KELAS KATA TUGAS
(PREPOSISI, KONJUNGSI,
INTERJEKSI, ARTIKULA, DAN PARTIKEL PENEGASAN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah
bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu
antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami
poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia” dan pada Undang-Undang Dasar 1945 kita yang di dalamnya tercantum
pasal khusus yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
Bahasa Indonesia yang
amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau,
takluk pada hukum perubahan. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut
pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa
yang beraneka ragam itu disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi
teras dan inti sari bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan
kata, dan tata makna umumnya sama.
Ragam bahasa menurut
sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada
asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, pemilihannya bergantung
pada sikap penutur terhadap orang yang diajak bicara atau terhadap pembacanya.
Perbedaan berbagai ragam bahasa itu tercermin dalam kosa kata dan tata bahasa.
Ragam bahasa dibedakan
menjadi dua, ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Di dalam ragam bahasa
tulis kita mengenal yang namanya tata bahasa. Kajian tata bahasa membahas dua
aspek, yaitu aspek morfologi dan sintaksis. Morfologi atau ilmu bentuk kata
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang
membahas tentang kalimat. Dalam kajian sintaksis salah satu materi yang dibahas
mengenai kelas kata.
Kelas kata adalah
golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan
makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar
dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa haruslah mengetahui
jenis-jenis kelas kata. Kelas kata dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi
beberapa jenis, yakni verba, adjektiva, adverbial, dan nomina. Di samping kelas
kata itu ada kelas kata yang lain yang mempunyai ciri khusus, yakni kata tugas.
1.2
Tujuan
Makalah
ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut.
1.Mendeskripsikan
batasan dan ciri kata tugas;
2. Mendeskripsikan
klasifikasi kata tugas;
3. Mendeskripsikan
pengertian masing-masing kata tugas;
4. Mendeskripsikan
penggunaan atau pemakaian kata tugas.
1.3
Rumusan
Masalah
Makalah
ini dibuat dengan perumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
batasan dan ciri kata tugas;
2. Bagaimanakah
klasifikasi kata tugas;
3. Bagaimanakah
pengertian masing-masing kata tugas;
4. Bagaimanakah
contoh penggunaan atau pemakaian kata tugas.
BAB
2 KELAS KATA TUGAS
(PREPOSISI,
KONJUNGSI, INTERJEKSI, ARTIKULA, DAN PARTIKEL PENEGASAN)
2.1 Batasan dan Ciri
Kata Tugas
Kata
tugas hanya memunyai arti gramatikal
dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh
kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase
atau kalimat. Jika pada nomina seperti buku
kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri-benda yang
terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan-, untuk kata tugas kita tidak
dapat berbuat yang sama. Kata tugas seperti danatau
ke baru akan memunyai arti apabila
dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu dan ke pasar
(Alwi, 2003: 287).
Ciri
lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar
untuk membentuk kata lain. Jika verba datang
kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi,
mendatangkan, dan kedatangan,
tidak demikian halnya dengan kata tugas seperti dan dan dari.
Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan
menyampaikan tidak diturunkan dari
kata tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang bentuknya sama, tetapi kategorinya berbeda (Alwi, 2003:
287).
Berlainan
dengan kelas verba, adjektiva, adverbia, dan nomina yang merupakan kelas kata
terbuka, kelas kata tugas merupakan kelas kata tertutup. Dalam kelas kata
terbuka kita dengan mudah menambah kata dan menerima unsur bahasa lain sebagai
kata baru atau padanan kata yang telah ada. Dengan masuknya benda yang dapat
melakukan penghitungan dengan cepat dalam kehidupan kita, kita menerima pula
kata kalkulator. Kita juga menyerap
kata klasifikasi sebagai padanan kata
Indonesia pengelompokan. Contoh dalam kelas kata lain adalah verba mengedit, adjektiva moneter, dan adverbia rada
(mahal). Hal seperti ini hampir tidak pernah terjadi untuk kelas kata tugas
(Alwi, 2003: 287).
2.2 Klasifikasi Kata
Tugas
Berdasarkan
peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok,
yaitu (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5)
partikel penegas (Alwi, 2003: 288).
2.2.1 Preposisi
Preposisi
atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam suatu klausa (Chaer, 2008: 96). Misalnya kata didan
dengan dalam kalimat.
-
Nenek duduk di kursi
-
Kakek menulis surat dengan pensil
Secara
semantik preposisi ini menyatakan makna. Penjelasan makna untuk setiap
preposisi dijelaskan pada tabel berikut.
No
|
Preposisi
|
Makna
|
Contoh
Pemakaian
|
1
|
di, pada, dalam,
atas, antara
|
tempat berada
|
- Nenek
tinggal di Bogor.
- Ibuku
bekerja di Jakarta pada Departemen
Kesehatan.
- Tulisannya
dimuat dalam harian Pos Kota.
- Terima
kasih atas pemberian itu.
- Depok
terletak antara Jakarta dan Bogor.
|
2
|
Dari
|
arah asal
|
-
Dia datang dari Kediri.
-
Mereka baru kembali dari desa.
|
3
|
ke, kepada, akan,
terhadap
|
arah tujuan
|
-
Mereka menuju ke utara.
-
Kami minta tolong kepada polisi.
-
Dia memang takut akan hantu.
-
Saya tidak takut terhadap siapa saja.
|
4
|
oleh
|
pelaku
|
-
Jembatan itu dibangun
oleh pemerintah pusat.
-
Rumah sakit ini
diresmikan oleh Gubernur DKI.
|
5
|
dengan, berkat
|
alat
|
-
Kayu itu dibelah dengan kapak.
-
Aku berhasil berkat bantuan saudara-saudara
sekalian.
|
6
|
Daripada
|
perbandingan
|
-
Kue ini lebih enak daripada kue itu.
-
Masjid ini lebih tua daripada rumah nenekku.
-
Daripada
mencuri lebih baik kita minta.
|
7
|
tentang, mengenai
|
hal/masalah
|
-
Mereka berbicara tentang gempa bumi.
-
Mengenai
anak itu biarlah saya yang akan
mengurusnya.
|
8
|
hingga/sehingga,
sampai
|
akibat
|
-
Tukang copet itu
dipukuli orang banyak hingga babak
belur.
-
Jalan raya itu rusak
berat sehingga tidak dapat dilalui
kendaraan kecil.
-
Dia berjalan kaki
sejauh itu sampai sepatunya hancur.
|
9
|
untuk, buat, guna,
dan bagi
|
tujuan
|
-
Ibu membeli sepeda
baru untuk adik.
-
Beliau membawa
oleh-oleh buat kami.
-
Guna
kepentingan umum kami rela berkorban.
-
Bagi
saya uang seribu rupiah besar artinya.
|
Menurut
(Kridalaksana, 2008: 95) preposisi adalah kategori yang terletak di depan
kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentrif direktif.
Jika
ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi, yang juga disebut kata depan,
menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut
dengan konstituen dibelakangnya (Alwi, 2003: 288). Dalam frasapergi ke pasar, misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
pergi dan pasar.
Jika
ditinjau dari perilaku sintaksisnya, preposisi berada di depan nomina,
adjektiva, atau adverbial sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa
preposisional (Alwi, 2003: 288). Dengan demikian, dapat terbentuk frasa
preposisional seperti ke pasar, sampai penuh, dan dengan segera.
Jika
ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal
dan preposisi majemuk (Alwi, 2003: 288). Berikut adalah jabaran mengenai bentuk
serta makna preposisi.
a.
Preposisi
Tunggal
Preposisi
tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Bentuk preposisi
tunggal tersebut dapat berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari, dan pada,
dan (2) kata berafiks, seperti selama,
mengenai, dan sepanjang. Berikut
penjelasan dari macam-macam preposisi tunggal.
1.
Preposisi
yang Berupa Kata Dasar
Preposisi
dalam kelompok ini hanya terdiri atas satu morfem. Berikut adalah contohnya.
No
|
Preposisi
|
Contoh
penggunaan preposisi
|
1
|
akan
|
takut akan kegelapan
|
2
|
antara
|
antara
anak dan ibu
|
3
|
bagi
|
bagi
para mahasiswa
|
4
|
buat
|
buat
teman-teman
|
5
|
dari
|
berasal dari Bogor
|
6
|
demi
|
demi
orang tua
|
7
|
dengan
|
pergi dengan temannya
|
8
|
di
|
duduk di kursi
|
9
|
hingga
|
hingga
sekarang
|
10
|
ke
|
pergi ke kantor
|
11
|
kecuali
|
kecuali
buku
|
12
|
lepas
|
lepas
pantai
|
13
|
lewat
|
lewat
tengah malam
|
14
|
oleh
|
dibeli oleh Ati
|
15
|
pada
|
ada pada saya
|
16
|
per
|
per
kilogram
|
17
|
peri
|
peri
kehidupan
|
18
|
sampai
|
sampai
pagi
|
19
|
sejak
|
sejak
kecil
|
20
|
seperti
|
seperti
kakak dan adik
|
21
|
serta
|
lemari dan meja serta kursi
|
22
|
tanpa
|
tanpa
tersenyum
|
23
|
tentang
|
berbicara tentang moneter
|
24
|
untuk
|
buku untuk Tono
|
2.
Preposisi
yang Berupa Kata Berafiks
Preposisi
dalam kelompok ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang
termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan
itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya.
Berikut penjelasan contoh dari preposisi yang berupa kata berafiks.
a.
Contoh
preposisi yang berupa kata berprefiks
Contoh preposisi yang berupa kata
berprefiks dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Preposisi
Berprefiks
|
Contoh Penggunaan
Preposisi
|
1
|
bersama
|
pergi bersama kakak
|
2
|
beserta
|
ayah beserta ibu
|
|
3
|
menjelang
|
pergi menjelang malam
|
4
|
menuju
|
pergi menuju kota
|
5
|
menurut
|
menurut
rencana
|
6
|
seantero
|
seantero
dunia
|
7
|
sekeliling
|
sekeliling
rumah
|
8
|
sekitar
|
sekitar
kota
|
9
|
selama
|
selama
libur akhir pecan
|
10
|
sepanjang
|
sepanjang
masa
|
11
|
seputar
|
seputar
Indonesia
|
12
|
seluruh
|
seluruh
aturan
|
13
|
terhadap
|
terhadap
ayah
|
b.
Contoh
Preposisi yang Berupa Kata Bersufiks
Contoh
preposisi yang berupa kata bersufiks dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Preposisi Bersufiks
|
Contoh
Penggunaan Preposisi
|
1
|
bagaikan
|
cantik
bagaikan bidadari
|
c.
Contoh
preposisi yang Berupa Kata Berprefiks dan Bersufiks
Contoh preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks
dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Preposisi
Berprefiks dan Bersufiks
|
Contoh
Penggunaan Preposisi
|
1
|
melalui
|
dikirim melalui pos
|
2
|
mengenai
|
berceramah mengenai kenakalan remaja
|
b.
Preposisi
Gabungan
Preposisi
gabungan terdiri atas (1) dua preposisi yang berdampingan dan (2) dua preposisi
yang berkorelasi. Berikut penjelasan dari kedua preposisi gabungan tersebut.
1.
Preposisi
yang Berdampingan
Preposisi
gabungan jenis pertama terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan.
Berikut adalah contoh tabel preposisi yang berdampingan.
No
|
Preposisi
yang Berdampingan
|
Contoh
Penggunaan Preposisi
|
1
|
daripada
|
Menara ini lebih
tinggi daripada pohon itu.
|
2
|
kepada
|
Buku itu diberikan kepada adik.
|
3
|
oleh karena
|
Ia tidak masuk oleh karena penyakitnya.
|
4
|
oleh sebab
|
Tanaman itu mati oleh sebab kekeringan.
|
5
|
sampai ke
|
Kami berjalan sampai ke bukit.
|
6
|
sampai dengan
|
Nyoman menggarap soal
nomor lima sampai dengan sepuluh.
|
7
|
selain dari
|
Selain
dari kakaknya ia juga terpilih.
|
2. Preposisi yang
Berkorelasi
Preposisi
gabungan jenis kedua terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi
terpisah oleh kata atau frasa lain. Berikut tabel contoh preposisi yang
berkorelasi.
No
|
Preposisi
yang Berkorelasi
|
Contoh
Penggunaan Preposisi yang Berkorelasi
|
1
|
antara…dan…
|
Antara
dia dan adiknya ada perbedaan yang
mencolok.
|
2
|
dari…hingga…
|
Kami membanting
tulang dari pagi hingga petang.
|
3
|
dari…sampai dengan…
|
Seminar itu diadakan dari hari Senin sampai dengan Kamis minggu depan.
|
4
|
dari…sampai ke…
|
Kami tidak tahu
berapa jauhnya dari rumah kami sampai ke desa itu.
|
5
|
dari…ke…
|
Kami pindah dari Bandung ke Jakarta tahun lalu.
|
6
|
dari…sampai…
|
Dari
lahir sampai berumur sepuluh tahun,
ia ikut neneknya.
|
7
|
sejak…hingga…
|
Saya tidak bertemu
dengan beliau lagi sejak rapat itu hingga kini
|
8
|
sejak…sampai…
|
Sejak
menikah sampai dengan punya anak
satu, kami tidak berumah sendiri.
|
3. Preposisi dan Nomina
Lokatif
Suatu
preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina yang pertama
mempunyai ciri lokatif. Dengan demikian, kita temukan frasa preposisional,
seperti di atas meja, ke dalam rumah, dan
dari sekitar kampus. Struktur frasa
preposisional ini adalah
FPrep
Prep FN
N1 N2
di atas meja
ke dalam rumah
dari sekitar kampus
Dalam
diagram di atas tampak bahwa atas, dalam,
dan sekitar merupakan bagian dari
frasa nominal atas meja, dalam rumah,
dan sekitar kampus dan bukan frase
gabungan di atas, ke dalam, dan dari sekitar. Sebagian dari kelompok N1
ataupun N2 wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Kelompok N1 yang tidak
wajib muncul adalah, misalnya atas
dan dalam. Muncul atau tidaknya N1
itu dipengaruhi oleh ciri semantik N2 yang dimesinya berbeda-beda. Karena meja, misalnya, mempunyai dimensi dua
(panjang dan lebar), maka di meja
diartikan sama dengan di atas meja.
2.2.2 Peran Semantis
Preposisi Menurut Alwi
Peran
semantis preposisi yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah sebagai penanda hubungan:
(1) tempat, (2) peruntukan, (3) sebab, (4) kesertaan atau cara, (5) pelaku, (6)
waktu, (7) ihwal (peristiwa), dan (8) milik.
a.
Fungsi
Penanda hubungan tempat
Pada
tabel berikut dijelaskan contoh preposisi penanda hubungan tempat.
No
|
Preposisi
Penanda Hubungan Tempat
|
Contoh
|
1
|
di
|
Bapak
bekerja di kantor.
|
2
|
ke
|
Ibu
pergi ke pasar.
|
3
|
dari
|
Ayah
mendapat informasi itu dari temannya.
|
4
|
hingga
|
Ayah
bekerja hingga petang.
|
5
|
sampai
|
Ibu
bekerja sampai malam.
|
6
|
antara
|
Aku
harus memilih antara kuliah dan
pekerjaan.
|
7
|
pada
|
Pada
hari Minggu Sania pergi berlibur.
|
b.
Fungsi
Penanda Hubungan Peruntukan
Pada
tabel berikut dijelaskan preposisi penanda hubungan peruntukan.
No
|
Preposisi
Penanda Hubungan Peruntukan
|
1
|
bagi
|
2
|
untuk
|
3
|
buat
|
4
|
guna
|
c.
Penanda
Hubungan Sebab
Pada
tabel berikut dijelaskan contoh preposisi sebagai penanda hubungan sebab.
Nomor
|
Contoh Preposisi Penanda Hubungan Sebab
|
1
|
karena
|
2
|
sebab
|
3
|
lantaran
|
d. Penanda Hubungan
Kesertaan atau Cara
Pada
tabel berikut dijelaskan contoh fungsi preposisi sebagai hubungan kesertaan
atau cara.
Nomor
|
Contoh
Preposisi Penanda Hubungan Kesertaan atau Cara
|
1
|
dengan
|
2
|
sambil
|
3
|
beserta
|
4
|
bersama
|
e. Penanda hubungan pelaku
Contoh preposisi yang mempunyai
fungsi sebagai hubungan pelaku adalah oleh.
f.
Penanda
Hubungan Waktu
Berikut tabel
contoh preposisi yang mempunyai fungsi sebagai penanda hubungan waktu.
Nomor
|
Contoh Preposisi Penanda Hubungan Waktu
|
1
|
pada
|
2
|
hingga
|
3
|
sampai
|
4
|
sejak
|
5
|
semenjak
|
6
|
menjelang
|
g.
Penanda
Hubungan Ihwal Peristiwa
Berikut contoh
tabel preposisi yang berfungsi sebagai hubungan ihwal peristiwa.
Nomor
|
Contoh Preposisi Penanda Hubungan Ihwal Peristiwa
|
1
|
tentang
|
2
|
mengenai
|
h.
Penanda
hubungan milik
Preposisi yang mempunyai fungsi sebagai penanda
hubungan milik contohnya adalah: dari.
2.2. 3 Konjungtor
Konjungtor,
yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa
dengan klausa (Alwi, 2003:296).
Menurut
(Chaer, 2008: 98) konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan
sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara
klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat.
Konjungtor
adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam konstruksi
hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi (Kridalaksana, 2008: 102).
Dilihat
dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungtor dibagi menjadi empat
kelompok: (1) konjungtor koordinatif, (2) konjungtor korelatif, (3) konjungtor
subordinatif, dan (4) konjungtor antar kalimat, yang berfungsi pada tataran
wacana.
a.
Konjungtor
Koordinatif
Konjungtor
yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki
status yang sama dinamakan konjungtor koordinatif. Perhatikan konjungtor
koordinatif pada tabel berikut.
Konjungtor
koordinatif
|
Fungsi
|
dan
|
penanda hubungan
penambahan
|
serta
|
penanda hubungan pendampingan
|
atau
|
penanda hubungan
pemilihan
|
tetapi
|
penanda hubungan
perlawanan
|
melainkan
|
penanda hubungan
perlawanan
|
padahal
|
penanda hubungan
pertentangan
|
sedangkan
|
penanda hubungan
pertentangan
|
Konjungtor
koordinatif di samping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata.
Perhatikan contoh berikut.
1. Dia
menangis dan istrinya pun
tersedu-sedu.
2. Dia
mencari saya dan adik saya.
3. Aku
yang datang kerumahmu atau kamu yang
datang kerumahku?
4. Saya
atau kamu yang akan menjemput ibu?
5. Dia
terus saja berbicara, tetapi
isterinya hanya terdiam saja.
6. Sebenarnaya
anak itu pandai, tetapi malas.
7. Yang
kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi
bersih.
8. Dia
pura-pura tidak tahu, padahal tahu
banyak.
9. Ibu
sedang masak, sedangkan Ayah membaca
koran.
b.
Konjungtor
Korelatif
Konjungtor
korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut
adalah contoh tabelnya.
Contoh
Konjungtor Korelatif
|
Contoh
Penggunaan dalam Kalimat
|
baik… maupun…
|
- Baik
pak Anwar maupun isterinya tidak
suka merokok.
- Baik Anda,
istri anda, maupun mertua anda akan
menerima cindera mata.
|
tidak hanya… tetapi
juga…
|
Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.
|
bukan hanya…
melainkan juga…
|
Bukan
hanya balita yang memeriksakan kesehatan melainkan juga lansia.
|
demikian… sehingga…
|
Mobil itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotret.
|
sedemikian rupa…
sehingga…
|
Kita harus
mengerjakannya sedemikian rupasehingga
hasilnya benar-benar baik.
|
apa(kah) … atau…
|
Apakah
Anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus.
|
entah… entah…
|
Entah
disetujui entah tidak, dia akan
tetap mengusulkan gagasannya.
|
jangankan……pun …
|
Jangankan
orang lain, orang tuanya sendiri pun
tidak dihormati.
|
c.
Konjungtor
Subordinatif
Konjungtor
subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan
klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa
itu merupakan anak kalimat. Konjungtor subordinatif dapat dibagi menjadi tiga
belas kelompok. Berikut adalah tabel kelompok konjungtor subordinatif.
Kelompok
Konjungtor Subordinatif
|
Contoh
|
konjungtor
subordinatif waktu
|
a. sejak,
semenjak,sedari
b. sewaktu,
ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil,
demi
c. setelah,
sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai
d. hingga,
sampai
|
konjungtor
subordinatif syarat
|
jika, kalau, jikalau,
asal(kan), bila, manakala
|
konjungtor
subordinatif pengandaian
|
andaikan, seandainya,
umpamanya, sekiranya
|
konjungtor
subordinatif tujuan
|
agar, supaya, biar
|
konjungtor
subordinatif konsesif
|
biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun)
|
konjungtor
subordinatif pembandingan
|
seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada,
alih-alih
|
konjungtor
subordinatif sebab
|
sebab, karena, oleh
karena, oleh sebab
|
konjungtor
subordinatif hasil
|
sehingga, sampai
(-sampai), maka (nya)
|
konjungtor
subordinatif alat
|
dengan, tanpa
|
konjungtor
subordinatif cara
|
dengan, tanpa
|
konjungtor
subordinatif komplementasi
|
bahwa
|
konjungtor
subordinatif atributif
|
yang
|
konjungtor
subordinatif perbandingan
|
sama … dengan, lebih
…dari(pada)
|
Berikut
adalah contoh kelompok masing-masing.
1. Pak
Buchori sudah meninggal ketika dokter
datang.
2. Saya
akan naik haji jika tanah saya laku.
3. Sya
pasti akan memaafkannya seandainya dia
mengakui kesalahannya.
4. Narto
harus belajar giat agar naik kelas.
5. Pembangunan
tetap berjalan terus meskipun dana
makin menyempit.
6. Dia
takut kepada saya seolah-olah saya
ini musuhnya.
7. Hari
ini dia tidak masuk kantor karena
sakit.
8. Ayah
belum mengirim uang sehingga kami
belum dapat membayar uang kuliah.
9. Ali
tidak mau membayar utangnya padahal dia memunyai
uang.
10. Orang
yang mendatanginya bertampang seram, maka
dia jadi takut.
11. Mereka
berkata bahwa mereka akan berkunjung
besok.
12. Dia
memukul dengan tangan kirinya
melayang terlebih dahulu.
d.
Konjungtor
Antarkalimat
Konjungtor antarkalimat
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu,
konjungtor semacam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja
huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital (Alwi, 2003: 300). Berikut adalah
tabel contoh konjungtor antarkalimat.
Contoh
Konjungtor Antarkalimat
|
Fungsi
|
biarpun
demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,
meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu
|
menyatakan
pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya
|
kemudian,
sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
|
menyatakan
kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya
|
tambahan
pula, lagi pula, selain itu
|
menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan
sebelumnya
|
sebaliknya
|
mengacu
ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya
|
sesungguhnya,
bahwasanya
|
menyatakan
keadaan yang sebenarnya
|
malah
(an), bahkan
|
menguatkan
keadaan yang dinyatakan sebelumnya
|
(akan)
tetapi, namun
|
menyatakan
pertentangan dengan keadaan sebelumnya
|
kecuali
itu
|
menyatakan
keeksklusifan dan keinklusifan
|
dengan
demikian
|
menyatakan
konsekuensi
|
oleh
karena itu, oleh sebab itu
|
menyatakan
akibat
|
sebelum
itu
|
menyatakan
kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya
|
Berikut ini adalah
contoh pemakaian beberapa konjungtor di atas.
1. a.
Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
b. Kami
tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
2. a. Mereka berbelanja ke Glodok. Mereka pergi
ke saudaranya di Ancol.
b. Mereka berbelanja ke Glodok. Sesudah
itu, mereka pergi ke saudaranya di Ancol.
3.
a. Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Dia juga mengidap tekanan
darah tinggi.
b. Pak Darta terkena penyakit kencing
manis. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.
4. a. Penjahat itu tidak mengindahkan
tembakan peringatan. Dia melawan polisi dengan belati.
b. Penjahat itu tidak mengindahkan
tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi dengan belati.
5. a. Masalah yang dihadapinya memang
gawat. Masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.
b. Masalah yang dihadapinya memang
gawat. Sesungguhnya, masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.
6. a.
Pak Amir sudah tahu tentang soal itu. Dia sudah mulai menanganinya.
b.
Pak Amir sudah tahu tentang soal itu. Bahkan, dia sudah mulai menanganinya.
7. a.
Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada.
b.
Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada.
Dari
uraian mengenai pelbagai konjungtor di atas dapat kita tarik simpulan berikut.
1. Konjungtor
koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk
dengan cara itu dinamakan kalimat majemuk setara.
2. Konjungtor
korelatif membentuk frasa atau kalimat. Unsur frasa yang dibentuk dengan
konjungtor itu memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu
membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya.
Adakalanya terbentuk kalimat majemuk setara, ada pula yang bertingkat. Bahkan,
dapat terbentuk pula kalimat yang memunyai dua subjek dengan satu predikat.
3. Konjungtor
subordinatif membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk
kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
4. Konjungtor
antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat
sendiri.
2.2.4 Interjeksi
Interjeksi
menurut (Chaer, 2008: 104) adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin,
misalnya, rasa kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Di
lihat dari strukturnya ada dua macam interjeksi. Pertama, yang berupa kata-kata
singkat seperti wah, cih, hai, oi, oh,
nah, dan hah. Kedua, berupa
kata-kata biasa, seperti aduh, celaka,
gila, kasihan, bangsat, astaga, alhamdulilah, dan masya Allah (Chaer, 2008:104).
Menurut (Kridalaksana, 2008: 120) interjeksi adalah
kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis
tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.
Interjeksi
atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara (Alwi,
2003: 303). Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan
jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna
pokok yang dimaksud. Untuk menyatakan betapa cantiknya seorang teman yang
memakai pakaian baru, misalnya, kita tidak hanya berkata,” Cantik sekali kau malamini”, tetapi kita awali dengan kata seru
yang mengungkapkan perasaan kita. Dengan demikian, kalimat Aduh, cantik sekali kau malam ini tidak hanya menyatakan fakta,
tetapi juga rasa hati pembicara. Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa
Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bahasa asing. Kedua-duanya
biasanya dipakai di awal kalimat dan pada penulisannya diikuti oleh tanda koma.
Secara
struktural interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut
bentuknya, ada yang berupa bentuk dasar nada yang berupa bentuk turunan.
Berbagai jenis interjeksi dapat dikelompokkkan menurut perasaan yang
diungkapkan pada tabel seperti berikut.
Jenis
Interjeksi
|
Contoh
Interjeksi
|
interjeksi kejijikan
|
bah, cih, cis, ih,
idih
|
interjeksi kekesalan
|
brengsek, sialan,
buset, keparat
|
interjeksi kekaguman
atau kepuasan
|
aduhai, amboi, asyik
|
interjeksi kesyukuran
|
syukur, alhamdulilah
|
interjeksi harapan
|
insya Allah
|
interjeksi keheranan
|
aduh, aih, ai, lo,
duilah, eh, oh, ah
|
interjeksi kekagetan
|
astaga, astagfirullah,
masyaallah
|
interjeksi ajakan
|
ayo, mari
|
interjeksi panggilan
|
hai, he, eh, halo
|
interjeksi simpulan
|
Nah
|
Contoh
penggunaan interjeksi adalah sebagai berikut.
a. Bah,
pergi kau dari rumah ini!
b. Cih,
tidak tahu malu mengemis belas kasihan orang!
c. Cis,
muak aku melihat rupamu itu!
d. Ih,
gigimu sudah ompong!
e. Idih,
kau suka mengada-ngada saja!
f. Berengsek,
sudah malas nuntut gaji tinggi pula!
g. Aduhai,
indahnya pemandangan ini!
h. Syukur,
anak kita dapat diterima di sekolah!
i.
Insya
Allah, saya akan datang ke pesta
perkawinanmu!
j.
Aduh,
kalau begini bisa hancur kita!
k. Astaga,
alangkah mahalnya barang ini!
l.
Ayo,
kita pergi sekarang!
m. Hai,
kapan kamu datang?
2.2.5 Artikula
Artikulus
atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau
mendefinitkan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikulus yang ada
dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang (Chaer, 2008: 104).
Artikula
adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya: si kancil, sang dewa, para pelajar), nomina deverbal (misalnya: si terdakwa, si tertuduh), pronominal
(misalnya: si dia, sang aku), dan
verba pasif (misalnya: kaum tertindas)
(Putrayasa, 2010: 88).
Artikula
menurut (Alwi, 2003: 304) adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam
bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, (2) yang
mengacu ke makna kelompok, dan (3) yang menominalkan. Berikut penjelasan dari
ketiga artikula tersebut.
a.
Artikula
yang Bersifat Gelar
Artikula yang bersifat gelar pada umumnya bertalian
dengan orang atau hal yang dianggap bermartabat. Berikut ini tabel
jenis-jenisnya.
Jenis
Artikula
|
Kegunaan
|
Sang
|
untuk manusia atau
benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabat; kadang-kadang juga
dipakai dalam gurauan atau sindiran;
|
Sri
|
untuk manusia yang
memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan
|
hang
|
untuk laki-laki yang
dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama
|
dang
|
untuk wanita yang
dihormati dan pemakaiannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama
|
Berikut
ini adalah contoh pemakaian artikula di atas.
a. Sang
juara, Ellyas Pical, dapat merobohkan petinju Australia.
b. Sang
Merah Putih berkibar dengan jaya di seluruh tanah air.
c. Sang
suami mengapa tidak ikut?
d. Karena
pertanyaan siswa tadi rupanya sang guru menjadi marah.
e. Baru-baru
ini Sri Paus berkunjung ke Australia.
f. Kedatang
Sri baginda dan Sri ratu disambut dengan meriah.
g. Segera
Hang Tuah pergi merantau.
h. Dang Merdu
adalah tokoh terkenal dalam hikayat sastra melayu.
b.
Artikula
yang Mengacu ke Makna Kelompok
Artikula
yang mengacu ke makna kelompok atau kolektif adalah para. Karena artikula iu
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan
bentuk yang dipakai adalah para guru
dan bukan para guru-guru (Alwi, 2003:
305).
Para
dipakai untuk menegaskan makna kelompok bagi manusia yang memiliki kesamaan
sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan atau kedudukan.
Dengan demikian, kita dapati bentuk seperti para
guru, para petani, dan para ilmuwan. Akan tetapi, bentuk seperti para anak, para orang, dan para manusia tidak kita temukan dalam
bahasa kita. Ada pula kata lain seperti kaum
dan umat yang juga menyatakan
kelompok, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikula. Dengan demikian,
kita temukan klausa seperti Kita adalah
umat/kaum yang beragama.
c.
Artikula yang Menominalkan
Artikula
si yang menominalkan dapat mengacu ke
makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks kalimatnya. Frasa si miskin dalam kalimat Tak sampai hatiku melihat si miskin
mengambil makanan dari tumpukan sampah itu mengacu ke satu orang yang
kebetulan miskin. Akan tetapi, dalam kalimat Dalam masa krisis si miskinlah yang selalu menderita frasa si
miskin mengacu ke pengertian generik, yakni kaum miskin di dunia.
Artikula
si dipakai untuk mengiringi nama
orang, membentuk nomina dari adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tak
formal untuk mengiringi pronomina dia
(Alwi, 2003: 306). Berikut adalah contoh pemakaiannya.
a. Si
amat akan meminang si Halimah minggu
depan.
b. Aduh,
cantiknya si hitam manis itu.
c. Si terdakwa tidak
dapat menjawab pertanyaan hakim.
d. Mengapa
si dia tidak kamu ajak datang?
Artikula
si juga dipakai untuk menunjukkan
perasaan negatif pembicara mengenai orang yang dirujuknya. Apabila orang tidak
suka pada orang yang lain, misalnya Sutomo, maka kalimat Ini gara-gara si Sutomo dimaksudkan untuk menunjukkan rasa tidak
suka pembicara terhadap Sutomo. Berikut adalah ikhtisar pemakaian artikula si:
1. Di
depan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat: si ali, si Tomi, si Badu;
2. Di
depan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu atau terkena
sesuatu: si pengirim, si alamat, si
terdakwa;
3. Di
depan nomina untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan; yang
disebut itu mempunyai sifat atau mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumis;
4. Dalam
bentuk verba yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, bersikukuh, bersimaharajalela,
bersikeras, bersilengah;
5.
Pada berbagai nama
tumbuhan dan binatang: siangit, sibusuk, sidingin,
simalakama, siamang, sigasir, sikikih, sikudomba.
Ke
dalam jenis artikula yang menominalkan dapat juga dimasukkan yang. Kata itu berfungsi ganda dalam
sintaksis. Sebagai artikula, yang
membentuk frasa nominal dari verba, adjektiva, atau kelas kata lain, yang bersifat takrif atau definit. Sifat
yang sama akan muncul jika yang mengantarai nomina dengan pewatasnya. Di
samping itu, kata yang menjadi pengantar klausa relative. Berikut ini beberapa
contoh artikula yang.
a. yang
terhormat, yang berkepentingan, yang hadir
b. yang
buta, yang kaya, yang panjang
c. yang
laki-laki, yang perempuan
d. yang
pertama, yang kesepuluh
e. yang
ini, yang lain, yang mana
2.2.6
Partikel
Partikel
adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat
ringkas dan kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu (Putrayasa, 2010:
89).
Kategori
partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan
hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya.
Partikel
penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk hanya
berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel
penegas: -kah, -lah, -tah, dan pun
(Alwi, 2003: 307). Tiga yang pertama merupakan klitika sedangkan yang keempat
tidak. Berikut penjelasan dari keempat macam partikel tersebut.
a.
Partikel
–kah
Partikel
–kah yang berbentuk klitika dan
bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif. Berikut ini adalah
kaidah pemakaiannya.
1. Jika
dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah
mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat deklaratif.
Contoh:
Diakah yang akan datang?
(Bandingkan: Dia
akan datang.)
2. Jika
dalam kalimat interogatif sudah ada kata Tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana, maka –kah seperti manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus.
Contoh:
Apa ayahmu sudah
datang?
Apakah
ayahmu sudah datang?
3. Jika
dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi
interogatif, maka –kah akan
memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urutan
katanya dibalik.
Contoh:
Akan datang dia
nanti malam?
Akan datangkah dia nanti malam?
b. Partikel –lah
Partikel
–lah yang juga berbentuk klitika,
dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah
pemakaiannya.
1. Dalam
kalimat imperatif, -lah dipakai untuk
sedikit menghaluskan nada perintahnya. Contoh: Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
2. Dalam
kalimat deklaratif, -lah dipakai
untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh: Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
c. Partikel –tah
Partikel
–tah, yang juga berbentuk klitika,
dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak
mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena
kehenaran atau kesangsiannya. Partikel –tah
banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang.
Contoh pemakaiannya adalah sebagai berikut.
Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
Siapatah gerangan orangnya yang mau
menolongku.
d.
Partikel
pun
Partikel pun dipakai
dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata di
mukanya. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai beikut.
1. Pun
dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh:
Mereka
pun akhirnya setuju dengan usul kami.
Dari pemakaian partikel
pun pada contoh di atas tampak bahwa
partikel itu cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.
Perlu diperhatikan
bahwa partikel pun pada konjungtor
ditulis serangkai; jadi, ejaannya walaupun,
meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan sungguhpun. Bedakan ejaan ini dengan ejaan-ejaan berikut, mereka pun, makan pun, itu pun, ini pun
yang partikel pun-nya dipisahkan.
2. Dengan
arti yang sama seperti di atas, pun
sering pula dipakai bersama
–lah
untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi
Contoh:
Tidak
lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya
Para
demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
Para
anggota yang menolak pun mulailah berfikir-fikir lagi.
Bab 3 SIMPULAN
3.1 SIMPULAN
Dari
penjelasan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut.
Kata
tugas hanya memunyai arti gramatikal
dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh
kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase
atau kalimat. Jika pada nomina seperti buku
kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri-benda yang
terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan-, untuk kata tugas kita tidak
dapat berbuat yang sama. Kata tugas seperti danatau
ke baru akan memunyai arti apabila
dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu dan ke pasar
(Alwi, 2003: 287).
Ciri
lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar
untuk membentuk kata lain. Jika verba datang
kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi,
mendatangkan, dan kedatangan,
tidak demikian halnya dengan kata tugas seperti dan dan dari.
Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan
menyampaikan tidak diturunkan dari
kata tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang bentuknya sama, tetapi kategorinya berbeda (Alwi, 2003:
287).
Berdasarkan
peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok,
yaitu (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5)
partikel penegas (Alwi, 2003: 288)
Preposisi
atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam suatu klausa (Chaer, 2008: 96). Misalnya kata didan
dengan dalam kalimat.
Konjungtor
adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam konstruksi
hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi (Kridalaksana, 2008: 102).
Interjeksi
menurut (Chaer, 2008: 104) adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin,
misalnya, rasa kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Di
lihat dari strukturnya ada dua macam interjeksi. Pertama, yang berupa kata-kata
singkat seperti wah, cih, hai, oi, oh,
nah, dan hah. Kedua, berupa
kata-kata biasa, seperti aduh, celaka,
gila, kasihan, bangsat, astaga, alhamdulilah, dan masya Allah (Chaer, 2008: 104).
Artikula
adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya: si kancil, sang dewa, para pelajar), nomina deverbal (misalnya: si terdakwa, si tertuduh), pronominal
(misalnya: si dia, sang aku), dan
verba pasif (misalnya: kaum tertindas)
(Putrayasa, 2010: 88).
Kategori
partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan
hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Partikel adalah semacam
kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas dan kecil
dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu (Putrayasa, 2010: 89).