpelosok negeri ini. Farrel menjadi dokter yang sukses, ia membatu masyarakat
yang membutuhkan dengan sepenuh hati, warga yang sakit dapat memperoleh
pelayanan kesehatan dengan gratis tanpa dipungut bayaran sedikit pun. Tidak ada
yang tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha pasti bisa dan jangan
lupa juga disertai dengan doa, gapailah cita-citamu setinggi mungkin, orang yang
baik adalah orang yang dapat memberikan manfaat bagi sesama.
Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar